Persepsi guru terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMU negeri dan swasta di Kabupaten Gunungkidul.

(1)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta

di Kabupaten Gunungkidul

Didik Bintara Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis; (2) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis; (3) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yuridis; (4) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Gunungkidul pada bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul. Sampel penelitian berjumlah 60 guru. Teknik penga mbilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis ( Chi square= 15,152 dengan p < 0,05); (2) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis ( Chi Square = 6,787 dengan p < 0,05); (3) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yurid is ( Chi Square = 7,937 dengan p < 0,05); (4) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi (Chi square= 1,067 dengan p > 0,05).


(2)

viii

ABSTRACT

The Teachers’ Perceptions toward National Examination A Case Study on State and Private Senior High School Teachers

In GunungKidul Regency

Didik Bintara

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The aims of this research are to know whether the teachers of state and private senior high schools have different perceptions toward national examination: (1) on pedagogic aspect; (2) on social and psychological aspect; (3) on juridical aspect; (4) on economic aspect.

This research was conducted in state and private senior high schools in Gunungkidul Regency in August 2007. The data collection techniques were questionnaire and documentation. The populations of this research were the teachers of state and private senior high schools in Gunungkidul regency. The samples of this research were 60 teachers. The sample was taken by using

purposive sampling. The data analysis technique was chi square test.

The result of this research shows that there were differences in teacher’s perception to ward national examination: (1) on pedagogic aspect (15,152 with p < 0); (2) on social and psychological aspect (6,787 with p < 0, 05); (3) on juridical aspect (7, 937 with p<0, 05); (4) on economic aspect (1,067 with p>0, 05).


(3)

PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL

Studi Kasus Pada SMU Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

DIDIK BINTARA 021334O81

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(4)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL

Studi Kasus Pada SMU Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh :

DIDIK BINTARA 021334O81

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007


(5)

(6)

(7)

iv M ot t o

H anya penderitaan hidup yang mengajarkan manusia untuk menghargai kebahagiaan dan kebaikan serta kebagusan hidup.

K ebaikan tidak bernilai selama hanya diucapkan, kecuali baru bernilai setelah dikerjakan.

Semua amal perbuatan seseorang tergantung pada maksud dan apa yang diniatkanya.


(8)

v

H AL AM AN PE RSE M BAH AN

Skripsi ini aku persembahkan untuk:

¯

Bapak dan I bu

¯

AdikkU

¯

Keluarga besarku

¯

Sahabat-sahabatku

¯

H atiku


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 November 2007


(10)

vii

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP UJIAN NASIONAL Studi Kasus Pada Guru-Guru SMA Negeri dan Swasta

di Kabupaten Gunungkidul

Didik Bintara Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis; (2) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis; (3) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yuridis; (4) perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi.

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri dan Swasta yang ada di Kabupaten Gunungkidul pada bulan Agustus 2007. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini adalah guru di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul. Sampel penelitian berjumlah 60 guru. Teknik penga mbilan sampel adalah purposive sampling. Teknik analisa data menggunakan uji chi Square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis ( Chi square= 15,152 dengan p < 0,05); (2) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Sosial dan Psikologis ( Chi Square = 6,787 dengan p < 0,05); (3) ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Yurid is ( Chi Square = 7,937 dengan p < 0,05); (4) tidak ada perbedaan persepsi guru SMA negeri dan swasta terhadap Ujian Nasional dalam aspek Ekonomi (Chi square= 1,067 dengan p > 0,05).


(11)

viii

ABSTRACT

The Teachers’ Perceptions toward National Examination A Case Study on State and Private Senior High School Teachers

In GunungKidul Regency

Didik Bintara

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The aims of this research are to know whether the teachers of state and private senior high schools have different perceptions toward national examination: (1) on pedagogic aspect; (2) on social and psychological aspect; (3) on juridical aspect; (4) on economic aspect.

This research was conducted in state and private senior high schools in Gunungkidul Regency in August 2007. The data collection techniques were questionnaire and documentation. The populations of this research were the teachers of state and private senior high schools in Gunungkidul regency. The samples of this research were 60 teachers. The sample was taken by using

purposive sampling. The data analysis technique was chi square test.

The result of this research shows that there were differences in teacher’s perception to ward national examination: (1) on pedagogic aspect (15,152 with p < 0); (2) on social and psychological aspect (6,787 with p < 0, 05); (3) on juridical aspect (7, 937 with p<0, 05); (4) on economic aspect (1,067 with p>0, 05).


(12)

ix

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul” Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional”. Studi kasus pada Guru Di SMA Negeri dan SMA Swasta Di Kabupaten Gunungkidul.

Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma, yang telah banyak memberikan petunjuk, dukungan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. FX. Muhadi, M.Pd., selaku dosen pembimbing, yang dengan sabar selalu memberikan bimbingan, petunjuk, dukungan, dan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., yang telah bersedia menyumbangkan saran dan masukan yang berarti kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.


(13)

x

6. Segenap dosen dan staf Program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya, dan Fakultas KIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta umumnya, yang telah membimbing, mendidik, dan bekerjasama dengan baik selama penulis belajar di kampus tercinta ini.

7. Seluruh Kepala Sekolah SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian guna kepentingan penulisan skripsi ini.

8. Bapak Ibu guru di SMA Negeri dan Swasta di Kabupaten Gunungkidul yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Kedua orang tuaku Bapak Sarja dan Ibu Supeni yang dengan sabar memberikan dorongan semangat, biaya, nasehat dan selalu berdoa untuk penulis.

10.Adikku Vivi trimakasih atas doa dan dan dukunganya, doakan terus ya nok semoga apa yang kamu harapkan biasa terkabul. Amin.

11.Keluarga besarku, trimakasih atas doa dan dukunganya semoga apa yang diharapkan pada penulis dapat terkabul. Amin.

12.Sahabat sejatiku Wiwin Andriany trimakasih atas kesetiaanya menemani dan memberikan dorongan rohani walau lewat telepon. Semoga harapanku sama dengan harapanmu, dan dapat terkabul. Amien.

13.Saudaraku, Eny, Dina, Rossi, Heny, Ucik, Dewik, Nila, Tutik. Trimakasih telah mau menghabiskan waktu bersamaku walau sesaat.


(14)

xi

Veri,Sinyo, ayo maju dab, buktikan pada dunia kalau kita biasa berhasil. Maju terus.

16.Seluruh keluarga besar PT.Gerbang Madani Group, trimakasi telah memberikan kesempatan bergabung di sana.

17.Sahabat-sahabatku adi, krewol, goris, bowo, boim, ciprut(wiwin),iin, lamdos,yuni, lusi, bulan, dwi, sipok, Yoyok, erma, indri, eri, imas, ayo maju terus pantang mundur.

18.Teman-temanku angkatan 2002 Pendidikan Akuntansi B, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang berarti dalam penulisan skripsi ini.

Semoga semua kebaikan dan bantua nnya mendapat imbalan yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Yogyakarta, 2 November 2007

Penulis


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 7

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 10

1. Evaluasi... 10

a. Hakekat evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar ... 10

b. Ujian Nasional ... 15

c. Ujian Akhir ... 17

2. Persepsi... 19

a Pengertian persepsi ... 19

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi... 20

3. Guru... 21

B. Kerangka berfikir. ... 22


(16)

xiii

A. Jenis Penelitian... 28

B. Lokasi dan waktu Penelitian ... 28

C. Subjek, Objek Penelitian dan Unit Penelitian... 28

D. Populasi dan Sampel ... 29

E. Variabel Penelitian... 29

F. Teknik Pengumpulan Data... 30

1. Kuesioner ... 30

2. Dokumentasi ... 30

G. Kuesioner Penelitian ... 31

H. Pengujian kuesioner ... 32

1. Uji Validitas instrumen... 32

2. Uji Realibilitas instrumen ... 34

J. Teknik Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrepsi Hasil Penelitian... 43

1. Aspek Pedagogis... 45

2. Aspek Sosial dan Psikologis ... 47

3. Aspek Yuridis ... 49

4. Aspek Ekonomi ... 50

B. Pengujian Hipotesisi ... 52

1. Perbedaan Persepsi Aspek Pedagogis ... 55

2. Perbedaan Persepsi Aspek Sosial dan Psikologis ... 57

3. Perbedaan Persepsi Aspek Yuridis ... 60

4. Perbedaan Persepsi Aspek Ekonomi... 62

C. Pembahasan ... 65

1. Perbedaan Persepsi Aspek Pedagogis ... 65

2. Perbedaan Persepsi Aspek Sosial dan Psikologis ... 67

3. Perbedaan Persepsi Aspek Yuridis ... 69


(17)

xiv

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan... 73 B. Keterbatasan... 74 C. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Contoh pedoman penilaian... 11

