Persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan ujian nasional : studi kasus pada SMA-SMA di Kabupaten Bantul.

(1)

x ABSTRAK

PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL Studi Kasus Pada SMA – SMA di Kabupaten Bantul

Elisabeth Henni Prasetyowati Universitas Sanata Dharma

2008

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan : 1) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C. 2) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C. 3) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus yang dilaksanakan di beberapa SMA di Kabupaten Bantul. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan orang tua siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan cluster sampling. Dengan teknik penarikan sampel tersebut, diperoleh 411 responden penelitian dengan rincian 198 siswa, 28 guru, dan 185 orang tua.

Pengujian hipotesis I dan III menggunakan uji statistik non-parametrik Chi-Kuadrat, karena data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Pengujian hipotesis II menggunakan uji statistik parametrik One Way Anova, karena data berdistribusi normal dan homogen.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : 1) ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005). 2) tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C (Sig. = 0,154 > 0,005). 3) ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005).


(2)

xi ABSTRACT

THE PERCEPTION OF STUDENTS, TEACHERS AND PARENTS TOWARD NATIONAL EXAMINATION IMPLEMENTATION

A Case Study at several Senior High Schools in Bantul Regency Elisabeth Henni Prasetyowati

Sanata Dharma University 2008

This research aimed to proove: 1) the significant differences of perception towards the national examination implementation among students who studied in Senior High Schools which were categorized as A accreditation, B accreditation, and C accreditation. 2) the significant differences of perception towards the national examination implementation among teachers who taught in Senior High Schools which were categorized as A accreditation, B accreditation, and C accreditation. 3) the significant differences of perception towards the national examination implementation among parents who sent their children to study in Senior High Schools which were categorized as A accreditation, B accreditation, and C accreditation.

This research was a case study conducted in several Senior High Schools in Bantul regency. The population in this research were the third grade students of Social department, class XII teachers of Indonesian, English and Economic subjects of Social department, and parents of the third grade students of Social department. The purposive and cluster sampling techniques were used to get the samples. By using the purposive sampling, it resulted 411 respondents who were 198 students, 28 teachers and 185 parents.

Hypotheses I and III were tested by the use of Chi-Quadrate non-parametric statistic test, because the data did not distributed normally and homogenic. Hypothesis II was tested by the use of One Way Anova parametric statistic test because the data distributed normally and homogenic.

The results of hypotheses test showed that: 1) there were significant differences of perception towards national examination implementation among students who studied in Senior High Schools which were categorized A accreditation, B accreditation, and C accreditation (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005), 2) there were not significant differences of perception toward national examination implementation among teachers who taught in Senior High Schools which were categorized A accreditation, B accreditation, and C accreditation (Sig. = 0,154 > 0,005), 3) there were significant differences of perception towards national examination implementation among parents who sent their children to study in Senior High Schools which were categorized A accreditation, B accreditation, and C accreditation (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005).


(3)

i

PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA

TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

Studi Kasus Pada SMA – SMA di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Elisabeth Henni Prasetyowati NIM : 031334005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2008


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

!

!


(7)

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 17 Januari 2008 Penulis


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Elisabeth Henni Prasetyowati

Nomor Mahasiswa : 031334005

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA TERHADAP

PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL.

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 27 Februari 2008

Yang menyatakan


(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa, Guru, dan Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlepas dari bantuan, kerjasama, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pandidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

5. Ibu E. Catur Rismiati, S.Pd., M.A dan Ibu Natalina Premastuti Brataningrum., S.Pd., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang berguna demi kesempurnaan skripsi ini.


(11)

viii

6. Bapak Drs. F. X. Muhadi, M.Pd., Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., Bapak Drs. Bambang Purnomo, S.E., M.Si., Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA., Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si., Ibu B. Indah Nugraheni, S.Pd., SIP., dan Bapak Agustinus Heri Nugroho, S.Pd., selaku staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama penulis menempuh studi di Program Studi Pendidikan Akuntansi. 7. Bapak Drs. Wawiek Wakidjo dan Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku tenaga

administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

8. Bapak Kepala Sekolah SMAN 2 Bantul, SMAN 1 Sewon, SMA Stella Duce Bantul, SMA Patria Bantul, SMA Mercu Buana Sedayu, SMA Muhammadiyah Sewon, dan SMA PGRI Kasihan, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Papa dan mamaku tercinta, yang selalu memberikan dukungan, perhatian, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. 10. Mas` Suryo ..., makasih atas semangat, perhatian, doa dan kasih sayanggg

yang selalu mas berikan selama ini.

11. Budhe, mas` Ridwan Alm, mba` Ari, mas` Nunung, Putri, Tiara, Bu Kus, Pak Lik, Bu Lik Endang, dan Ryan ..., makasih atas perhatian, cinta, dan doanya. 12. Yayik, Detha, Amel dan Hantoro ..., makasih banyak atas kerjasama dan

semangatnya. Don`t forget, Januari 2008 adalah bulan yang bersejarah untuk kita. Sukses untuk kita berlima ... Ok ... !!!


(12)

ix

13. Teman – teman P3W Melon, Iis, Wiwid, Sarah, Irene, Merli, Titis, Putri, Eko, mas` Banu, Bambang, Fandi, dan Markus ..., makasih atas semangat, cinta, dan hari-hari penuh keceriaan yang selalu ada setiap kita shelving.

14. Teman – teman staff PPKM `08 Abe, Boloth, mba` Ima, Wiwid, Agnes, Tian, Rani, Panji, Pak Heri, Bu Piepie, Bu Rishe, Rm. In Nugroho, Pak Minto, Pak Haryanto, Pak Budi, dan mas` Anton Solikin ..., makasih banyak atas perhatian, semangat, dan doanya.

15. Teman – teman PAK `03 ..., makasih banyak atas hari-hari penuh warna yang pernah kita lalui bersama. Kegembiraan dan kesedihan yang pernah kita rasakan sama-sama saat duduk di bangku kuliah adalah kenangan manis yang tidak terlupakan. Semoga dengan berjalannya waktu, kenangan itu dapat menjadi pelajaran terindah dalam hidup kita. Sukses untuk kita semua ... 16. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, makasih

banyak atas kerjasama, bantuan, semangat, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis senantiasa terbuka untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.


(13)

x ABSTRAK

PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL Studi Kasus Pada SMA – SMA di Kabupaten Bantul

Elisabeth Henni Prasetyowati Universitas Sanata Dharma

2008

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan : 1) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C. 2) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C. 3) ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus yang dilaksanakan di beberapa SMA di Kabupaten Bantul. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, dan orang tua siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial. Sedangkan teknik penarikan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan cluster sampling. Dengan teknik penarikan sampel tersebut, diperoleh 411 responden penelitian dengan rincian 198 siswa, 28 guru, dan 185 orang tua.

Pengujian hipotesis I dan III menggunakan uji statistik non-parametrik Chi-Kuadrat, karena data tidak berdistribusi normal dan tidak homogen. Pengujian hipotesis II menggunakan uji statistik parametrik One Way Anova, karena data berdistribusi normal dan homogen.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa : 1) ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005). 2) tidak ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C (Sig. = 0,154 > 0,005). 3) ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005).


(14)

xi ABSTRACT

THE PERCEPTION OF STUDENTS, TEACHERS AND PARENTS TOWARD NATIONAL EXAMINATION IMPLEMENTATION

A Case Study at several Senior High Schools in Bantul Regency Elisabeth Henni Prasetyowati

Sanata Dharma University 2008

This research aimed to proove: 1) the significant differences of perception towards the national examination implementation among students who studied in Senior High Schools which were categorized as A accreditation, B accreditation, and C accreditation. 2) the significant differences of perception towards the national examination implementation among teachers who taught in Senior High Schools which were categorized as A accreditation, B accreditation, and C accreditation. 3) the significant differences of perception towards the national examination implementation among parents who sent their children to study in Senior High Schools which were categorized as A accreditation, B accreditation, and C accreditation.

