2.2. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan yang berpusat pada manusia people centered development merupakan dasar bagi munculnya strategi pemberdayaan empowerment.
Manusia dipandang sebagai aktor utama dalam proses pembangunan, sehingga pengaktualisasian potensi manusia dalam proses pembangunan dirasakan cukup
penting. Pengaktualisasian potensi manusia dalam proses pembangunan diartikan sebagai pemberdayaan Soetomo, 2008.
Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembangunan yang mengedepankan konsep kemandirian, dan banyak diimplementasikan di negara-
negara sedang berkembang dimana konsep ini bertujuan untuk menemukan alternatif-alternatif baru dalam pembangunan masyarakat. Paradigma
pemberdayaan ini mempunyai asumsi bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya jika
masyarakat mampu serta diberi hak untuk mengelola sumberdaya yang mereka miliki dan menggunakannya untuk pembangunan masyarakatnya.
Subejo dan Supriyanto 2004 mendefenisikan bahwa: ”pemberdayaan masyarakat merupakan upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat
lokal dalam merencanakan,memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui collective action dan networking sehingga pada akhirnya mereka
memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial”. Rappaport dalam Hikmat, 2001, pemberdayaan didefenisikan sebagai
pemahaman secara psikologis pengaruh kontrol individu terhadap keadaan sosial, kekuatan politik, dan hak-haknya menurut undang-undang.
Universitas Sumatera Utara
Upaya pemberdayaan masyarakat menurut Adi 2002:161 yaitu upaya memberdayakan mengembangkan kelompok sasaran dari keadaan tidak atau
kurang berdaya menjadi mempunyai daya guna mencapai kehidupan yang lebih baik. Selanjutnya Payne dalam Adi, 2008:78 mengemukakan pemberdayaan
empowerment pada intinya ditujukan untuk membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan ia lakukan yang
terkait dengan diri mereka, termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan
kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungan.
Berbicara tentang pemberdayaan tidak dapat lepas dari konsep power daya sebagai inti dari pemberdayaan itu sendiri. Korten dalam Soetomo,
2008:404-405 merumuskan pengertian power dalam pemberdayaan sebagai kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan melalui tindakan dan
pengambilan keputusan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa suatu kelompok hanya akan memperoleh tambahan power dengan mengurangi power kelompok lain.
Kelompok yang bersifat powerless akan memperoleh tambahan power atau empowerment hanya dengan mengurangi power yang ada pada kelompok
powerholders. Dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat diharapkan adanya keseimbangan komposisi peranan antara peran masyarakat dan
peran negara yang dapat diwujudkan dengan mengurangi peranan negara dan meningkatkan peranan masyarakat. Dengan memberikan peran yang lebih besar
terhadap masyarakat dapat menjadi modal dasar dalam aktualisasi potensi diri
Universitas Sumatera Utara
dalam masyarakat. Pada dasarnya manusia memang perlu diberikan kesempatan atau peluang untuk mengaktualisasikan eksistensinya, dan hal ini merupakan
kebutuhan dasar manusia yang tidak dapat dipungkiri. Konsep pemberdayaan merupakan jawaban atas ketidakberdayaan karena
adanya sistem kekuasaan yang sifatnya absolut dalam pembangunan. Ketidak berdayaan merupakan produk dari situasi yang kompleks yang merupakan
akumulasi dari berbagai macam faktor seperti, latar belakang historis, masalah produktivitas dan ketenagakerjaan, ketergantungan, keterbatasan akses serta
struktur sosial masyarakat Usman, 2006. Untuk itu posisi masyarakat sebagai subyek dan obyek pembanguan harus menjadi komitmen bagi pelaksana
pembangunan. Ketidakberdayaan masyarakat juga disebapkan oleh faktor ketimpangan yaitu:
a. Ketimpangan struktur dalam masyarakat, seperti perbedaan kelas antara orang
kaya dan orang miskin, buruh dan majikan, perbedaan ras, ketidaksetaraan gender, etnis lokal dan pendatang, kaum minoritas dan mayoritas.
b. Ketimpangan kelompok,seperti masalah perbedaan usia tua-muda, ketidak
mampuan fisik, mental dan intelektual, serta pengaruh letak geografis.
2.3. Program Pemberdayaan Masyarakat