Tabel II Kisi-kisi Kuesioner... 31

Tabel IV Hasil Pengujian Validitas ... 33

Tabel V Hasil pengujian Reaibilitas ... 35

Tabel VI Distibusi data persepsi guru terhadap Ujian Nasional SMA ... 43

TabelVII. Distibusi data Aspek Pedagogis ... 45

TabelVIII.Distibusi data Aspek Sosial dan Psikologis ... 47

Tabel IX Distibusi data Aspek Yuridis ... 49

Tabel X Distibusi data Aspek Ekonomi ... 51

Tabel XI Perbedaan Persepsi terhadap UN antara Guru SMA ... 53

Tabel XII Perbedaan Persepsi terhadap UN Aspek Pedagogis ... 55

TabelXIII Perbedaan Persepsi terhadap UN Aspek Sosial dan Psikologis 58 Tabel XIV Perbedaan Persepsi terhadap UN Aspek Yuridis ... 60


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN I Kuesioner Penelitian... 76

LAMPIRAN II Data Mentah ... 80

LAMPIRAN III Data Induk ... 82

LAMPIRAN IV Pengujian Validitas dan Realibilitas ... 88

LAMPIRAN V Deskrepsi Data ... 97

LAMPIRAN VI Pengujian Hipotesis ... 98


(20)

1

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia yang berkualitas dibentuk dari proses pendidikan. Hasil dari proses pendidikan tersebut akan menentukan nasib sebuah bangsa. Masalahnya adalah bagaimana proses pendidikan mampu mencapai tujuan pendidikan yang yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No 20 tahun 2003 menyatakan pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan itu diuraikan dalam bentuk yang lebih operasional yaitu peserta didik yang mempunyai kompetensi yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Pencapaian tujuan pendidikan dapat diketahui melalui kegiatan pengukuran yang disebut evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi adalah Ujian Nasional (UN). UN merupakan alat ukur yang terstandar (standardized test) yang dikeluarkan pemerintah. Sistem penilaian melalui UN yang diselenggarakan oleh pemerintah menunjukkan suatu sistem evaluasi yang terpusat.

Pemberlakuan sistem pengukuran terpusat menimbulkan kontroversi sejak awal. Keberatan-keberatan yang muncul dengan sistem evaluasi yang terpusat seperti dapat dijelaskan dalam uraian berikut ini. Menurut Ngadirin (2004) UN yang dilaksanakan untuk mata pelajaran tertentu seperti Matematika, Bahasa Indonesia, tidak mampu memberikan informasi menyeluruh tentang


(21)

perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan. UN dirasakan belum mampu memberikan informasi menyeluruh tentang perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Penyimpangan dalam pelaksanaan UN yang digulirkan Depdiknas tidak hanya minim sosialisasi dan tertutup, tetapi juga lebih pada hal- hal yang bersifat fundamental, baik secara yuridis, pedagogis, sosial dan psikologis, dan ekonomi (Tempo, 4 Februari 2005). Hasil kajian dimensi-dimensi tersebut yang dilakukan oleh Koalisi Pendidikan disajikan secara rinci seperti berikut ini:

1. Aspek pedagogis. Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik) dan sikap (afektif). Sebaliknya, dalam UN hanya mengukur aspek kemampuan kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan.

2. Aspek yuridis. Berapa pasal dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 tela h dilanggar. Pelanggaran itu terjadi pada pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Hal ini diperkuat oleh Pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh


(22)

pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar

peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa

proses. Dalam pasal 59 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Sebaliknya, dalam UN, pemerintah hanya melakukan terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.

3. Aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan tahun 2002/2003 sebesar 3,01, tahun 2003/2004 menjad 4,01, tahun 2004/2005 menjadi 4,26 tahun 2005/2006 menjadi 4,51 tahun 2006/2007 menjadi 5,00. Tuntutan nilai ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi guru dan peserta didik. Siswa dipaksakan menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di UN-kan di sekolah ataupun di rumah.

4. Aspek ekonomi. Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana dari APBN dan masyarakat. Pada tahun 2005 telah disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tetapi tidak dijelaskan sumber pendanaan tersebut. Kondisi ini memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya pelaksanaan UN. Selain itu, sistem yang belum jelas masih sulit mencegah terjadinya penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas


(23)

pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN.

Sementara ada kelompok yang kontra terhadap pelaksanaan UN, di lain pihak juga terdapat kelompok yang setuju dengan pelaksanaan UN. Alasan-alasan yang melatarbelakangi persetujuan untuk dilaksanakannya UN akan dijelaskan berikut ini. Furqon (Masih Perlukah Ujian Akhir Nasional Pikiran Rakyat, 23 Desember 2004 – On line) menyebutkan sedikitnya ada lima alasan mendukung pelaksanaan UN.

Petama, alasan akuntabilitas publik (public accountability), yaitu ujian dalam pendidikan diharapkan mampu menyediakan dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kemajuan dan prestasi. Dengan demikian, publik dapat mengetahui manfaat setiap rupiah yang dibelanjakan dalam kegiatan pendidikan.

Kedua, alasan pengendalian mutu (quality control) pendidikan. Ujian diharapkan dapat menjadi instrumen untuk mengendalikan dan menjamin bahwa setiap keluaran (lulusan) pendidikan telah memenuhi kualifikasi, kompetensi, atau standar tertentu yang telah ditetapkan.

Ketiga, alasan motivator (pressure to achieve), yaitu evaluasi diharapkan menjadi instrumen untuk mendorong dan “memaksa” pengelola, penyelenggara dan pelaksanaan (guru dan siswa) pendidikan untuk berusaha lebih keras dalam mencapai hasil yang diharapkan.

Keempat, alasan seleksi dan penempatan yaitu hasil evaluasi pendidikan dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk menerima atau menolak


(24)

seorang pelamar. Selain itu, hasil evaluasi juga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan ke mana seseorang dianjurkan untuk melanjutkan pendidikannya atau bekerja.

Kelima, alasan diagnostik yaitu bahwa evaluasi dapat memberikan umpan balik (feedback) terhadap kekuatan dan kelemahan suatu sistem sehingga dapat ditentukan upaya tindak lanjut yang diperlukan. Fungsi ini sering juga dikaitkan dengan fungsi peningkatan mutu (quality improvement) karena balikan yang tepat dapat mendorong kegiatan dan program pendidikan untuk senantiasa melakukan peningkatan mutu layanan pendidikan dan keluaran yang dihasilkannya.

Furqon (2004) mengemukakan bahwa ujian memegang peranan strategis dalam manajemen mutu pendidikan. Suatu studi yang dilakukan oleh tim Bank Dunia menunjukkan bahwa ujian akhir merupakan strategi peningkatan mutu pendidikan yang banyak dipilih dan digunakan negara-negara berkembang yang sumber dayanya relatif terbatas.

Tarik menarik yang terjadi karena adanya pihak-pihak yang setuju dan tidak setuju ini menimbulkan suatu keprihatinan bagi banyak kalangan. UN sebagai suatu sistem evaluasi yang meliputi penentuan mata pelajaran yang diujikan, pembuatan item- item soal, penentuan standar kelulusan, dan mekanisme penilaian bagi beberapa pihak menjadi beban psikologis. Beberapa pihak yang paling merasakan dampak dari UN adalah peserta didik, orang tua siswa dan guru. Mereka masing- masing mempunyai beban sesuai dengan kapasitasnya dalam rangka menghadapi UN. Beban psikologis yang dirasakan tersebut antara lain tuntutan standar kelulusan sebesar 4, 26 (Mukarto, 2005: 130).


(25)

Bagi guru, tuntutan standar minimal 4, 26 dan sekaligus penentu kelulusan menjadi beban karena mereka harus mempersiapkan peserta didik yang masing-masing memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut berupa tingkat kecerdasan, latar belakang, sarana-prasarana yang mendukung kegiatan belajar di rumah, dan lain-lain. Selain itu, terbatasnya sumber dana dan sarana dan prasarana di sekolah juga menjadi hambatan tersendiri bagi guru untuk melaksanakan proses belajar yang optimal. Kondisi yang semacam ini tentu menimbulkan persoalan bagi guru apakah siswa-siswi dapat berhasil dalam UN. Persoalan tersebut tentu disebabkan oleh persepsi guru tentang sulitnya mencapai standar minimal dengan situasi dan kondisi yang ada.