This research was a case study conducted in several Senior High Schools in Bantul regency. The population in this research were the third grade students of Social department, class XII teachers of Indonesian, English and Economic subjects of Social department, and parents of the third grade students of Social department. The purposive and cluster sampling techniques were used to get the samples. By using the purposive sampling, it resulted 411 respondents who were 198 students, 28 teachers and 185 parents.

Hypotheses I and III were tested by the use of Chi-Quadrate non-parametric statistic test, because the data did not distributed normally and homogenic. Hypothesis II was tested by the use of One Way Anova parametric statistic test because the data distributed normally and homogenic.

The results of hypotheses test showed that: 1) there were significant differences of perception towards national examination implementation among students who studied in Senior High Schools which were categorized A accreditation, B accreditation, and C accreditation (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005), 2) there were not significant differences of perception toward national examination implementation among teachers who taught in Senior High Schools which were categorized A accreditation, B accreditation, and C accreditation (Sig. = 0,154 > 0,005), 3) there were significant differences of perception towards national examination implementation among parents who sent their children to study in Senior High Schools which were categorized A accreditation, B accreditation, and C accreditation (Asymp. Sig = 0,000 < 0,005).


(15)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8


(16)

xiii BAB II KAJIAN TEORITIK

A. Persepsi ... 10

1. Pengertian Persepsi ... 10

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 11

B. Evaluasi ... 14

1. Hakekat Evaluasi ... 14

2. Ujian Nasional ... 20

C. Akreditasi Sekolah ... 22

D. Kerangka Berpikir ... 25

1. Perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C ... 25

2. Perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C ... 28

3. Perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C ... 30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33


(17)

xiv

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 34

E. Operasionalisasi Variabel ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data ... 51

1. Deskripsi Data ... 51

2. Deskripsi Variabel Penelitian ... 53

3. Uji Prasyarat Analisis ... 56

4. Pengujian Hipotesis ... 60

B. Pembahasan ... 67

1. Persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C ... 67

2. Persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C ... 71

3. Persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C ... 74


(18)

xv

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 81

C. Keterbatasan ... 84


(19)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Pedoman Penilaian ... 15 Tabel 3.1 Skor dalam Skala Likert ... 38 Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan

Ujian Nasional ... 38 Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan

Ujian Nasional ... 39 Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian Persepsi Orang Tua Terhadap

Pelaksanaan Ujian Nasional ... 39 Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 43 Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 43 Tabel 3.7 Hasil Uji Validitas Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 44 Tabel 4.1 Rekapitulasi Keseluruhan Subjek Penelitian ... 52 Tabel 4.2 Deskripsi Variabel Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 53 Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 54 Tabel 4.4 Deskripsi Variabel Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Ujian


(20)

xvii

Tabel 4.5 Uji Normalitas Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional ... 57 Tabel 4.6 Uji Normalitas Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional ... 57 Tabel 4.7 Uji Normalitas Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 58 Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa, Guru, dan Orang Tua Terhadap

Pelaksanaan Ujian Nasional ... 58 Tabel 4.9 Uji Homogenitas Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 59 Tabel 4.10 Uji Homogenitas Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Ujian

Nasional ... 59 Tabel 4.11 Uji Homogenitas Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaa Ujian

Nasional ... 60 Tabel 4.12 Hasil Uji Statistik Chi-Kuadrat Persepsi Siswa Terhadap

Pelaksanaan Ujian Nasional ... 62 Tabel 4.13 Hasil Uji Statistik One Way Anova Persepsi Guru Terhadap

Pelaksanaan Ujian Nasional ... 63 Tabel 4.14 Hasil Uji Multiple Comparisons Persepsi Guru Terhadap

Pelaksanaan Ujian Nasional ... 64 Tabel 4.15 Hasil Uji Homogeneous Subsets Persepsi Guru Terhadap

Pelaksanaan Ujian Nasional ... 65 Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Chi-Kuadrat Persepsi Orang Tua Terhadap


(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 89

DATA MENTAH VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 90

KUESIONER SEBELIM UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 98

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 114

KUESIONER SETELAH UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ... 121

DATA MENTAH PENELITIAN ... 136

KECENDERUNGAN VARIABEL PENELITIAN ... 154

HASIL UJI NORMALITAS ... 158

HASIL UJI HOMOGENITAS ... 165

HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS ... 167


(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di setiap negara. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik melalui proses pembelajaran. Masalahnya adalah bagaimana proses pembelajaran mampu mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana juga tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggungjawab.

Untuk melihat tingkat pencapaian tujuan pendidikan, diperlukan suatu bentuk evaluasi. Salah satu bentuk evaluasi tersebut adalah Ujian Nasional (UN). Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 45 Tahun 2006 tentang Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2006/2007, Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran atau penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menenggah.

Kebijakan pemberlakuan Ujian Nasional sebagai bentuk evaluasi pendidikan yang dikeluarkan pemerintah, telah lama menimbulkan pro dan kontra


(23)

di tengah masyarakat, baik dari kalangan pendidikan maupun kalangan non pendidikan. Menurut Ngadirin (http://www.artikel.us), Ujian Nasional yang dilakukan hanya dengan tes akhir pada beberapa mata pelajaran tidak mungkin memberikan informasi yang menyeluruh tentang perkembangan peserta didik sebelum dan setelah mengikuti pendidikan. Pelaksanaan Ujian Nasional pada beberapa mata pelajaran akan mendorong guru untuk cenderung memusatkan perhatiannya secara khusus pada mata pelajaran tertentu yang diujikan. Akibat dari kondisi ini, terjadi peremehan terhadap mata pelajaran yang tidak dilakukan pengujian karena dianggap tidak penting.

Berdasarkan kajian terhadap UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Kepmendiknas No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, Koalisi Pendidikan yang terdiri dari Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP), National Education Watch (NEW), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), The Center for the Betterment Indonesia (CBE), Kelompok Kajian Studi Kultural (KKSK), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Forum Guru Honorer Indonesia (FGHI), Forum Aksi Guru Bandung (FAGI-Bandung), For-Kom Guru Kota Tanggerang (FKGKT), Lembaga Bantuan Hukum (LBH-Jakarta), Jakarta Teachers and Education Club (JTEC), dan Indonesia Corruption Watch (ICW), menemukan setidaknya ada empat penyimpangan

(http://www.tokohindonesia.com).

Pertama, kesenjangan pada aspek pedagogis. Koalisi Pendidikan menilai Ujian Nasional hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan yakni aspek kognitif. Padahal menurut penjelasan pasal 35 ayat 1 UU Sisdiknas, kompetensi


(24)

lulusan seharusnya mencakup tiga aspek yakni aspek sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan (psikomotorik).

Kedua, kesenjangan pada aspek sosial dan psikologis. Dalam mekanisme pelaksanaan Ujian Nasional, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Sedangkan untuk standar nilai kelulusan tahun pelajaran 2006/2007 adalah 4,25 dengan nilai rata-rata minimum 5,0 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan. Tututan nilai ini menimbulkan kecemasan psikologi bagi siswa, guru, dan orang tua siswa.

Ketiga, kesenjangan pada aspek yuridis. Beberapa pasal dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah dilanggar, misalnya pasal 35 ayat 1 yang menyatakan bahwa standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan, yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala. Akan tetapi, Ujian Nasional hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah.

Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, Ujian Nasional hanya melakukan evaluasi terhadap peserta didik. Padahal menurut pasal 57 UU Sisdiknas, mutu pendidikan seharusnya didasarkan pada evaluasi yang mencakup peserta didik, lembaga, dan program pendidikan.

Pelaksanaan Ujian Nasional juga dianggap telah merampas kewenangan pendidik dan sekolah untuk melakukan evaluasi hasil belajar dan menentukan


(25)

kelulusan peserta didik. Menurut pasal 58 ayat 1 dan pasal 61 ayat 2 UU Sisdiknas, evaluasi hasil belajar dan penentuan kelulusan peserta didik dilakukan oleh pendidik dan sekolah.

