10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Evaluasi
a. Hakekat Evaluasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Berdasarkan Undang - Undang No 20 Tahun 2003, evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggara pendidikan kepada pihak–pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan jalur
formal dan nonformal untuk semua jenjang. Penilaian merupakan rangkaian untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan
hasil belajar warga yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna bagi pengambilan keputusan
Mukarto Waspodo, artikel Peranan Pamong Belajar dalam Implementasi Kurikulum. Menurut Dr. Suharsimi Arikunto Penilaian adalah mengambil
suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Menurut pendapat Nana Sudjana dan R. Ibrahim 1989: 119, penilaian adalah suatu
proses menentukan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi tertentu.
Jenis-jenis evaluasi menurut Dr.Suharsimi Arikunto meliputi:
1 Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap selesai dipelajari suatu unit pelajaran tertentu yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana bahan pelajaran sudah dapat diterima oleh siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu.
3 Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan utuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan
tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat. Sebelum guru menilai prestasi belajar siswa, ia harus terlebih
dahulu mengukur prestasi belajar siswa. Kegiatan pengukuran dapat dilakukan melalui ulangan, ujian, tugas dan sebagainya. Kegiatan
pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan yang menentukan kuantitas sifat suatu objek melalui aturan-aturan tertentu yang benar-benar
mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud Masidjo, 1995: 14. Kuantitas yang diperoleh dari suatu pengukuran disebut skor. Contoh skor:
66, 33, 43 dsb. Agar skor-skor yang diperoleh dapat berarti bagi pihak-pihak yang
terkait khususnya guru dan siswa, skor-skor tersebut perlu diberi arti atau makna. Skor-skor tersebut akan bermakna apabila diperbandingkan
dengan suatu acuan yang relevan, yang sesuai dengan sifat suatu objek, dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata
pelajaran Masidjo, 1995: 17-18. Tabel 1 berikut ini adalah contoh pedoman penilaian.
Tabel 1. Contoh Pedoman Penilaian Kelas interval
Kualifikasi Kualitas nilai
49 – 60 40 – 48
Amat baik Baik
A B
34 - 39 28 – 33
0 – 27 Cukup
Kurang meragukan Kurang sekali gagal
C D
E
Berdasarkan contoh di atas skor-skor tersebut dapat diubah menjadi kualitas. Dengan demikian, penilaian suatu objek adalah kegiatan
membandingkan antara hasil pengukuran yang berupa skor dengan acuan yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan nilai.
Menurut Masidjo 1995:23-26, prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek sebagai berikut:
1 Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara terus menerus atau kontinyu.
Dengan dilaksanakannya kegiatan pengukuran dan penilaian secara kontinyu akan membuat siswa makin dapat melaksanakan kegiatan belajar
secara teratur. Dengan demikian guru dapat mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa secara lebih mantap.
2 Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara menyeluruh atau komprehensif.
Kegiatan pengukuran dan penilaian harus menyentuh semua bahan pelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sifat
menyeluruh dari isi kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa ini tampak pada isi tes prestasi belajar yang mencakup berbagai
bidang, yaitu pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai dan ketrampilan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3 Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilakukan secara objektif.
Objektivitas pelaksanaan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan mentaati aturan-aturan yang dituntut oleh kedua
kegiatan tersebut secara bertanggungjawab, berusaha mengatasi keterbatasan-keterbatasannya dengan bertindak secara lugas dan apa
adanya. Tantangan godaan yang dihadapi dalam melaksanakan kedua kegiatan tersebut berasal dari pandangan yang keliru tentang tugas guru,
yang karena keadaannya seolah-olah dapat dibeli, sehingga dapat mengikis dan meruntuhkan sikap objektif guru dalam penentuan skor dan nilai
prestasi belajar siswa. 4 Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan
secara kooperatif. Dalam melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian harus ada
kerjasama antar guru, antara guru dengan kepala sekolah atau guru lain yang berpengalaman. Kerjasama dapat berupa perencanaan dan
penyusunan tes prestasi belajar yang akan dipakai, sehingga tes tersebut diyakini sebagai tes yang bermutu. Di samping itu juga perlu kerjasama
guru dalam pemahaman kondisi belajar siswa dengan mengadakan penelitian tentang kondisi belajar siswa, kerjasama dalam penentuan acuan
penilaian yang dipakai oleh sekolah. Bentuk kerjasama lain dapat berupa penataran atau lokakarya dari para ahli, diskusi yang terarah antara guru
muda dengan guru yang lebih berpengalaman atau pejabat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bertanggungjawab. Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan susunan atau profil nilai prestasi belajar siswa dalam laporan resmi seperti rapor
dapat menunjukkan taraf keseimbangan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003, Indonesia menerapkan
kurikulum berbasis kompetensi KBK. Kurikulum itu sendiri digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam KBK, kita
mengenal adanya diversifikasi kurikulum yaitu kurikulum yang disesuaikan, diperluas, diperdalam atau dirancang untuk melayani
keberagaman maupun minat peserta didik serta kebutuhan dan kemampuan daerah dan sekolah ditinjau dari segi geografis dan budaya
Ketentuan Umum KBK. Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan
indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Pencapaian kompetensi dapat melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan
pelajaran secara kontekstual. Dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi, evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan. Penilaian pada KBK adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian ini merupakan kegiatan
pengumpulan informasi mengenai proses dan hasil belajar peserta didik yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang
ditetapkan. Penilaian ini dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Sekolah diberi kewenangan untuk menentukan kriteria keberhasilan, cara dan jenis
penilaian yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan sebagai berikut:
1 Berorientasi pada kompetensi 2 Mengacu pada patokan atau kriteria yang ditetapkan sendiri sesuai
dengan kondisi dan kebutuhannya 3 Ketuntasan belajar, pencapaian tingkat kompetensi yang memadai dan
dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut
4 Menggunakan berbagai cara, pengumpulan informasi dapat
menggunakan tes maupun non tes 5 Valid, adil, terbuka dan berkesinambungan
b. Ujian Nasional