Masalah lain bagi guru juga disebabkan karena kelulusan siswa – siswi menjadi penentu bagi mereka untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam menghadapi masalah ini, guru tentu memberikan tanggapan yang tidak sama. Hal ini ditentukan oleh kualitas siswa – siswi, sarana prasarana, dan jumlah siswa. Sekolah yang memiliki siswa berkualitas baik dan sarana dan prasarana yang memadai tentu mempunyai persepsi yang lebih positif dibandingkan dengan sekolah yang memiliki siswa yang berkualitas sedang atau rendah dan sarana prasarana yang terbatas. Dalam penelitian ini, dikelompokkan dalam sekolah negeri dan sekolah swasta.

Sebenarnya persepsi terhadap UN tidak hanya dibatasi oleh tuntutan standar nilai kelulusan tetapi UN sebagai suatu keseluruhan. Item- item soal yang tidak dibuat oleh guru, mekanisme penilaian yang tertutup, dan situasi dan kondisi


(26)

yang disamaratakan menimbulkan berbagai pemahaman yang berbeda terhadap Ujian Nasional.

Penelitian ini dilakukan di sekolah negeri dan swasta di kabupaten gunungkidul karna dilihat dari kualitas siswanya. Standar nilai (NEM) penerimaan siswa pada sekolah negeri umumnya lebih tinggi dibanding sekolah swasta. Sarana dan prasarana pada sekolah negeri pada umumnya lebih lengkap dibanding sekolah swasta.

Berdasarkan fenomena yang berkembang di masyarakat mengenai UN sebagai penentu kelulusan menimbulkan kontroversi. Dengan alasan inilah peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan persepsi guru terhadap UN dari sekolah Negeri dan sekolah swasta. Peneliti menduga bahwa perbedaan kategorisasi sekolah yang menunjukkan kualitas sekolah akan mempengaruhi persepsi guru di sekolah tersebut. Topik yang akan dibahas adalah “Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional”. Studi Empirik pada Sekolah Menengah Atas “di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta.


(27)

2. Apakah ada perbedaan persepsi terhadap yang signifikan Ujian Nasional dalam aspek yuridis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

3. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

4. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam aspek ekonomis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui:

1 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta.

2 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek yuridis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta


(28)

3 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

4 Perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional dalam aspek ekonomis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Depdiknas.

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah, khususnya yang berkaitan dengan sistem evaluasi, sehingga tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam UU No 20 tahun 2004 dapat diwujudkan.

2. Bagi Universitas Sanata Darma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mena mbah kepustakaan dan dapat dipergunakan sebagai salah satu masukan bagi peneliti yang akan datang. 3. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang sistem pendidikan formal di Indonesia.

4. Bagi sekolah menengah umum.

Hasil penelitian ini diharapkan bisa lebih meningkatkan persiapan sekolah didalam menghadapi pelaksanaan Ujian Nasional yang akan datang.


(29)

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis 1. Evaluasi

a. Hakekat Evaluasi dalam Kegiatan Belajar Mengajar

Berdasarkan Undang - Undang No 20 Tahun 2003, evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak–pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang. Penilaian merupakan rangkaian untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar warga yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna bagi pengambilan keputusan (Mukarto Waspodo, artikel Peranan Pamong Belajar dalam Implementasi Kurikulum). Menurut Dr. Suharsimi Arikunto Penilaian adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Menurut pendapat Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989: 119), penilaian adalah suatu proses menentukan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam konteks situasi tertentu.

Jenis-jenis evaluasi menurut Dr.Suharsimi Arikuntomeliputi:

1) Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap selesai dipelajari suatu unit pelajaran tertentu yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran sudah dapat diterima oleh siswa.


(30)

2) Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setiap akhir pengajaran suatu program atau sejumlah unit pelajaran tertentu.

3) Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang digunakan utuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat.

Sebelum guru menilai prestasi belajar siswa, ia harus terlebih dahulu mengukur prestasi belajar siswa. Kegiatan pengukuran dapat dilakukan melalui ulangan, ujian, tugas dan sebagainya. Kegiatan pengukuran sifat suatu objek adalah suatu kegiatan yang menentukan kuantitas sifat suatu objek melalui aturan-aturan tertentu yang benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud (Masidjo, 1995: 14). Kuantitas yang diperoleh dari suatu pengukuran disebut skor. Contoh skor: 66, 33, 43 dsb.

Agar skor-skor yang diperoleh dapat berarti bagi pihak-pihak yang terkait khususnya guru dan siswa, skor-skor tersebut perlu diberi arti atau makna. Skor-skor tersebut akan bermakna apabila diperbandingkan dengan suatu acuan yang relevan, yang sesuai dengan sifat suatu objek, dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran (Masidjo, 1995: 17-18). Tabel 1 berikut ini adalah contoh pedoman penilaian.

Tabel 1. Contoh Pedoman Penilaian

Kelas interval Kualifikasi Kualitas/ nilai 49 – 60

40 – 48

Amat baik Baik

A B


(31)

34 - 39 28 – 33 0 – 27

Cukup

Kurang/ meragukan Kurang sekali/ gagal

C D E

Berdasarkan contoh di atas skor-skor tersebut dapat diubah menjadi kualitas. Dengan demikian, penilaian suatu objek adalah kegiatan membandingkan antara hasil pengukuran yang berupa skor dengan acuan yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan nilai.

Menurut Masidjo (1995:23-26), prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek sebagai berikut:

1) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara terus menerus atau kontinyu.

Dengan dilaksanakannya kegiatan pengukuran dan penilaian secara kontinyu akan membuat siswa makin dapat melaksanakan kegiatan belajar secara teratur. Dengan demikian guru dapat mengetahui perkembangan prestasi belajar siswa secara lebih mantap.

2) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara menyeluruh atau komprehensif.

Kegiatan pengukuran dan penilaian harus menyentuh semua bahan pelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sifat menyeluruh dari isi kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa ini tampak pada isi tes prestasi belajar yang mencakup berbagai bidang, yaitu pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai dan ketrampilan


(32)

3) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilakukan secara objektif.

Objektivitas pelaksanaan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan mentaati aturan-aturan yang dituntut oleh kedua kegiatan tersebut secara bertanggungjawab, berusaha mengatasi keterbatasan-keterbatasannya dengan bertindak secara lugas dan apa adanya. Tantangan godaan yang dihadapi dalam melaksanakan kedua kegiatan tersebut berasal dari pandangan yang keliru tentang tugas guru, yang karena keadaannya seolah-olah dapat dibeli, sehingga dapat mengikis dan meruntuhkan sikap objektif guru dalam penentuan skor dan nilai prestasi belajar siswa.

4) Kegiatan pengukuran dan penilaian sifat suatu objek harus dilaksanakan secara kooperatif.

Dalam melaksanakan kegiatan pengukuran dan penilaian harus ada kerjasama antar guru, antara guru dengan kepala sekolah atau guru lain yang berpengalaman. Kerjasama dapat berupa perencanaan dan penyusunan tes prestasi belajar yang akan dipakai, sehingga tes tersebut diyakini sebagai tes yang bermutu. Di samping itu juga perlu kerjasama guru dalam pemahaman kondisi belajar siswa dengan mengadakan penelitian tentang kondisi belajar siswa, kerjasama dalam penentuan acuan penilaian yang dipakai oleh sekolah. Bentuk kerjasama lain dapat berupa penataran atau lokakarya dari para ahli, diskusi yang terarah antara guru muda dengan guru yang lebih berpengalaman atau pejabat yang


(33)

bertanggungjawab. Dengan adanya kerjasama tersebut diharapkan susunan atau profil nilai prestasi belajar siswa dalam laporan resmi seperti rapor dapat menunjukkan taraf keseimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan UU No 20 Tahun 2003, Indonesia menerapkan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum itu sendiri digunakan sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan. Dalam KBK, kita mengenal adanya diversifikasi kurikulum yaitu kurikulum yang disesuaikan, diperluas, diperdalam atau dirancang untuk melayani keberagaman maupun minat peserta didik serta kebutuhan dan kemampuan daerah dan sekolah ditinjau dari segi geografis dan budaya (Ketentuan Umum KBK).