Keempat, kesenjangan pada aspek ekonomi. Secara ekonomis, penyelenggaraan Ujian Nasional telah memakan biaya yang relatif besar. Pada tahun 2004, dana yang dikeluarkan dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk penyelenggaraan Ujian Nasional mencapai kurang lebih 260 miliar, belum ditambah dana dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dan masyarakat. Pada tahun 2005, memang disebutkan pendanaan Ujian Nasional berasal dari pemerintah, akan tetapi tidak dijelaskan sumber pendanaan tersebut, sehingga sangat memungkinkan masyarakat kembali akan dibebani biaya. Selama ini, sistem pengelolaan dana Ujian Nasional selalu tertutup dan tidak ada pertanggungjawaban yang jelas. Kondisi ini memungkinkan terjadinya penyimpangan dana Ujian Nasional.

Sedangkan menurut Furqon (http://www.pikiran-rakyat.com), Ujian Nasional sangat penting peranannya sebagai pengendali mutu pendidikan secara nasional dan pendorong peserta didik, pendidik, dan penyelenggara pendidikan untuk bekerja lebih keras guna meningkatkan mutu pendidikan. Disamping itu, Furqon juga berpendapat bahwa UU No. 20 Tahun 2003 mengamanatkan perlunya evaluasi untuk mengendalikan mutu pendidikan secara nasional (pasal 57) dan memantau tingkat ketercapaian standar nasional tentang kompetensi lulusan (pasal 35). Selain itu, Furqon juga melihat pentingnya ukuran baku


(26)

nasional untuk membandingkan posisi antara sekolah, kabupaten, dan antar propinsi.

Kontroversi yang muncul seputar Ujian Nasional, menimbulkan keprihatinan di berbagai kalangan masyarakat khususnya kalangan pendidikan. Ujian Nasional sebagai suatu bentuk evaluasi yang dikeluarkan pemerintah, justru menimbulkan beban psikologis bagi para siswa, guru, dan orang tua siswa. Beban psikologis tersebut timbul terutama karena Ujian Nasional menetapkan standar nilai kelulusan yang dirasa sulit untuk dicapai.

Bagi siswa, kebijakan pemerintah yang akan terus menaikkan standar nilai kelulusan hingga mencapai 6,0 dirasa sangat berat. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang tidak lulus dari tahun ke tahun semakin meningkat. Persepsi siswa terhadap Ujian Nasional memang berbeda-beda, akan tetapi predikat tidak lulus sangat membebani siswa.

Bagi guru, tuntutan standar nilai kelulusan yang terus meningkat juga menimbulkan beban yang sangat mendalam. Sebagai guru, tentu menginginkan siswanya sukses dan berhasil dalam studi. Tetapi apa daya, ketika pemerintah dengan lantang telah mengeluarkan standar nilai kelulusan yang wajib dipatuhi. Salah satu jalan yang dapat dilakukan guru hanyalah mempersiapkan siswanya dengan sungguh-sungguh. Akan tetapi, keterbatasan sarana dan prasarana penunjang kegiatan belajar di sekolah, terkadang menjadi hambatan yang cukup berat untuk dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang optimal.

Bagi orang tua, tuntutan standar nilai kelulusan yang ditetapkan pemerintah memunculkan keprihatinan yang mendalam. Sama halnya dengan


(27)

guru, orang tua pastilah juga menginginkan anaknya sukses dalam studi. Ujian Nasional menjadi satu beban yang tidak ringan karena standar nilai kelulusan yang ditetapkan pemerintah dirasa cukup sulit untuk dicapai. Tidak banyak yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu anaknya agar lulus ujian. Akan tetapi, kondisi ini menuntut orang tua untuk lebih memperhatikan anak-anaknya terutama dalam kegiatan belajar.

Persepsi siswa, guru, dan orang tua tehadap pelaksanaan Ujian Nasional dan keberhasilan siswa dalam menempuh Ujian Nasional juga sangat dipengaruhi oleh kualitas sekolah. Sekolah yang memiliki kualitas baik tercermin dari banyaknya jumlah siswa dan guru yang berkualitas dan ketersediaan sarana prasarana yang menunjang kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu, bagi sekolah yang berkualitas baik, Ujian Nasional bukan suatu masalah yang besar. Sebaliknya bagi sekolah yang kurang berkualitas, Ujian Nasional dipandang sebagai suatu beban berat yang harus dipikul. Dalam penelitian ini, sekolah yang berkualitas sangat baik dikategorikan dalam sekolah terakreditasi A, sekolah yang berkualitas baik dikategorikan dalam sekolah terakreditasi B, dan sekolah yang kurang berkualitas dikategorikan dalam sekolah terakreditasi C. Pengkategorisasian tersebut merupakan hasil penilaian Badan Akreditasi Sekolah, berdasarkan Kepmendiknas No. 087/U/2002 tentang Akreditasi Sekolah.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti perbedaan persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional pada sekolah yang termasuk dalam kategori sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C. Peneliti menduga bahwa perbedaan


(28)

kategori sekolah yang menunjukkan kualitas sekolah, akan mempengaruhi persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Oleh karena itu, topik yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah ”Persepsi Siswa, Guru, dan Orang Tua terhadap Pelaksanaan Ujian Nasioanl”.

B. Batasan Masalah

Penelitian ini, secara umum bertujuan untuk mengetahui persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional (UN). Agar penelitian lebih terarah, maka penelitian hanya terbatas untuk mengetahui perbedaan persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakrediasi B, dan terakreditasi C ?

2. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakrediasi B, dan terakreditasi C ?

3. Apakah ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada


(29)

SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakrediasi B, dan terakreditasi C ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan :

1. Ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakrediasi B, dan terakreditasi C.

2. Ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakrediasi B, dan terakreditasi C.

3. Ada tidaknya perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakrediasi B, dan terakreditasi C.

E. Manfaat Penelitian

1. Departemen Pendidikan Nasional

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional khususnya yang terkait dengan sistem


(30)

evaluasi, sehingga tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 dapat diwujudkan.

2. Universitas Sanata Darma

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai sumber acuan bagi para peneliti selanjutnya dan menambah referansi atau bacaan ilmiah khususnya bidang pendidikan.

3. Peneliti

Dari penelitian ini, peneliti memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru yang sangat berguna. Disamping itu, peneliti juga dapat menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan. Manfaat yang paling utama bagi peneliti adalah peneliti dapat mengetahui persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional.


(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses, di mana proses tersebut didahului dengan proses penginderaan. Proses penginderaan ini terjadi karena manusia berinteraksi dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, sehingga manusia perlu menyerap unsur dari luar yang berupa rangsang atau stimulus melalui inderanya. Dengan demikian, proses penginderaan merupakan suatu proses diterimanya rangsang atau stimulus oleh individu melalui alat indera. Namun proses tersebut tidak berakhir sampai di situ, pada umumnya rangsang atau stimulus tersebut diteruskan ke syaraf otak sebagai pusat susunan syaraf, yang selanjutnya dilakukan proses persepsi. Proses penginderaan terjadi setiap saat, yakni pada waktu individu menerima rangsang atau stimulus yang mengenai dirinya melalui alat indera. Alat indera berperan sebagai penghubung antara individu dengan dunia luar (Walgito, 1991 : 53).

Menurut Slameto (2003 : 102), persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi, manusia akan terus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yakni indera penglihat, pendengar, peraba, dan pencium.


(32)

Sedangkan menurut Sarlito (1992 : 45), persepsi adalah sejumlah penginderaan yang disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi (otak), sehingga manusia dapat mengenali dan menilai suatu objek.

Bagi semua orang, melakukan perbuatan melihat, mendengar, meraba dan mencium sangatlah mudah. Namun, informasi yang datang dari alat indera kiranya perlu terlebih dahulu diorganisasi dan diinterpretasikan sebelum dapat dimengerti, proses ini dinamakan persepsi (Soenardi, 1988 : 83).

Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian rangsang atau stimulus dari lingkungan luar melalui panca indera, sehingga individu mengenali, mengerti, dan menyadari apa yang ditangkap oleh alat inderanya. Dalam penelitian ini, persepsi merupakan proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian yang dilakukan siswa, guru, dan orang tua terhadap rangsangan dari luar, yakni pelaksanaan Ujian Nasional.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Irwanto (1988 : 76), faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi, meliputi :

a. Perhatian yang selektif

Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu akan menerima banyak sekali rangsang dari lingkungannya. Meskipun demikian,


(33)

individu tidak harus menanggapi semua rangsang yang diterimanya. Untuk itu, individu harus memutuskan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja. Dengan demikian, objek-objek atau gejala-gejala lain tidak akan tampak.

b. Ciri-ciri rangsang

Rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian. Demikian juga rangasang yang paling besar di antara rangsang yang kecil dan kontas, akan lebih menarik perhatian.

c. Nilai-nilai dan kebutuhan individu

Seseorang pasti memiliki pola dan cita rasa yang berbeda dalam pengamatannya, sehingga setiap individu memiliki nilai-nilai dan kebutuhan yang berbeda-beda satu dengan individu lainnya.

Sedangkan menurut Thoha (1988 : 1945), ada berbagai macam faktor-faktor perhatian yang berasal dari luar maupun dari dalam yang mempengaruhi proses seleksi persepsi, yakni :

a. Faktor-faktor dari luar yang mempengaruhi proses seleksi persepsi, antara lain :

1) Intensitas

Prinsip intensitas dari perhatian dapat dinyatakan bahwa semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar hal-hal tersebut dipahami.


(34)

2) Ukuran

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu objek, maka semakin mudah objek tersebut untuk diketahui dan dipahami.

3) Keberlawanan

Prinsip keberlawanan ini menyatakan bahwa stimulus luar yang penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya atau yang sama sekali di luar dugaan orang banyak akan lebih menarik perhatian.

4) Pengulangan (repetition)

Dalam prinsip ini, dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang lebih besar, dibandingkan dengan yang sekali lihat.

5) Gerakan (moving)

Prinsip gerakan ini antara lain menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya, dibandingkan dengan objek yang diam.

6) Baru dan familiar

Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang sudah dikenal, dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian.


(35)

b. Faktor-faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi persepsi, antara lain :

1) Proses belajar (learning)

Semua faktor dari dalam diri seseorang akan membentuk adanya perhatian kepada suatu objek, sehingga akan menimbulkan persepsi yang didasarkan dari kekompleksan kejiwaan. Kekompleksan kejiwaan ini selaras dengan proses belajar dan motivasi yang dimiliki oleh masing-masing individu.

2) Motivasi

Motivasi dan kepribadian pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar, sehingga keduanya mempunyai dampak yang sangat pentingdalam proses pemilihan persepsi.

3) Kepribadian

Dalam membentuk persepsi, unsur kepribadian sangat erat hubungannya dengan proses belajar dan motivasi yang berdampak pada apa yang diperhatikan dalam menghadapi suatu situasi.

B. Evaluasi

1. Hakekat Evaluasi

Sebelum seorang guru menilai prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran tertentu, seorang guru terlebih dahulu harus mengukur


(36)

prestasi siswa tersebut. Kegiatan pengukuran prestasi belajar siswa dapat dilakukan melalui ulangan harian, Ujian Tengah Semester (UTS), Ujian Akhir Semester (UAS), dan Ujian Nasional (UN). Kegiatan pengukuran adalah suatu kegiatan menentukan kuantitas sifat suatu objek melalui aturan-aturan tertentu, sehingga kuantitas yang diperoleh benar-benar mewakili sifat dari suatu objek yang dimaksud. Kuantitas yang diperoleh dari suatu pengukuran disebut skor (Masidjo, 1995 : 13).

Menurut Silverius (1991 : 5), pengukuran adalah suatu proses pemberian angka pada sesuatu atau seseorang berdasarkan aturan-aturan tertentu. Hasil dari kegiatan pengukuran tersebut hanya berupa angka-angka (skor). Kegiatan pengukuran tidak membuahkan nilai atau pendapat baik dan buruk sesuatu, akan tetapi hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat penilaian atau evaluasi.

Agar skor-skor dapat berarti bagi pihak-pihak terkait, khususnya bagi guru dan siswa, skor-skor tersebut perlu diberi arti atau makna. Skor-skor tersebut akan bermakna apabila diperbandingkan dengan acuan yang relevan, yang sesuai dengan sifat suatu objek, dalam hal ini adalah prestasi belajar siswa dalam penguasaan suatu mata pelajaran (Masidjo, 1991 : 17). Berikut ini adalah contoh pedoman penilaian.

Tabel 2.1

Contoh Pedoman Penilaian Kelas

Interval

Kualifikasi Kualitas / Nilai 49 – 60

40 – 48 34 – 39

Amat baik Baik Cukup

A B C


(37)

28 – 33 0 – 27

Kurang / meragukan Kurang sekali / gagal

D E

Dari proses pengubahan skor-skor menjadi kualitas-kualitas, maka dapat dikatakan bahwa kegiatan penilaian adalah suatu kegiatan membandingkan hasil pengukuran dengan acuan yang relevan sedemikian rupa, sehingga diperoleh kualitas suatu objek yang bersifat kuantitatif. Kualitas yang diperoleh dari suatu kegiatan penilaian ini disebut nilai. Dari pengertian tersebut, jelaslah bahwa kegiatan penilaian sangat tergantung pada kegiatan pengukurannya (Masidjo, 1991 : 18).

Secara garis besar, fungsi evaluasi dalam dunia pendidikan mencakup empat hal (Subiyanto, 1988 : 17), yakni :

a. Untuk memberikan unpan balik kepada guru mengenai program pengajaran yang dilaksanakan, ini dapat digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar serta menyeleng-garakan program remedial bagi para siswa tertentu.

b. Untuk menentukan hasil atau kemajuan belajar tiap siswa, ini antara lain berupa nilai yang tercantum dalam buku rapor, penentuan kenaikan kelas, dan penentu apakah seorang siswa lulus atau tidak dari jenjang pendidikan tertentu.

c. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat, sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing siswa, ini misalnya digunakan untuk menentukan jurusan apa yang kiranya paling tepat dimasuki oleh siswa tertentu.


(38)

d. Untuk mengenali latar belakang kesulitan belajar para siswa, hasil belajar ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Menurut Silverius (1991 : 9), terdapat empat jenis evaluasi yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian hasil belajar siswa, yakni :

a. Tes Penenpatan (Placement Test)

Tes jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan dengan pelajaran yang disajikan. Dengan demikian, siswa dapat ditempatkan pada kelompok yang sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.

b. Tes Formatif (Formative Test)

Tes jenis ini disajikan di tengah program pengajaran untuk memantau kemampuan belajar siswa demi memberikan umpan balik, baik kepada siswa maupun kepada guru.

c. Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes jenis ini bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk mengupayakan perbaikan.

d. Tes Sumatif (Summative Test)

Tes jenis ini biasanya diberikan pada akhir tahun pelajaran atau akhir suatu jenjang pendidikan. Tes ini dimaksudkan untuk memberikan nilai yang menjadi dasar penentuan kelulusan dan


(39)

atau pemberian sertifikat bagi yang telah menyelesaikan pelajaran dengan berhasil baik.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian. Menurut Masidjo (1995 : 22), prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek adalah sebagai berukut :

a. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilaksanakan secara terus menerus atau kontinu.

