lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian guru merupakan tenaga pendidik yang bekerja di lembaga pendidikan. Sedangkan pengertian guru
profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan kemampuan maksimal Usman, 1995: 15.
B. Kerangka Berpikir
a. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek
pedagogis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA swasta.
Persepsi setiap guru swasta dan negeri terhadap ujian nasional dilihat dari aspek pedagogis berbeda-beda. Ada guru yang memiliki
persepsi positif, namun ada pula yang mempunyai persepsi negatif. Perbedaan persepsi tersebut diduga dipengaruhi oleh kualitas sekolah
yang tercermin dari kualitas siswa, sarana prasarana yang memadai, dan lain- lain. Pengklasifikasian yang dilakukan ini berdasarkan sekolah yang
berstatus negeri dan swasta. Pelaksanaan Ujian Nasional dilihat dari aspek pedagogis dalam
ilmu kependidikan mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan kognitif, ketrampilan psikomotorik dan sikap afektif. Sebaliknya, dalam UN
hanya mengukur aspek kemampuan kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan
b Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek Yuridis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang
mengajar di SMA swasta Menurut penilaian yang dilaksanakan oleh Badan Akreditasi
Sekolah menyatakan bahwa Sekolah negeri merupakan kelompok sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional dan sarana dan prasarana yang paling
baik dibandingkan dengan sekolah swasta. Pelaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek Yuridis ada beberapa
pelanggaran yang dilakukan. Berapa pasal dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar. Pelanggaran
itu terjadi pada pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan
berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Hal
ini diperkuat oleh Pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan
penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Dalam pasal 59 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pendidikan. Sebaliknya, dalam UN, pemerintah hanya melakukan terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.
c. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek sosial psikologis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang
mengajar di SMA swasta Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam diri individu yang mempersepsi segi kejasmanian dan psikologis,
sedangkan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal
saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi Bimo Walgito, 1991: 54 – 55.
Persepsi guru terhadap suatu objek, dalam hal ini adalah Ujian Nasional dipengaruhi oleh faktor- faktor di atas. Lima tahun terakhir
pemerintah Indonesia menetapkan hasil Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan siswa SMP dan SMA. Nilai standar kelulusan siswa dinaikkan
dari tahun ke tahun. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut menimbulkan kontroversi di berbagai lapisan masyarakat. Ada tiga pihak
yang sungguh merasakan dampak kebijakan pemerintah tersebut salah satunya guru.
Kebijakan pemerintah untuk melaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek sosial psikologis menimbulkan kontroversi pada guru sekolah
negeri dan swasta. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan tahun 20022003 sebesar 3,01, tahun 20032004 menjad 4,01, tahun 20042005 menjadi
4,26 tahun 20052006 menjadi 4,51 tahun 20062007 menjadi 5,00. Tuntutan nilai ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi guru, karena
Siswa dipaksakan menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di UN-kan di sekolah ataupun di rumah.
d. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek ekonomi antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang
mengajar di SMA swasta Sekolah-sekolah negeri cenderung memiliki persepsi yang lebih
positif dibandingkan dengan sekolah swasta. Dengan demikian diduga para guru yang mengajar di sekolah negeri akan mempunyai persepsi yang
lebih baik positif terhadap Ujian Nasiona l dibandingkan dengan guru yang mengajar disekolah swasta
Dugaan ini berdasarkan pemikiran bahwa guru yang mengajar di sekolah negeri yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai
tentunya akan lebih mudah dalam mempersiapkan siswanya menghadapi Ujian Nasional dengan standar kelulusan yang dinaikkan dari tahun ke
tahun. Pelaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek ekonomis
menimbulkan kontroversi bagi guru sekolah negeri dan swasta Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang
dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dari APBN dan masyarakat. Pada tahun 2005 telah disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tetapi tidak dijelaskan sumber pendanaan
tersebut. Kondisi ini memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya pelaksanaan UN. Selain itu, sistem yang belum jelas masih sulit
mencegah terjadinya penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas
pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya
penyimpangan korupsi dana UN.
C. Hipotesis Penelitian