Kompetensi dapat dikenali melalui sejumlah hasil belajar dan indikatornya yang dapat diukur dan diamati. Pencapaian kompetensi dapat melalui pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan kajian dan bahan pelajaran secara kontekstual. Dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi, evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan. Penilaian pada KBK adalah penilaian berbasis kelas. Penilaian ini merupakan kegiatan pengumpulan informasi mengenai proses dan hasil belajar peserta didik yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Penilaian ini dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Sekolah diberi kewenangan untuk menentukan kriteria keberhasilan, cara dan jenis


(34)

penilaian yang sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditentukan sebagai berikut:

1) Berorientasi pada kompetensi

2) Mengacu pada patokan atau kriteria yang ditetapkan sendiri sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya

3) Ketuntasan belajar, pencapaian tingkat kompetensi yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi lebih lanjut

4) Menggunakan berbagai cara, pengumpulan informasi dapat menggunakan tes maupun non tes

5) Valid, adil, terbuka dan berkesinambungan

b. Ujian Nasional

Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menerapkan Ujian Nasional (UN) sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. UN merupakan penilaian pada akhir proses pembelajaran di sekolah. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2005 dinyatakan bahwa UN adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah (pasal 1 ayat a). Ujian Nasional bertujuan untuk mengukur pencapaian kompetensi lulusan pada mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka pencapaian standar nasional pendidikan (pasal 3). Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 153/ U/ 2003 tentang Ujian Akhir Nasional tahun pelajaran


(35)

2003/ 2004 disebutkan bahwa tujuan UN adalah untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik melalui pemberian tes pada siswa sekolah lanjutan tingkat pertama dan sekolah lanjutan tingkat atas. Selain itu, UN bertujuan untuk mengukur mutu pendidikan dan mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten sampai tingkat sekolah (Ngadirin, 8 Desember 2004). UN berfungsi sebagai alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, pendorong peningkatan mutu pendidikan nasional, bahan dalam menentukan kelulusan peserta didik, dan sebagai bahan pertimbangan dalam seleksi penerimaan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. UN merupakan salah satu bentuk evaluasi belajar pada akhir tahun pelajaran yang diterapkan pada beberapa mata pelajaran yang dianggap penting, yaitu mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika.

UN yang bertujuan untuk mengukur pencapaian hasil belajar siswa hendaknya sejalan dengan hakekat evaluasi dan landasan hukum evaluasi sebagaimana yang tertuang dalam UU Sistem Pendidikan Nasional.

Beberapa aspek yang berkaitan dengan UN antara lain (Tempo, 4 Februari 2005) :

1) Aspek pedagogis

Dalam ilmu kependidikan, kemampuan peserta didik mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik), dan sikap (afektif).


(36)

Pasal 35 ayat 1 UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan , sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Pasal 58 ayat 1 menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

3) Aspek sosial dan psikologis

Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mema tok standar nilai kelulusan kelulusan tahun 2002/2003 sebesar 3,01, tahun 2003/2004 menjad 4,01, tahun 2004/2005 menjadi 4,26 tahun 2005/2006 menjadi 4,51 tahun 2006/2007 menjadi 5,00. Kenaikan standar kelulusan dari tahun ke tahun menimbulkan kecemasan psikologis bagi guru dan peserta didik.

4) Aspek ekonomi

Seharusnya biaya pelaksanaan UN ditanggung oleh pemerintah, dengan demikian tidak menjadi beban bagi orangtua.


(37)

c. Ujian Akhir

Ujian akhir adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir program di setiap satuan dan jenjang pendidikan, termasuk program Paket A, Paket B dan Paket C yang berfungsi sebagai (Suara Merdeka, 4 Mei 2004):

1) Pengendalian mutu dalam sistem pendidikan.

Hal ini berarti ujian akhir diharapkan menjadi salah satu mekanisme dan instrumen pengendalian mutu lulusan agar sesuai dengan kualifikasi atau standar minimal yang telah ditetapkan.

2) Instrumen akuntabilitas.

Hasil ujian akhir merupakan informasi kepada orangtua dan masyarakat mengenai keberhasilan dan manfaat dari dana yang dikeluarkan untuk pendidikan dan menginformasikan kemajuan dan kemunduran prestasi akademik para lulusan setiap tahunnya, sehingga pertanggungjawaban sekolah tidak hanya kepada Dinas Pendidikan tetapi juga kepada masyarakat, baik prestasi akademik maupun peringkat sekolah.

3) Bahan pertimbangan untuk seleksi, penempatan dan penjurusan peserta didik. Nilai ujian akhir dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penjurusan peserta didik. Nilai ujian akhir dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penjurusan seorang lulusan. Di samping itu, nilai ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk menerima atau menolak seorang lulusan yang mendaftar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau melamar pekerjaan.


(38)

4) Alat diagnostik.

Ujian akhir sebagai alat untuk menge valuasi sistem maupun kebijakan yang telah diambil, serta mengidentifikasi variabel- variabel yang menentukan keberhasilan pada suatu kebijakan maupun pada sistem secara keseluruhan.

5) Evaluasi eksternal

Ujian akhir diharapkan berfungsi sebagai alat pendorong atau pemberi motivasi kepada peserta didik untuk belajar lebih sungguh-sungguh dalam mencapai standar nasional ya ng telah ditetapkan. Ujian diharapkan pula berfungsi sebagai alat pendorong kepada orangtua murid dalam mempersiapkan masa depannya (Badan Litbang Depdiknas 2003).

2. Persepsi

a. Pengertian Persepsi

Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman (Thoha, 1988: 138). Menurut Rakmanto (1985: 64). persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hasil hubungan-hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan perasaan.


(39)

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1994: 53). Menurut Davidof melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Persepsi adalah proses mengorganisasikan, menginterpretasikan sehingga individu mengerti tentang apa yang diinderakan (1981, Walgito, 1994: 64).

Sejak manusia dilahirkan di dunia ini, sejak itu secara langsung ia berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula ia menerima stimulus atau rangsang dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Ia merasa kedinginan, sakit dan sebagainya, kesan tersebut diperoleh dari lingkungannya, merupakan hasil dari proses persepsi. Karena persepsi merupakan proses memahami dunianya. Setelah manusia menginderakan objek di lingkungannya, ia memproses hasil penginderaannya itu, dan

timbullah makna tentang obyek itu pada diri manusia yang bersangkutan (Sarwono, 1992: 47).

Dari pengertian persepsi di atas dapat disimpulkan bahwa, persepsi mahasiswa adalah pandangan mahasiswa tentang suatu obyek (dalam hal ini adalah profesi guru) yang diperoleh dengan mengumpulkan dan menginterpretasikan informasi, sehingga mahasiswa tersebut dapat mengerti tentang apa yang diinderakan.


(40)

Persepsi terhadap suatu stimulus mungkin berbeda antara satu individu dengan individu lainnya, walaupun stimulus disampaikan oleh orang yang sama. Hal ini dapat terjadi karena tergantung dari individu, apa yang hendak dipersepsi/bagaimana sesuatu yang akan dipersepsi tersebut diorganisasikan dan diinterpretasikan, tetapi hal ini tidak berarti persepsi orang satu dengan lainnya tidak mungkin terjadi kesamaan. Hal ini lebih banyak tergantung proses di dalam otak (Sarwono. 1992: 67).

Menurut Mulyadi (1989: 234-235), persepsi yang terbentuk sekurang-kurangnya dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

a. Orang yang membentuk persepsi itu sendiri

Kondisi intern atau karakteristik pribadi, sangat menentukan persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam kategori kondisi intern ini antara lain: kebutuhan, kelelahan, kecemasan, sikap, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu, dan kepribadian.

b. Stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu

Obyek yang diamati (benda, orang, peristiwa, proses, dan lain- lain) ikut juga menentukan persepsi yang dibentuk oleh seseorang. Masing- masing obyek tersebut memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Kecuali itu setiap obyek juga memiliki sejumlah karakteristik tertentu. Karakteristik yang dianggap paling menonjol oleh seseorang biasanya paling menentukan persepsi yang dibentuk. Sebagai contoh, dalam sebuah organisasi terdapat seorang anggota yang penampilannya sangat mengesankan. Cara


(41)

berpakaiannya selalu rapi, sopan, rajin, ramah, dan mudah bergaul akibatnya anggota lain umumnya segera membentuk persepsi positif terhadapnya.

c. Situasi dimana pembentukan persepsi itu terjadi

Situasi saat terjadinya pembentukan persepsi juga berpengaruh terhadap persepsi yang dibentuk. Termasuk dalam pengertian situasi ini antara lain: tempat, waktu, suasana (sedih, gembira), dan lain- lain.