Semakin sering seorang guru melakukan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa, semakin banyak diperoleh data skor dan nilai prestasi belajar, sehingga akan semakin memantapkan kesan guru tentang prstasi belajar siswa-siswanya. Dari sini jelaslah, peranan kegiatan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa yang dilaksanakan secara kontinu.

b. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilaksanakan secara menyeluruh atau komprehensif.

Dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar, seorang guru juga harus mampu menyentuh bahan pelajaran secara luas dan mendalam yang relevan untuk mencapai berbagai tingkah laku yang terdapat dalam tujuan pengajaran (aspek kognitif, afektif, dan psikokotorik) yang harus tampak dalam hasil belajar di berbagai bidang, yakni pengetahuan, pemahaman, sikap, nilai, ketrampilan. Hal-hal tersebut harus dapat dimuat dalam tes prestasi belajar yang


(40)

dipakai dalam suatu pengukuran. Di samping itu, seorang guru juga harus mampu mengembangkan motivasi ekstrinsik menjadi motivasi instrinsik dalam belajar siswa-siswanya, sehingga interaksi dalam kegiatan proses belajar mengajar dapat menjadi lebih efektif.

c. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilakukan secara objektif.

Objektifitas pelaksanaan pengukuran dan penilaian prestasi belajar siswa dapat dicapai dengan mentaati aturan-aturan yang dianut oleh kedua kegiatan tersebut secara bertanggunjawab, berusaha mengatasi keterbatasan-keterbatasannya dengan bertindak secara lugas, apa adanya.

d. Kegiatan pengukuran dan penilaian suatu objek harus dilakukan secara kooperatif.

Penentuan skor dan nilai prestasi belajar juga harus dilaksanakan secara kooperatif antar guru, antara guru dengan kepala sekolah atau guru lain yang berpengalaman. Yang dikerjasamakan dapat berupa perencanaan dan penyusunan tes prestasi belajar sehingga setiap tes prestasi belajar yang dipakai, diyakini sebagai tes prestasi belajar yang bermutu, kerjasama dalam pemahaman kondisi belajar siswa dengan mengadakan penelitian tentang kondisi belajar siswa, kerjasama dalam penentuan acuan penilaian yang dipakai oleh sekolah.


(41)

2. Ujian Nasional

Suatu kegiatan ujian, biasanya ditujukan untuk memenuhi fungsi dan mencapai tujuan tertentu. Menurut Furqon (http://www.pikiran-rakyat.com), secara umum, fungsi-fungsi yang diharapkan dari kegiatan ujian dapat dikategorikan menjadi sebagai berikut :

a. Akuntabilitas publik (public accountability), yaitu ujian dalam pendidikan diharapkan mampu menyediakan dan memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kemajuan dan prestasi, sehubungan dengan manfaat dari setiap rupiah yang dibelanjakan dalam kegiatan pendidikan.

b. Pengendalian mutu (quality control) pendidikan, yaitu ujian diharapkan dapat menjadi instrumen untuk mengendalikan dan menjamin bahwa setiap keluaran (lulusan) pendidikan telah memenuhi kualifikasi, kompetensi, atau standar tertentu yang ditetapkan.

c. Motivator (pressure to achieve), yaitu evaluasi diharapkan menjadi instrumen untuk mendorong pengelola, penyelenggara, dan pelaksana pendidikan (siswa dan guru) untuk berusaha lebih keras dalam mencapai hasil yang diharapkan.

d. Seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi pendidikan dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan untuk menerima atau menolak seorang pelamar. Selain itu, hasil evaluasi juga dapat


(42)

dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan seseorang untuk melanjutkan pendidikan atau bekerja.

e. Diagnostik, yaitu bahwa evaluasi dapat memberikan umpan balik (feedback) kepada sistem tentang kelabihan dan kelemahan, sehingga dapat ditentukan kegiatan tindak lanjut yang diperlukan. Pemerintah telah mengambil kebijakan untuk menetapkan Ujian Nasional sebagai salah satu bentuk evaluasi pendidikan. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 45 Tahun 2006, Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran atau penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menenggah. Tujuan pelaksanaan Ujian Nasional sebagaimana juga tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 45 Tahun 2006, bahwa Ujian Nasional bertujuan menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan hasil dari pelaksanaan Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk pemetaan mutu satuan dan atau program pendidikan, seleksi masuk jenjang berikutnya, penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan, akreditasi satuan pendidikan, serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Ujian Nasional merupakan salah satu bentuk evaluasi belajar pada akhir tahun pelajaran yang diterapkan pada beberapa mata pelajaran yang dianggap penting dalam rangka pencapaian standar nasional pendidikan yang telah ditetapkan.


(43)

C. Akreditasi Sekolah

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 087/U/2002 tentang Akreditasi Sekolah, bahwa akreditasi sekolah adalah suatu kegiatan penilaian kelayakan suatu sekolah yang dilaksanakan secara komprehensif dengan mendasarkan suatu kriteria yang telah ditetapkan dan dilakukan oleh Badan Akreditasi Sekolah yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan.

Sekolah yang diakreditasi meliputi Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Luar Biasa (SLB), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Badan Akreditasi Sekolah melaksanakan akreditasi SLB, SMA, SMK se-Propinsi, sedangkan Badan Akreditasi Sekolah Kabupaten / Kota melaksanakan akreditasi TK, SD, dan SMP.

Secara umum, akreditasi sekolah bertujuan untuk memperoleh gambaran kinerja sekolah yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan mutu pendidikan, serta menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan.

Hasil akreditasi sekolah diharapkaan dapat bermanfaat khususnya bagi pemerintah, sekolah, kepala sekolah, guru, masyarakat (orang tua), dan peserta didik sebagai usaha untuk menghasilkan layanan pendidikan yang bermutu dan akhirnya mampu meningkatkan kualitas pendidikan. Selanjutnya fungsi dari proses akrerditasi sekolah adalah sebagai berikut :


(44)

1. Untuk pengetahuan, yakni sebagai informasi bagi semua pihak tentang kelayakan dan kinerja sekolah dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu pada standar yang ditetapkan beserta indikator-indikatornya. 2. Untuk akuntabilitas, yakni sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah

kepada publik, apakah layanan yang dilaksanakan dan diberikan oleh sekolah telah memenuhi harapan dan keinginan masyarakat.

3. Sebagai pembinaan dan pengembangan, yakni sebagai dasar bagi sekolah, pemerintah, dan masyarakat dalam upaya peningkatan mutu sekolah. Dalam melaksanakan akreditasi sekolah, prinsip-prinsip yang dijadikan acuan adalah obyektif, efektif, komprehensif, profesional, memandirikan, dan keharusan yang di dalamnya mengandung prinsip keadilan.

Sekolah yang akan diakreditasi harus memiliki persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

1. Memiliki Surat Keputusan Kelembagaan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Sekolah.

2. Memiliki siswa pada semua tingkatan kelas. 3. Memiliki tenaga kependidikan.

4. Melaksanakan kurikulum nasional. 5. Telah menamatkan peserta didik.

Akreditasi sekolah dimulai dari evaluasi diri, sehingga sekolah dapat mengetahui secara jelas kelebihan dan kekurangannya. Setelah itu, Tim Peneliti / Asessor akan melakukan penilaian. Komponen-komponen sekolah yang dinilai


(45)

sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 087/U/2002 tentang Akreditasi Sekolah pada Bab III Pasal 5 adalah sebagai berikut :

1. Kurikulum / proses belajar mengajar. 2. Administrasi / manajemen sekolah. 3. Organisasi / kelembagaan sekolah. 4. Sarana dan prasarana.

5. Ketenagaan. 6. Pembiayaan.

7. Peserta didik / siswa. 8. Peran serta masyarakat. 9. Lingkungan / kultur sekolah.

Hasil akreditasi sekolah dinyatakan dalam peringkat akreditasi sekolah. Peringkat akreditasi sekolah diklasifikasikan sebagai barikut :

A (Amat Baik) dengan nilai 85 – 100 B (Baik) dengan nilai 70 – 85 C (Cukup) dengan nilai 56 – 70 Tidak Terakreditasi dengan nilai < 56


(46)

D. Kerangka Berpikir

1. Perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

Persepsi merupakan proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian yang dilakukan siswa terhadap rangsangan dari luar, yakni pelaksanaan Ujian Nasional.

Persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat berupa persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang baik terhadap suatu objek, sedangkan persepsi negatif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang buruk terhadap suatu objek. Demikian juga dengan siswa, pasti juga memiliki persepsi positif atau negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Sebagian dari siswa memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai suatu cara untuk menumbuhkan motivasi belajar, sebaliknya ada juga sebagian siswa yang justru memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai beban studi yang cukup berat karena sebagai penentu kelulusan.

Pembentukan persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa apa yang ada dalam diri individu yang mempersepsi, sedangkan faktor eksternal berupa rangsang atau stimulus dari dunia luar. Kedua faktor tersebut, yakni faktor internal dan eksternal saling berinteraksi dalam individu untuk mengadakan persepsi (Walgito, 1991 : 54).


(47)

Persepsi siswa terhadap pelaksanaan Ujian Nasional juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentukan persepsi di atas. Akan tetapi, perbedaan persepsi siswa terhadap pelaksanaan Ujian Nasional tersebut diduga salah satunya dipengaruhi oleh kualitas sekolah. Pengkategorian kualitas sekolah, biasanya dilakukan dengan melihat kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kelayakan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengkategorian tersebut meliputi sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.

Sekolah terakreditasi A merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang sesuai dengan tujuan dari akreditasi sekolah, serta didukung dengan kurikulum, administrasi, organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah yang sangat baik. Sekolah terakreditasi B merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang dinilai baik atau lebih baik daripada kelompok sekolah terakreditasi C, akan tetapi berada di bawah kelompok sekolah terakreditasi A. Sekolah terakreditasi C merupakan kelompok sekolah yang memiliki kinerja dan kelayakan sekolah yang dinilai cukup atau kurang baik dibandingkan dengan sekolah terakreditasi A dan sekolah terakreditasi B.

Bagi sekolah yang memiliki kualitas baik, yakni sekolah terakreditasi A, pelaksanaan Ujian Nasional bukan suatu masalah yang besar. Sebaliknya bagi sekolah yang kurang berkualitas, yakni sekolah terakreditasi B dan sekolah terakreditasi C, pelaksanaan Ujian Nasional dipandang sebagai suatu


(48)

beban berat yang harus dipikul. Dengan demikian, ada dugaan bahwa siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A pasti akan memiliki persepsi yang lebih baik (positif) terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan sekolah terakreditasi C. Sementara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B juga pasti akan memiliki persepsi yang lebih baik (positif) terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C.

Dugaan tersebut berdasarkan pemikiran bahwa siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A adalah siswa yang memiliki kualitas paling baik dibandingkan dengan siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan sekolah terakreditasi C, sehingga akan lebih mudah dalam mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan Ujian Nasional.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik sebuah hipotesis penelitian sebagai berikut :

1

Ha = Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.


(49)

2. Perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

Persepsi merupakan proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian yang dilakukan guru terhadap rangsangan dari luar, yakni pelaksanaan Ujian Nasional.

Persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat berupa persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang baik terhadap suatu objek, sedangkan persepsi negatif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang buruk terhadap suatu objek. Sama halnya dengan siswa, guru juga memiliki persepsi positif atau negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Sebagian guru memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai suatu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan dengan menghasilkan lulusan yang berkuliatas, sebaliknya ada juga sebagian guru yang justru memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai suatu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang menyimpang dari hakekat evaluasi.

Pembentukan persepsi guru terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Akan tetapi, perbedaan persepsi guru terhadap pelaksanaan Ujian Nasional tersebut diduga salah satunya juga dipengaruhi oleh kualitas sekolah. Pengkategorian kualitas sekolah, biasanya dilakukan dengan melihat kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kelayakan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.


(50)

Sekolah yang memiliki kualitas sangat baik tercermin dari kurikulum, administrasi, organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah yang paling baik. Oleh karena itu, bagi sekolah yang berkualitas sangat baik, pelaksanaan Ujian Nasional bukan suatu masalah yang besar. Sebaliknya bagi sekolah yang kurang berkualitas, pelaksanaan Ujian Nasional dipandang sebagai suatu beban berat yang harus dipikul. Dalam penelitian ini, sekolah yang berkualitas sangat baik dikelompokan dalam sekolah terakreditasi A, sedangkan sekolah yang berkualitas baik dikelompokan dalam sekolah terakreditasi B, dan sekolah yang cukup berkualitas dikelompokan dalam sekolah terakreditasi C.

Dengan demikian, ada dugaan bahwa guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A pasti akan memiliki persepsi yang lebih baik (positif) terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan sekolah terakreditasi C. Sementara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B juga pasti akan memiliki persepsi yang lebih baik (positif) terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C.

Dugaan tersebut berdasarkan pemikiran bahwa guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A akan lebih mudah dalam mempersiapkan siswanya menghadapi Ujian Nasional karena disamping didukung dengan kurikulum, administrasi, organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah


(51)

yang sangat memadai, siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A adalah siswa yang memang memiliki kualitas yang paling baik dibandingkan dengan siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan sekolah terakreditasi C.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik sebuah hipotesis penelitian sebagai berikut :

2

Ha = Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara guru yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

3. Perbedaan persepsi terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.

Persepsi merupakan proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian yang dilakukan orang tua terhadap rangsangan dari luar, yakni pelaksanaan Ujian Nasional.

Persepsi seseorang terhadap suatu objek dapat berupa persepsi positif dan persepsi negatif. Persepsi positif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang baik terhadap suatu objek, sedangkan persepsi negatif berarti pandangan atau pendapat seseorang yang buruk terhadap suatu objek. Sama halnya dengan siswa dan guru, orang tua pasti juga memiliki persepsi positif atau negatif terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Sebagian dari orang tua


(52)

memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai motivasi untuk lebih memperhatikan anak-anaknya terutama dalam kegiatan belajar, sebaliknya ada juga sebagian orang tua yang justru memandang pelaksanaan Ujian Nasional sebagai beban yang cukup berat karena sebagai penentu kelulusan.

Pembentukan persepsi orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Akan tetapi, perbedaan persepsi orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional tersebut diduga salah satunya juga dipengaruhi oleh kualitas sekolah. Pengkategorian kualitas sekolah, biasanya dilakukan dengan melihat kinerja sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan dan kelayakan sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan.

Sekolah yang memiliki kualitas sangat baik tercermin dari kurikulum, administrasi, organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah yang paling baik. Oleh karena itu, bagi sekolah yang berkualitas sangat baik, pelaksanaan Ujian Nasional bukan suatu masalah yang besar. Sebaliknya bagi sekolah yang kurang berkualitas, pelaksanaan Ujian Nasional dipandang sebagai suatu beban berat yang harus dipikul. Dalam penelitian ini, sekolah yang berkualitas sangat baik dikelompokan dalam sekolah terakreditasi A, sedangkan sekolah yang berkualitas baik dikelompokan dalam sekolah terakreditasi B, dan sekolah yang cukup berkualitas dikelompokan dalam sekolah terakreditasi C.

Dengan demikian, ada dugaan bahwa orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A pasti akan


(53)

memiliki persepsi yang lebih baik (positif) terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B dan sekolah terakreditasi C. Sementara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi B juga pasti akan memiliki persepsi yang lebih baik (positif) terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dibandingkan dengan orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi C.

Dugaan tersebut berdasarkan pemikiran bahwa orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A akan lebih tenang dalam menanggapi UN karena sekolah tersebut didukung dengan kurikulum, administrasi, organisasi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, peserta didik, peran serta masyarakat, dan lingkungan sekolah yang sangat memadai.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik sebuah hipotesis penelitian sebagai berikut :

3

Ha = Ada perbedaan persepsi yang signifikan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, terakreditasi B, dan terakreditasi C.