3. Pengertian Guru

Dalam kamus Bahasa Indonesia (1976) guru diartikan sebagai seseorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Guru merupakan profesi atau jabatan/pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru (Usman, 1995: 6). Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus yang dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu. Sedangkan menurut Masidjo (1992: 10), guru adalah seorang pekerja profesional yang diberi tugas, wewenang dan tanggung jawab oleh atasan yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah khususnya dalam kegiatan PBM dan kegiatan instruksional dari mata pelajaran yang diampunya. Dari ketiga pengertian di atas sama-sama menunjuk bahwa guru merupakan pekerjaan.

Menurut Samana (1994: 11), guru atau tenaga pendidik yang dikutipnya dari PP No. 38/ 1992, Bab I, Pasal I, ayat I adalah warga masyarakat yang mengabdikan diri secara langsung dalam penyelenggaraan


(42)

lembaga pendidikan tertentu. Dengan demikian guru merupakan tenaga pendidik yang bekerja di lembaga pendidikan. Sedangkan pengertian guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal (Usman, 1995: 15).

B. Kerangka Berpikir

a. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek pedagogis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA swasta.

Persepsi setiap guru swasta dan negeri terhadap ujian nasional dilihat dari aspek pedagogis berbeda-beda. Ada guru yang memiliki persepsi positif, namun ada pula yang mempunyai persepsi negatif. Perbedaan persepsi tersebut diduga dipengaruhi oleh kualitas sekolah yang tercermin dari kualitas siswa, sarana prasarana yang memadai, dan lain- lain. Pengklasifikasian yang dilakukan ini berdasarkan sekolah yang berstatus negeri dan swasta.

Pelaksanaan Ujian Nasional dilihat dari aspek pedagogis dalam ilmu kependidikan mencakup tiga aspek, yakni pengetahuan (kognitif), ketrampilan (psikomotorik ) dan sikap (afektif). Sebaliknya, dalam UN hanya mengukur aspek kemampuan kognitif, sedangkan kedua aspek lain tidak diujikan sebagai penentu kelulusan


(43)

b Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek Yuridis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA swasta

Menurut penilaian yang dilaksanakan oleh Badan Akreditasi Sekolah menyatakan bahwa Sekolah negeri merupakan kelompok sekolah yang memiliki nilai Ujian Nasional dan sarana dan prasarana yang paling baik dibandingkan dengan sekolah swasta.

Pelaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek Yuridis ada beberapa pelanggaran yang dilakukan. Berapa pasal dalam Undang- undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 telah dilanggar. Pelanggaran itu terjadi pada pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Hal ini diperkuat oleh Pasal 58 ayat 1 yang menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Kenyataannya, selain merampas hak guru melakukan penilaian, UN mengabaikan unsur penilaian yang berupa proses. Dalam pasal 59 ayat 1 dinyatakan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis


(44)

pendidikan. Sebaliknya, dalam UN, pemerintah hanya melakukan terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.

c. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek sosial psikologis antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA swasta

Persepsi seseorang terhadap suatu objek dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam diri individu yang mempersepsi (segi kejasmanian dan psikologis), sedangkan faktor eksternal berupa stimulus dan lingkungan. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Bimo Walgito, 1991: 54 – 55).

Persepsi guru terhadap suatu objek, dalam hal ini adalah Ujian Nasional dipengaruhi oleh faktor- faktor di atas. Lima tahun terakhir pemerintah Indonesia menetapkan hasil Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan siswa SMP dan SMA. Nilai standar kelulusan siswa dinaikkan dari tahun ke tahun. Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut menimbulkan kontroversi di berbagai lapisan masyarakat. Ada tiga pihak yang sungguh merasakan dampak kebijakan pemerintah tersebut salah satunya guru.

Kebijakan pemerintah untuk melaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek sosial psikologis menimbulkan kontroversi pada guru sekolah negeri dan swasta. Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya,


(45)

pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan tahun 2002/2003 sebesar 3,01, tahun 2003/2004 menjad 4,01, tahun 2004/2005 menjadi 4,26 tahun 2005/2006 menjadi 4,51 tahun 2006/2007 menjadi 5,00. Tuntutan nilai ini menimbulkan kecemasan psikologis bagi guru, karena Siswa dipaksakan menghafalkan pelajaran-pelajaran yang akan di UN-kan di sekolah ataupun di rumah.

d. Perbedaan Persepsi guru terhadap Ujian Nasional dilihat dari aspek ekonomi antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA swasta

Sekolah-sekolah negeri cenderung memiliki persepsi yang lebih positif dibandingkan dengan sekolah swasta. Dengan demikian diduga para guru yang mengajar di sekolah negeri akan mempunyai persepsi yang lebih baik (positif) terhadap Ujian Nasiona l dibandingkan dengan guru yang mengajar disekolah swasta

Dugaan ini berdasarkan pemikiran bahwa guru yang mengajar di sekolah negeri yang didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai tentunya akan lebih mudah dalam mempersiapkan siswanya menghadapi Ujian Nasional dengan standar kelulusan yang dinaikkan dari tahun ke tahun.

Pelaksanaan ujian nasional dilihat dari aspek ekonomis menimbulkan kontroversi bagi guru sekolah negeri dan swasta Secara ekonomis, pelaksanaan UN memboroskan biaya. Tahun lalu, dana yang dikeluarkan dari APBN mencapai Rp 260 miliar, belum ditambah dana


(46)

dari APBN dan masyarakat. Pada tahun 2005 telah disebutkan pendanaan UN berasal dari pemerintah, tetapi tidak dijelaskan sumber pendanaan tersebut. Kondisi ini memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya pelaksanaan UN. Selain itu, sistem yang belum jelas masih sulit mencegah terjadinya penyimpangan finansial dana UN. Sistem pengelolaan selama ini masih sangat tertutup dan tidak jelas pertanggungjawabannya. Kondisi ini memungkinkan terjadinya penyimpangan (korupsi) dana UN.

C. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2004: 82). Hipotesis yang dirumuskan untuk masing- masing rumusan masalah sebagai berikut

1. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam aspek pedagogis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta. 2. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam

aspek yuridis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta 3. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam

aspek sosial dan psikologis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta


(47)

4. Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap Ujian Nasional dalam aspek ekonomis antara guru yang mengajar di Sekolah Menengah Atas Negeri dengan guru ya ng mengajar di Sekolah Menengah Atas Swasta


(48)

29

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian ex post facto yaitu data dikumpulkan setelah semua peristiwa yang diperhatikan terjadi. Berdasarkan tingkat kedalaman analisisnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif – eksploratif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan dan mendeskripsikan variabel-variabel penelitian yang berupa variabel-variabel- variabel-variabel persepsi guru terhadap UN.

B. Lokasi da n Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kabupaten Gunungkidul karena kualitas siswa antara siswa di sekolah negeri dan siswa di sekolah swasta berbeda. Perbedaan itu antara lain dapat dibuktikan pada waktu penerimaan siswa baru yaitu standar nilai (NEM) penerimaan siswa negeri lebih tinggi dibanding sekolah swasta. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli 2007.

C. Subjek , Objek Penelitian, dan Unit Penelitian

Subjek penelitian ini meliputi :

1. Para guru bidang mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris.

Obyek penelitian ini adalah Ujian Nasional.

Unit penelitian ini adalah meliputi seluruh Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Populasi dan Sampel


(49)

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Sesuai dengan masalah yang akan diteliti yang hubungannya dengan persepsi guru terhadap ujian nasional, maka populasi penelitian ini adalah guru-guru tiga bidang studi yaitu guru bidang studi Matematika, Ekonomi, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, di SMA Negeri dan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul

2. Sampel.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam penelitian ini adalah guru kelas tiga bidang studi yang diujikan dalam ujian nasional yaitu guru Matematika, Ekonomi, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Inggris. Penelitian ini dilakukan di Lima sekolah negeri dan lima sekolah swasta se- Kabupaten Gunungkidul karena keterbatasan dana dan waktu. Teknik pengambilan sampel yang dipakai menggunakan purposive sampling

(sampling bertujuan), yaitu pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri– ciri atau sifat-sifat populasi tertentu yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui sebelumnya.

E. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah persepsi guru di tingkat Sekolah Menengah Atas terhadap Ujian Nasional. Secara rinci variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:


(50)

1. Variabel persepsi guru adalah pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian oleh siswa terhadap suatu rangsangan yaitu Ujian Nasional.