(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang meliputi kegiatan pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian (Consuelo, 1993 : 71). Berdasarkan tingkat kedalaman analisisnya, penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif – studi kasus, yaitu metode penelitian yang terinci tentang seseorang atau sesuatu unit selama kurun waktu tertentu (Consuelo, 1993 : 73).

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMA di Kabupaten Bantul, yakni SMAN 2 Bantul, SMAN 1 Sewon, SMA Stella Duce Bantul, SMA Patria Bantul, SMA Mercu Buana Sedayu, Muhammadiyah Sewon, dan SMA PGRI Kasihan.

2. Waktu Penelitian


(55)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Kabupaten Bantul, guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi SMA kelas XII di Kabupaten Bantul, dan orang tua siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Kabupaten Bantul.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pelaksanaan Ujian Nasional.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi terget kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian (Sukardi, 2003 : 53).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Kabupaten Bantul, seluruh guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Kabupaten Bantul, dan seluruh orang tua siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial di Kabupaten Bantul.


(56)

Jumlah keseluruhan SMA di Kabupaten Bantul adalah 45 sekolah, terdiri dari 25 sekolah terakreditasi A, 8 sekolah terakreditasi B, 1 sekolah terakreditasi C, dan 11 sekolah belum terakreditasi.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data (Sukardi, 2003 : 54).

Untuk dapat memperoleh sampel yang dimaksud dalam penelitian ini, dilakukan dua tahap. Tahap pertama adalah pengambilan sampel sekolah. Dari 45 sekolah di Kabupaten Bantul, peneliti mengambil 7 sekolah untuk dijadikan sampel penelitian, yakni 3 sekolah terakreditasi A, 3 sekolah terakreditasi B, dan 1 sekolah terakreditasi C.

Tahap kedua adalah pengambilan sampel untuk kelompok siswa, guru, dan orang tua. Dari 7 sekolah yang menjadi sampel penelitian, setiap sekolah akan diambil satu kelas sebagai sampel untuk kelompok siswa dan orang tua. Sedangkan sampel guru diambil dari guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dari 7 SMA yang menjadi sampel penelitian, guru bidang studi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Ekonomi kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dari 7 SMA yang menjadi sampel penelitian, dan orang tua siswa SMA kelas XII Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial dari 7 SMA yang menjadi sampel penelitian.


(57)

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif (Margono, 1996 : 125).

Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah cluster sampling dan purposive sampling. Cluster sampling adalah teknik penarikan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas (Sugiyono, 1999 : 76). Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 1999 : 76).

Teknik penarikan sampel dengan cluster sampling digunakan untuk menentukan sampel sekolah, sedangkan purposive sampling digunakan untuk menentukan sampel siswa, guru, dan orang tua.

E. Operasionalisasi Variabel 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 1990 : 179). Variabel penelitian ini adalah persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Secara rinci, variabel penelitian ini adalah sebagai berikut :


(58)

a. Variabel persepsi siswa adalah pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian oleh siswa terhadap suatu rangsang atau stimulus yakni pelaksanaan Ujian Nasional.

b. Variabel persepsi guru adalah pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian oleh guru terhadap suatu rangsang atau stimulus yakni pelaksanaan Ujian Nasional.

c. Variabel persepsi orang tua adalah pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian oleh orang tua terhadap suatu rangsang atau stimulus yakni pelaksanaan Ujian Nasional. d. Variabel jenjang sekolah ditentukan berdasarkan pengklasifikasian

menurut Badan Akreditasi Sekolah, yakni sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.

2. Pengukuran Variabel

Pengukuran variabel dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dengan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk menilai sikap, tingkah laku, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau fenomena dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan atau pernyataan kepada responden (Sukardi, 2003 : 146).

Setiap pilihan jawaban akan diberi skor dengan menggunakan penguatan positif dan penguatan negatif.


(59)

Tabel 3.1

Skor dalam Skala Likert

Kategori

Skor

Penguatan Positif Penguatan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Variabel persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional dijabarkan ke dalam indikator-indikator seperti terlihat pada tabel kisi-kisi kuesioner berikut ini :

Tabel 3.2

Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Persepsi Siswa Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional

No. Aspek Indikator Pernyataan

Positif (Nomor Item dalam Kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor Item dalam Kuesioner)

1. Aspek Pedagogis a. Kesesuaian materi. b. Aspek kognitif. c. Aspek afektif. d. Aspek psikomotorik. e. Sarana dan prasarana

sekolah. 1, 5 2 3 4 6

2. Aspek Sosial dan Psikologis a. Dampak psikologis. b. Dampak sosial.

9 10

7, 8

3. Aspek Yuridis a. Ketentuan kelulusan. b. Sistem penilaian.

11 12, 13, 14 4. Aspek Ekonomi a. Finansial orang tua.

b. Finansial sekolah. c. Finansial negara. d. Tansparansi dana

UN.

17, 19

15 18 16


(60)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Persepsi Guru Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional

No. Aspek Indikator Pernyataan

Positif (Nomor Item dalam Kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor Item dalam Kuesioner)

1. Aspek Pedagogis a. Kesesuaian materi. b. Aspek kognitif. c. Aspek afektif. d. Aspek psikomotorik. e. Sarana dan prasarana

sekolah. 1, 5 2 3 4 6

2. Aspek Sosial dan Psikologis a. Dampak psikologis. b. Dampak sosial.

9 10

7, 8

3. Aspek Yuridis a. Ketentuan kelulusan. b. Sistem penilaian.

11 12, 13, 14 4. Aspek Ekonomi a. Finansial orang tua.

b. Finansial sekolah. c. Finansial negara. d. Tansparansi dana

UN. 17, 19 15 18 16 Tabel 3.4

Kisi-kisi Kuesioner Penelitian

Persepsi Orang Tua Terhadap Pelaksanaan Ujian Nasional

No. Aspek Indikator Pernyataan

Positif (Nomor Item dalam Kuesioner) Pernyataan Negatif (Nomor Item dalam Kuesioner)

1. Aspek Pedagogis a. Aspek kognitif. b. Aspek afektif. c. Aspek psikomotorik. d. Sarana dan prasarana

sekolah.

1

2 3 4

2. Aspek Sosial dan Psikologis a. Dampak psikologis. b. Dampak sosial.

6 7

5

3. Aspek Yuridis a. Ketentuan kelulusan. b. Sistem penilaian.

8 9, 10, 11 4. Aspek Ekonomi a. Finansial orang tua.

b. Finansial sekolah. c. Finansial negara. d. Tansparansi dana

UN.

14, 16

12 15 13


(61)

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (1990 : 153), teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Kuesioner atau Angket

Kuesioner atau angket adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden, untuk kemudian diisi dengan jawaban yang sesuai dengan keadaan responden yang sebenarnya (Arikunto, 2002 : 128). Dalam penelitian ini, penggunaan kuesioner atau angket dimaksudkan untuk mendapatkan data primer tentang persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap pelaksanaan Ujian Nasional.

2. Dokumentasi

Menurut Arikunto (2002 : 125), dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti, buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yaitu daftar nama-nama sekolah di Kabupaten Bantul berdasarkan jenjang akreditasi.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Untuk dapat menggunakan metode pengumpulan data yang telah ditentukan, dibutuhkan alat yang digunakan untuk mengumpulakan data. Alat


(62)

itulah yang dikenal dengan instrumen penelitian. Agar instrumen penelitian tersebut dapat berfungsi secara efektif, maka syarat validitas dan reliabilitas harus diperhatikan sungguh-sungguh (Gulo, 2000 : 123).

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas yang rendah (Muhadi, 2002 : 136).