2. Variabel status sekolah ditentukan berdasarkan pengklasifikasian sekolah Negeri dan sekolah swasta.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Data yang akan dinalisis dalam penelitian ini adalah data primer mengenai persepsi guru di Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Gunung kidul Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai beberapa atribut Ujian Nasional. Kueisioner disusun menggunakan skala Likert. Skala Likert yang digunakan adalah skala 5. Setiap pilihan jawaban diberi skor berturut-turut 1, 2, 3, 4 dan 5 untuk pernyataan positif yaitu mulai sangat tidak setuju , tidak setuju, setuju, dan sangat setuju dan 5, 4, 3, 2, dan 1 untuk pernyataan negatif yaitu mulai sangat tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Pertanyaan - pertanyaan dalam kuesioner yang dibagikan kepada responden dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan melihat dan mempelajari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan penelitian ini yaitu berupa


(51)

daftar nama- nama sekolah di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta berdasarkan status sekolah yaitu sekolah Negeri dan sekolah Swasta.

G. Kuesioner Penelitian

Kuesioner yang digunakan untuk menilai persepsi guru terhadap UN disusun berdasarkan Kisi – Kisi sebagai berikut ini:

Tabel 2. Kisi – Kisi Kuesioner Penelitian tentang Persepsi Guru Terhadap UN

No Dimensi Indikator Pernyataan

Positif (Nomor item dalam kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor item dalam kuesioner) 1. Aspek pedagogis

a. Kognitif (Pengetahuan b. Afektif (Sikap) c. Psikomotorik (Ketrampilan)

1. Soal–soal yang bisa mengungkap/mengukur tentang pengetahuan siswa

2. Soal-soal yang bisa mengungkap/mengukur tentang sikap siswa. 3. Soal-soal yang bisa

mengungkap/mengukur ketrampilan siswa. 1, 2, 3, 4 5, 6 8,9,10

2. Aspek sosial dan psikologis :

a. Ujian Nasional mampu memenuhi tuntutan masyarakat

b. Ujian Nasio nal tidak menimbulkan

kecemasan.

11, 13, 14,

15 3. Aspek yuridis : a. Penentuan kelulusan

siswa sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku.


(52)

4. Aspek ekonomi : a. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti pelaksanaan Ujian Nasional tidak membebani orang tua dan sekolah.

18,19

H. Pengujian Kuesioner

H.1 Uji Validitas Instrumen

Sebuah instrumen dikatakan valid bila dapat mengungkap data yang diteliti dengan tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Suatu instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk pengujian validitas butir instrumen, dalam penelitian ini menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson sebagai berikut:

xy

r =

(

)( )

(

)

{

Ν

}

{

Ν

( )

}

− Ν

2 2

2 2

Y Y

X X

Y X XY

Keterangan:

X = Variabel bebas (sekolah negeri dan swasta)

Y = Variabel terikat (persepsi guru terhadap ujian nasional) r xy = Koefisien Korelasi X dan Y


(53)

Ν = Jumlah subyek

X = Jumlah nilai X

Y = Jumlah nilai Y

XY = Jumlah Produk dari X dan Y

2

X = Jumlah Kuadrat nilai X

2

Y = Jumlah Kuadrat nilai Y

Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (r hitung) bernilai lebih besar atau sama dengan r table dengan taraf signifikansi 5%.

Demikian sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (r hitung) lebih kecil dari r tabel dengan taraf signifikansi 5%.

1. Uji Validitas Instrumen

Intrumen persepsi guru terhadap ujian nasional pada penelitian ini terdiri dari 19 butir pertanyaan, dari hasil analisis diketahui bahwa terdapat 1 pertanyaan yang dinyatakan guru, yaitu pertanyaan nomor 9, sehingga diperoleh 18 butir yang dinyatakan valid (sahih). Dari 18 butir yang dinyatakan valid masih memenuhi indikator- indikator persepsi guru terhadap ujian nasional. Hasil secara ringkas uji validitas pada setiap aspek-aspeknya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4. Ringkasan Uji Validitas Instrumen No. Aspek Persepsi Guru

Terhadap UN Jumlah Pertanyaan Jumlah Butir Gugur Nomor Butir Gugur 1. 2. Pedagogis Sosial dan Psikologis

10 5 1 0 9 -


(54)

3. 4.

Yuridis Ekonomi

2 2

0 0

- - Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini, sebagai berikut

TabelHasil Pengukuran Validitas

Faktor No. r xy r bt p Status

1 0. 500 0. 296 0. 010 sahih

2 0. 616 0. 234 0. 000 sahih

3 0. 420 0. 252 0. 024 sahih

4 0. 470 0. 267 0. 018 sahih

5 0. 577 0. 402 0. 001 sahih

6 0. 458 0. 274 0. 016 sahih

7 0. 497 0. 232 0. 006 sahih

8 0. 557 0. 397 0. 001 sahih

9 0. 275 0. 101 0. 277 gugur

10 0. 500 0. 275 0. 016 sahih

11 0. 623 0. 382 0.001 sahih

12 0. 709 0. 525 0. 000 sahih

13 0. 707 0. 396 0. 001 sahih

14 0. 754 0. 589 0. 000 sahih

15 0. 547 0. 352 0. 003 sahih

16 0. 817 0. 492 0. 000 sahih

17 0. 904 0. 492 0. 000 sahih

18 0. 872 0. 442 0. 000 sahih

19 0. 824 0. 442 0. 000 sahih

Pelaksanaan perhitungan butir-butir soal analisis dengan menggunakan bantuan komputer Program SPS.

H.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2002) reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya unt uk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah


(55)

baik. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya, dapat dipercaya dan dapat diandalkan (Suharsimi Arikunto, 2002). Lebih lanjut dalam buku Suharsimi Arikunto uji reliabilitas menggunakan rumus Alpha (2002):

[ ]

(

)

[

t

]

b r 2 2 1 1 σ σ

− − Κ Κ = Keterangan:

r = Reliabilitas Instrumen

Κ =Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

b

σ2

= Jumlah varians butir t

2

σ = Varians total

Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas atau keandalan pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Rangkuman uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen

Instrumen yang Diuji Koefisien Alpha Persepsi Guru Terhadap Ujian

Nasional

- Aspek Pedagogis

- Aspek Sosial dan Psikologis - Aspek Yuridis

- Aspek Ekonomi

0,837 0,645 0,680 0,640 0,608

Dengan taraf signifikan sebesar ( α ) = 5%, jika nilai rhitung lebih besar dari pada rtabel, maka butir soal tersebut dapat dikatakan reliabel, begitu juga


(56)

sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka soal tersebut tidak reliabel. Perhitungan reliabilitas instrumen penelitian dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS. Dari hasil pengujian instrumen diperoleh rhitung untuk persepsi guru terhadap Ujian Nasional 0,837, persepsi guru terhadap ujian Nasional dalam aspek pedagogis 0,645, persepsi guru terhadap ujian Nasional dalam aspek Sosial Psikologis 0,680, persepsi guru terhadap ujian Nasional dalam aspek Yuridis 0,640 dan persepsi guru terhadap ujian Nasional dalam aspek Ekonomi 0,608 sedangkan rtabel dengan taraf signifikansi 5% sebesar 0,239 maka kuesioner tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan sebagai alat ukur.

Dengan berdasarkan perhitungan validitas dan reliabilitas di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut sudah dapat dianggap memenuhi persyaratan, sehingga dapat digunakan sebagai alat ukur pengumpulan data.

I Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis Chi Kuadrat (χ2 ) untuk mengetahui adanya perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional pada sekolah menengah umum di kabupaten gunung kidul.

I.1 Untuk menjawab masalah pertama yaitu persepsi guru terhadap ujian nasional menurut aspek pedagogis, langkah- langkahnya sebagai berikut: a. Membuat Hipotesa Nol ( H

0

) dan Hipotesa Alternatif( H


(57)

H

O = tidak terdapat perbedaaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek pedagogis. H

A = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian nasional

menurut aspek pedagogis.

b. Menentukan nilai kritis pada tingkat signifikansi = 0,05

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu mentolerir kesalahan sebesar 5%.

c. Menghitung harga (χ2 ) dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1988 : 337) :

χ2

=

(

)

h h o

f f

f 2

Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi fh = frekuensi teoritis yang diharapkan

χ 2

= chi kuadrat

3. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai berikut:

fh =

( )

( )

Ν

k

g n

n


(58)

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k

n = jumlah kategori

Ν = total jendral

4. Menentukan harga tabel dengan derajat kebebasan dk = (Baris – 1)(Kolom – 1)

5. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 ditolak

6. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H0 diterima atau ditolak.

I.2 Untuk menjawab masalah kedua yaitu persepsi guru terhadap ujian nasional terhadap menurut aspek yuridis, langkah- langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat Hipotesa Nol ( H 0

) dan Hipotesa Alternatif( H

A )

H

0 = tidak terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian nasional menurut aspek yuridis.


(59)

HA = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian nasional menurut aspek yuridis.

b. Menentukan nilai kritis pada tingkat signifikansi = 0,05

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu mentolerir kesalahan sebesar 5%.

c. Menghitung harga dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1988 : 337) :

χ2

=

(

)

h h o

f f

f 2

Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi fh = frekuensi teoritis yang diharapkan χ2 = chi kuadrat

d. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai berikut:

fh =

( )

( )

Ν

k

g n

n

Dimana :

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k


(60)

N = total jendral

e. Menentukan harga tabel dengan derajat kebebasan dk = (Baris – 1)(Kolom – 1)

f. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung ≤ χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 ditolak g. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H0 diterima atau ditolak.

I.3 Untuk menjawab masalah ketiga yaitu persepsi guru terhadap ujian nasional menurut aspek sosial dan psikologis, langkah- langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat Hipotesa Nol ( H

0 ) dan Hipotesa Alternatif( HA )

H

0 = tidak terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian nasional menurut aspek sosial dan psikologis.

H

A = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek sosial dan psikologis. b. Menentukan nilai kritis pada tingkat signifikansi = 0,05


(61)

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu mentolerir kesalahan (error estimed) sebesar 5%.

c. Menghitung harga (χ2) dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1988: 337):

X2 =

(

)

h h o

f f

f 2

Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi fh = frekuensi teoritis yang diharapkan X2 = chi kuadrat

f. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai berikut:

fh =

( )

( )

Ν

k

g n

n

Dimana :

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k

n = jumlah kategori N = total jendral

e. Menentukan harga χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = (Baris – 1)(Kolom – 1)


(62)

f. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung ≤ χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 ditolak g. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan

hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H0 diterima atau ditolak.

I.4 Untuk menjawab masalah keempat yaitu persepsi guru terhadap ujian nasional menurut aspek ekonomi, langkah- langkahnya sebagai berikut: a. Membuat Hipotesa Nol ( H

0

) dan Hipotesa Alternatif( H

A )

H

0 = tidak terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian nasional menurut aspek ekonomi.

H

A = terdapat perbedaan dalam persepsi guru terhadap ujian

nasional menurut aspek ekonomi.

b. Menentukan nilai kritis pada tingkat signifikansi = 0,05

Dalam penelitian ini interval keyakinan ditentukan sebesar 95% yaitu mentolerir kesalahan sebesar 5%.

c. Menghitung harga (χ2) dengan rumus sebagai berikut (Sutrisno Hadi, 1988: 337):


(63)

X2 =

(

)

h h o

f f

f 2

Dimana:

fo = frekuensi yang diperoleh dari observasi fh = frekuensi teoritis yang diharapkan X2 = chi kuadrat

g. Menghitung (frekuensi yang diharapkan) dengan rumus sebagai berikut:

fh =

( )

( )

Ν

k

g n

n

Dimana :

fh = Frekensi yang diharapkan

g

n = jumlah golongan

k

n = jumlah kategori N = total jendral

f. Menentukan harga χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = (Baris – 1)(Kolom – 1)

f. Menentukan daerah penolakan

Apabila χ2 hitung ≤ χ2 tabel (0,05 dk) maka H

0 diterima Apabila χ2 hitung > χ2 tabel (0,05 dk) maka H


(64)

g. Kesimpulan

Dengan membandingkan hasil yang diperoleh dari χ2 perhitungan hitung dengan χ2 tabel akan diambil kesimpulan apakah H

0 diterima


(65)

46

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

Data pada penelitian ini diambil dengan angket, dengan lima alternatif jawaban dan dengan interval skor 1 sampai dengan 5. Persepsi guru terhadap ujian nasional pada penelitian ini terdiri dari 4 aspek, jumlah pertanyaan pada setiap aspeknya tidaklah sama. Oleh karena itu analisis deskripsi pada penelitian ini menggunakan skor standart, dengan cara jumlah skor dibagi dengan jumlah pertanyaan, sehingga diperoleh

Persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul Yogyakarta pada penelitian ini diukur angket yang berjumlah 18 butir pertanyaan/pernyataan. Setelah data ditabulasi, diskor, dan dianalisis dengan bantuan software komputer diperoleh skor terendah= 2,56 dan skor tertinggi= 4,33, dengan rerata sebesar= 3,684. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini.

Tabel 6. Distribusi Data Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

Frekuensi No. Kategori Jawaban Rentang Skor Absolut

(f)

Persentase (%)

1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 4 6,7

2. Baik 3,41 s.d. 4,20 43 71,7

3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 12 20,0

4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 1 1,7

5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0


(66)

Keterangan:

Batas maksimum = 5 Range : 5 - 1 = 4 Batas Minimum = 1 Interval : 4/ 5 = 0, 80 Klasifikasi = 5

Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas terlihat bahwa persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, 4 (6, 7%) guru persepsinya sangat baik; 43 (71, 7%) guru persepsinya baik; 12 (20,0%) persepsinya cukup baik; dan 1 (1,7%) guru persepsinya tidak baik; serta tidak ada guru yang persepsinya sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang diperoleh, yaitu sebesar= 3,684 terletak pada interval skor 3, 41 s/d 4,20 kategori baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, berada pada kategori baik.

Adapun histogram distribusi frekuensi persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:


(67)

0 4 43 1 12 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 Sangat Tidak Baik

Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Persepsi Guru Terhadap UN

F re k u e n si

Gambar 1. Histogram Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

Persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, terdiri dari empat aspek. Aspek-aspek tersebut adalah: (1) aspek pedagogis, (2) aspek sosial, (3) aspek yuridis, dan (4) aspek ekonomis. Berikut ini disajikan analisis deskripsi pada masing masing aspek

1. Aspek Pedagogis

Aspek pedagogis pada persepsi guru terhadap ujian nasional pada penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 9 butir pertanyaan, dengan interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh skor terendah yang dicapai sebesar= 2, 44 dan skor tertinggi= 4, 00; dengan rerata sebesar= 3,386. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini.


(68)

Tabel 7. Distribusi Data Aspek Pedagogis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

Frekuensi No. Kategori Jawaban Rentang Skor Absolut

(f)

Persentase (%)

1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 0 0,0

2. Baik 3,41 s.d. 4,20 27 45,0

3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 31 51,7

4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 2 3,3

5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas terlihat bahwa aspek pedagogis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, tidak ada satupun guru (0, 0) yang persepsinya sangat baik; 27 (45, 0%) guru persepsinya baik; 31 (51,7%) persepsinya cukup baik; dan 2 (3,3%) guru persepsinya tidak baik; serta tidak ada guru yang persepsinya sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang diperoleh, yaitu sebesar= 3,386 terletak pada interval skor 2, 61 s/d 3, 40 kategori cukup baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek pedagogis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, berada pada kategori cukup baik.

Adapun histogram distribusi frekuensi aspek pedagogis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:


(69)

0 0

27

2

31

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat Tidak Baik

Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Aspek Pedagogis

F

re

k

u

e

n

si

Gambar 1. Histogram Aspek Pedagogis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

2. Aspek Sosial dan Psikologis

Aspek sosial dan psikologis pada persepsi guru terhadap ujian nasional pada penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 5 butir pertanyaan, dengan interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh skor terendah yang dicapai sebesar= 2, 80 dan skor tertinggi= 4, 60; dengan rerata sebesar= 3,907. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini.

Tabel 8. Distribusi Data Aspek Sosial dan Psikologis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta


(70)

Absolut (f)

Persentase (%)

1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 17 28,3

2. Baik 3,41 s.d. 4,20 33 55,0

3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 10 16,7

4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 0 0,0

5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas terlihat bahwa aspek sosial dan psikologis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, 17 (28, 3%) guru persepsinya sangat baik; 33 (55, 0%) guru persepsinya baik; 10 (16, 7%) persepsinya cukup baik; dan tidak ada guru (0, 0%) yang persepsinya tidak baik dan sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang diperoleh, yaitu sebesar= 3,907 terletak pada interval skor 3, 41 s/d 4, 20 kategori baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek sosial dan psikologis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, berada pada kategori baik.