Uji validitas yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas empiris dengan menggunakan validitas eksternal. Validitas eksternal dilakukan dengan uji coba instrumen pada sasaran dalam penelitian (Arikunto, 2002 : 145). Pengujian validitas ini dilakukan dengan mengkorelasikan skor total dari setiap item dengan skor total dari seluruh item. Perhitungan korelasi tersebut dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Karl Person (Arikunto, 2005 : 72).

}

{

}

{

2 2 2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y n X X n Y X XY n rxy − − − = Keterangan : xy

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n = Total responden

X = Total dari setiap item

Y = Total seluruh item

Koefisien korelasi (rxy) yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur.


(63)

Selanjutnya, harga koefisien korelasi (rxy) ini dibandingkan dengan r

tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel, maka butir soal tersebut valid. Sebaliknya, jika r hitung lebih kecil dari r tabel, maka butir soal tersebut tidak valid. Pelaksanaan perhitungan validitas dalam penelitian ini

menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS for Windows versi 11.50.

Pengujian validitas dalam penelitian ini dilakukan untuk setiap

item-item pernyataan dari kuesioner tentang persepsi siswa, guru, dan orang tua

terhadap pelaksanaan Ujian Nasional, yang diberikan kepada siswa, guru,

dan orang tua di luar sampel penelitian. Pengujian validitas ini dilakukan

dengan menggunakan data (n) sebanyak 69 untuk kelompok siswa, 33 untuk kelompok guru, dan 35 untuk kelompok orang tua.

Kesimpulan hasil pengujian validitas untuk kelompok siswa diperoleh

dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk df = 67 (69 – 2) sebesar 0,2404 dengan taraf signifikan 5%. Kesimpulan hasil pengujian

validitas untuk kelompok guru diperoleh dengan membandingkan r

hitung dengan r tabel untuk df = 31 (33 – 2) sebesar 0,355 pada taraf signifikan 5%. Sedangkan kesimpulan hasil pengujian validitas untuk

kelompok orang tua diperoleh dengan membandingkan r hitung dengan r

tabel untuk df = 33 (35 – 2) sebesar 0,344 pada taraf signifikan 5%. Dari keseluruhan item-item pernyataan yang diuji, yakni 19 item untuk

mengukur persepsi siswa terhadap pelaksanaan Ujian Nasional, 19 item


(1)

HASIL UJI HOMOGENITAS

PERSEPSI SISWA, GURU, DAN ORANG TUA

TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

SISWA

5.272 2 195 .006

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

GURU

1.125 2 25 .340

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

Oneway

Test of Homogeneity of Variances

ORTU

3.276 2 179 .040

Levene


(2)

(3)

HASIL UJI HIPOTESIS

PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

NPar Tests

Descriptive Statistics

198 37.09 5.079 20 48

SISWA

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Chi-Square Test

Frequencies

SISWA

1 8.3 -7.3

3 8.3 -5.3

2 8.3 -6.3

1 8.3 -7.3

5 8.3 -3.3

4 8.3 -4.3

8 8.3 -.3

8 8.3 -.3

14 8.3 5.8

12 8.3 3.8

13 8.3 4.8

8 8.3 -.3

20 8.3 11.8

13 8.3 4.8

16 8.3 7.8

20 8.3 11.8

11 8.3 2.8

16 8.3 7.8

7 8.3 -1.3

8 8.3 -.3

3 8.3 -5.3

1 8.3 -7.3

3 8.3 -5.3

1 8.3 -7.3

198 20 21 24 26 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 Total

Observed N Expected N Residual

Test Statistics 104.061 23 .000 Chi-Squarea df Asymp. Sig. SISWA

0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 8.3. a.


(4)

PERSEPSI ORANG TUA

TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

NPar Tests

Descriptive Statistics

182 25.51 3.436 14 35

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ORTU

Chi-Square Test

Frequencies

ORTU

2 9.1 -7.1

1 9.1 -8.1

2 9.1 -7.1

1 9.1 -8.1

3 9.1 -6.1

7 9.1 -2.1

7 9.1 -2.1

7 9.1 -2.1

11 9.1 1.9

19 9.1 9.9

17 9.1 7.9

35 9.1 25.9

18 9.1 8.9

19 9.1 9.9

19 9.1 9.9

7 9.1 -2.1

3 9.1 -6.1

2 9.1 -7.1

1 9.1 -8.1

1 9.1 -8.1

182 14 15 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 34 35 Total

Observed N Expected N Residual

Test Statistics 177.560 19 .000 Chi-Squarea df Asymp. Sig. ORTU

0 cells (.0%) have expected frequencies less than 5. The minimum expected cell frequency is 9.1. a.


(5)

HASIL UJI HIPOTESIS

PERSEPSI GURU TERHADAP PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL

Oneway

Descriptives

GURU

14 18.93 2.093 .559 17.72 20.14 14 22 11 19.36 2.656 .801 17.58 21.15 15 23 3 16.33 2.082 1.202 11.16 21.50 14 18 28 18.82 2.420 .457 17.88 19.76 14 23 N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound

1 2 3 Total

Upper Bound 95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum

Test of Homogeneity of Variances

GURU

1.125 2 25 .340

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

ANOVA

GURU

21.966 2 10.983 2.017 .154

136.141 25 5.446

158.107 27

Between Groups Within Groups Total

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Dependent Variable: GURU

-.44 .940 .889 -2.78 1.91 2.60 1.485 .208 -1.10 6.29 .44 .940 .889 -1.91 2.78 3.03 1.520 .135 -.76 6.82 -2.60 1.485 .208 -6.29 1.10 -3.03 1.520 .135 -6.82 .76 -.44 .940 1.000 -2.85 1.98 2.60 1.485 .278 -1.21 6.40 .44 .940 1.000 -1.98 2.85 3.03 1.520 .172 -.87 6.93 -2.60 1.485 .278 -6.40 1.21 -3.03 1.520 .172 -6.93 .87 (J) A_GURU 2 3 1 3 1 2 2 3 1 3 1 2 (I) A_GURU 1 2 3 1 2 3 Tukey HSD Bonferroni Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval


(6)

Homogeneous Subsets

GURU

3 16.33

14 18.93

11 19.36

.081 A_GURU

3 1 2 Sig. Tukey HSDa,b

N 1

Subset for alpha

= .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.052.

a.

The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.


Dokumen yang terkait

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua: studi kasus siswa SMA N Megang Sakti.

0 0 164

Persepsi siswa, guru dan orang tua siswa terhadap kesiapan menghadapi ujian nasional.

0 0 146

Persepsi siswa mengenai profesi guru ditinjau dari jenis kelamin siswa, tingkat pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua : studi kasus SMA BOPKRI 1, SMA BOPKRI 2, dan SMA BOPKRI Banguntapan Yogyakarta.

0 2 94

Persepsi guru terhadap sertifikasi ditinjau dari tingkat pendidikan, status, dan masa kerja guru : studi kasus guru-guru SMA N1 Bantul, SMA N1 Sedayu, SMA N1 Kasihan di Kabupaten Bantul.

0 1 106

Persepsi siswa, guru dan orang tua terhadap ujian nasional ditinjau dari status sekolah : studi kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta.

0 0 221

Persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMA-SMA di Kabupaten Kulon Progo.

0 0 220

Persepsi siswa, guru, dan orang tua terhadap ujian nasional : studi kasus pada SMA-SMA di Kabupaten Kulon Progo - USD Repository

0 0 218

Persepsi siswa, guru dan orang tua terhadap ujian nasional ditinjau dari status sekolah : studi kasus pada SMA-SMA di Kota Yogyakarta - USD Repository

0 0 219

Persepsi siswa, guru dan orang tua siswa terhadap kesiapan menghadapi ujian nasional - USD Repository

0 0 144

Persepsi siswa terhadap profesi guru ditinjau dari prestasi belajar siswa, pekerjaan orang tua, dan tingkat pendidikan orang tua: studi kasus siswa SMA N Megang Sakti - USD Repository

0 0 162