Adapun histogram distribusi frekuensi aspek sosial dan psikologis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:


(71)

0

17 33

0

10

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat Tidak Baik

Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Aspek Sosial dan Psikologis

F

re

k

u

e

n

si

Gambar 1. Histogram Aspek Sosial dan Psikologis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

3. Aspek Yuridis

Aspek yuridis pada persepsi guru terhadap ujian nasional pada penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 2 butir pertanyaan, dengan interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh skor terendah yang dicapai sebesar= 2, 00 dan skor tertinggi= 5, 00; dengan rerata sebesar= 4,058. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini.

Tabel 9. Distribusi Data Aspek Yuridis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta


(72)

Frekuensi No. Kategori Jawaban Rentang Skor Absolut

(f)

Persentase (%)

1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 18 30,0

2. Baik 3,41 s.d. 4,20 34 56,7

3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 7 11,7

4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 1 1,7

5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas terlihat bahwa aspek yuridis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, 18 (30, 0%) guru persepsinya sangat baik; 34 (56, 7%) guru persepsinya baik; 7 (11, 7%) persepsinya cukup baik; dan 1 (1,7%) guru persepsinya tidak baik; serta tidak ada satupun guru (0,0%) yang persepsinya sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang diperoleh, yaitu sebesar= 4,058 terletak pada interval skor 3, 41 s/d 4, 20 kategori baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek yuridis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkid ul, berada pada kategori baik.

Adapun histogram distribusi frekuensi yuridis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:


(73)

0 18 34 1 7 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Sangat Tidak Baik

Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Aspek Yuridis F re k u e n si

Gambar 1. Histogram Aspek Yuridis pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

4. Aspek Ekonomi

Aspek ekonomi pada persepsi guru terhadap ujian nasional pada penelitian ini diukur dengan angket yang berjumlah 2 butir pertanyaan, dengan interval skor antara 1 sampai dengan 5. Hasil analisis data diperoleh skor terendah yang dicapai sebesar= 2, 00 dan skor tertinggi= 5, 00; dengan rerata sebesar= 4,092. Distribusi frekuensi berdasarkan pengkategorian dapat dilihat berikut ini.

Tabel 10. Distribusi Data Aspek Ekonomi pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

Frekuensi No. Kategori Jawaban Rentang Skor Absolut

(f)

Persentase (%)


(74)

1. Sangat Baik 4,21 s.d. 5,00 30 50,0

2. Baik 3,41 s.d. 4,20 19 31,7

3. Cukup Baik 2,61 s.d. 3,40 7 11,7

4. Tidak Baik 1,81 s.d. 2,60 4 6,7

5. Sangat Tidak Baik 1,00 s.d. 1,80 0 0,0

Jumlah 60 100,0

Berdasarkan distribusi frekuensi seperti terangkum dalam tabel di atas terlihat bahwa aspek ekonomis pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, dari 60 orang guru, 30 (50, 0%) guru persepsinya sangat baik; 19 (31, 7%) guru persepsinya baik; 7 (11,7%) persepsinya cukup baik; dan 4 (6,7%) guru persepsinya tidak baik; serta tidak ada satupun guru (0,0%) yang persepsinya sangat tidak baik. Apabila dilihat dari rerata yang diperoleh, yaitu sebesar= 4,092 terletak pada interval skor 3,41 s/d 4,20 kategori baik; dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspek ekonomi pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, berada pada kategori baik.

Adapun histogram distribusi frekuensi ekonomi pada persepsi guru terhadap ujian nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:


(75)

0

30

19

4

7

0 5 10 15 20 25 30 35

Sangat Tidak Baik

Tidak Baik Cukup Baik Baik Sangat Baik

Aspek Ekonomi

F

re

k

u

e

n

si

Gambar 1. Histogram Aspek Ekonomi pada Persepsi Guru Terhadap Ujian Nasional SMA di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta

B. Pengujian Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji pada bagian ini adalah: “ada perbedaan persepsi terhadap ujian nasional antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul”. Hipotesis tersebut adalah hipotesis alternatif (Ha), untuk keperluan pengujian hipotesis maka hipotesis tersebut diubah menjadi hipotesis nihil (Ho) menjadi: “tidak ada perbedaan persepsi terhadap ujian nasional antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul”. Untuk menguji hipotesis tersebut, data dianalisis dengan Chi Square (Chi Kuadrat).


(76)

Hasil analisis data dengan bantuan software komputer, dengan teknik analisis tabulasi silang dan menghasilkan chi-square, serta contingency coefficient, disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 11. Perbedaan Persepsi Terhadap Ujian Nasional antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul

Guru Persepsi Guru

Terhadap UN SMA Negeri SMA Swasta Total Kurang Baik Baik 3 27 20 10 23 37 Jumlah

30 30 60

Pearson Chi Square = 20,376 p= 0,000

Contingency Coefficient= 0,503

a) Mencari nilai fh per kolom

(1) Responden dengan persepsi kurang baik

SMA Swasta =

60 30 23×

= 11,5

SMA Negeri =

60 30 23×

= 11,5

(2) Responden dengan persepsi baik

SMA Swasta =

60 30 37×

= 18,5

SMA Negeri =

60 30 37×

= 18,5


(77)

)

(

5 , 11 5 , 11 20 2

2 = −

χ +

(

)

5 , 11 5 , 11

3− 2

+

(

)

5 , 18 5 , 18

10− 2

+

(

)

5 , 18 5 , 18

27− 2

χ2 = 20,376

Berdasarkan tabel tersebut di atas, diperoleh Chi Square sebesar= 20,376 dengan p < 0,05; karena p < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, dan disimpulkan ada perbedaan yang signifikan persepsi terhadap ujian nasional antara guru yang mengajar di SMA Negeri dengan guru yang mengajar di SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul.

b.) Menghitung koefisien kontingensi C maximum

C maximum =

m m−1

C maximum =

2 1 2−

= 0,707

Menghitung koefisien kontingensi C

C = n X X + 2 2 C = 60 376 , 20 376 , 20 + = 0,503

Makin dekat harga C kepada Cmaximum makin dekat derajat asosiasi antara faktor. Dengan kata lain faktor yang satu berkaitan dengan faktor yang lain.


(78)

Membandingkan C = 0,503 dengan Cmax = 0,707 nampak bahwa derajat hubungan cukup besar.

Pengujian hipotesis, perbedaan pada masing- masing aspek persepsi guru terhadap ujian nasional disajikan pada uraian berikut ini.

1. Perbedaan Persepsi Aspek Pedagogis antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta

Hipotesis:

Ho = Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek pedagogis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungk idul

Ha = Ada perbedaan persepsi guru terhadap ujian nasional aspek pedagogis antara SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul

Hasil analisis data dengan bantuan software komputer, dengan teknik analisis tabulasi silang dan menghasilkan chi-square, serta contingency coefficient, disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel 12. Perbedaan Persepsi Terhadap Ujian Nasional Aspek Pedagogis antara Guru SMA Negeri dengan SMA Swasta di Kabupaten Gunungkidul

Guru Persepsi Guru

Aspek Pedagogis SMA Negeri SMA Swasta Total


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN PERSEPSI TERHADAP PROFESIONALISME MENGAJAR PADA GURU SMA NEGERI DAN GURU SMA SWASTA

0 3 14

Hubungan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 dengan motivasi kerja dan minat kerja guru survey : guru SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 2 Wonosari Kabupaten Gunungkidul.

4 9 232

Persepsi guru terhadap pekerjaan sambilan ditinjau dari jenis kelamin, status karyawan, dan status sosial ekonomi : studi kasus guru-guru SMA negeri dan swasta kabupaten Sleman.

0 1 123

Persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMA-SMA di Kabupaten Kulon Progo.

0 0 220

Persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan ujian nasional : studi kasus pada SMA-SMA di Kabupaten Bantul.

0 3 192

Persepsi guru terhadap pekerjaan sambilan ditinjau dari jenis kelamin, status karyawan, dan status sosial ekonomi studi kasus guru guru SMA negeri dan swasta kabupaten Sleman

0 0 121

Persepsi guru terhadap uji sertifikasi ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan status guru studi kasus pada guru SD dan SMP negeri dan swasta di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sle

0 2 140

PERSEPSI KEPALA SEKOLAH DAN GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DRUMBAND DI WILAYAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 0 141

Persepsi guru terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMU negeri dan swasta di Kabupaten Gunungkidul - USD Repository

0 0 139

Persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMA-SMA di Kabupaten Kulon Progo - USD Repository

0 0 218