Aspek Pengaruh Program Pinjaman Bergulir

Wancara dengan Ketua KSM Sakura III, Ibu M, yang memperoleh pinjaman sebesar Rp.500.000,-adalah sebagai berikut: Jumlah pinjaman yang saya peroleh adalah sebesar Rp.500.000. Tidak dapat saya pungkiri bahwa jumlah pinjaman tersebut cukup membantu saya dalam berjualan sehari-hari. Tetapi ketika usaha saya mengalami masalah seperti penjualan yang kurang baik maka saya tidak lagi memiliki modal untuk berjualan besok harinya. Ketika kejadian seperti itu terjadi maka saya terpaksa harus meminjam uang kepada tetangga atau kepada orang lain, untuk menutupi modal berjualan besok sehingga nantinya saya dapat berjualan kembali dan selain itu agar saya juga dapat membayar cicilan pinjaman kepada UPK. Berbeda dengan hasil wawancara penulis dengan Ketua KSM Rose II, Ibu E.S yang memperoleh pinjaman sebesar Rp.1.000.000, yang menyatakan sebagai berikut: Saya memiliki kios kecil atau sering disebut orang kedai sampah. Jumlah pinjaman yang saya peroleh dari UPK adalah sebesar Rp.1.000.000. Saya sangat berterima kasih dengan adanya program pinjaman bergulir karena telah membantu saya dalam berjualan sehari-sehari. Dengan adanya pinjaman bergulir saya semakin dapat memvariasikan jualan saya dan juga menambah jumlahnya. Saat ini saya tidak perlu lagi meminjam kepada orang lain karena pinjaman yang saya peroleh sudah cukup untuk modal berjualan sehari-hari. Karena modal yang saya miliki sudah cukup untuk membeli barang- barang kebutuhan kios saya, jika barang tersebut belum laku barang tersebut masih dapat dijual besok harinya.

4.4.5. Aspek Pengaruh Program Pinjaman Bergulir

Setiap pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat tentu menghasilkan pengaruh bagi masyarakat yang melaksanakannya. Pengaruh itu bisa positif ataupun negatif semuanya tergantung pada realisasi antara peraturan program itu sendiri dengan implementasinya secara langsung. Program pemberdayaan masyarakat dikatakan berhasil jika program tersebut mampu merubah suatu keadaan dari keadaan yang kurang ataupun tidak baik kepada Universitas Sumatera Utara keadaan yang lebih baik bagi masyarakat yang melaksanakan program pemberdayaan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian terhadap pelaksanaan suatu program pemberdayaan untuk melihat pengaruh yang dihasilkan program terhadap masyarakat ysng melaksanakan program pemberdayaan. Demikian halnya dengan pelaksanaan program pinjaman bergulir sebagai bagian dari program pemberdayaan masyarakat juga diharapkan dapat menghasilkan berbagai pengaruh positif dalam pelaksanaannya. Pengaruh positif tersebut diantaranya seperti peningkatan kesejahteraan masyarakat yang melaksanakan program pinjaman bergulir, terbentuknya modal sosial masyarakat seperti sikap saling percaya dan sikap saling bekerjasama dan terwujudnya masyarakat mandiri dan berdaya yang mampu mengidentifikasikan permasalahannya dan memiliki solusi untuk mengatasi permasalahannya tersebut. a. Terjadinya peningkatan kesejahteraan anggota KSM yang memperoleh dana pinjaman melalui peningkatan usaha yang dikelola Salah satu tujuan akhir dari pelaksaan program pinjaman bergulir adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat yang melaksanakan program pinjaman bergulir tersebut. Program pinjaman bergulir merupakan salah satu program pemberdayaan di bidang kegiatan ekonomi yang sudah jelas tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan penghasilannya. Sesuai dengan tujuannya tersebut maka program pinjaman bergulir berupaya untuk meningkatkan penghasilan masyarakat miskin yang memiliki wirausaha berskala mikro dan juga bagi masyarakat miskin yang memiliki potensi untuk berwirausaha melalui pemberian pinjaman. Dengan Universitas Sumatera Utara diberikannya pinjaman diharapkan terjadi peningkatan pendapatan yang pada akhirnya berpengaruh pada perbaikan kesejahteraan masyarakat yang melaksanakan program pinjaman bergulir tersebut. Berikut ini disajikan grafik yang menunjukkan tanggapan responden mengenai perbedaan wirausaha anggota KSM sebelum dan sesudah adanya program pinjaman bergulir. Sumber: Hasil Penelitian 2011 Grafik 31. Tanggapan Responden Mengenai Perbedaan Kondisi Usaha Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir Grafik 31 menunjukkan bahwa 31 orang responden menyatakan hanya terdapat sedikit perbedaan pada usaha mereka sebelum dan sesudah adanya program pinjaman bergulir. Keadaan tersebut juga mengisyaratkan bahwa tidak terlalu terjadi peningkatan kesejahteraan anggota KSM yang melaksanakan program pinjaman bergulir karena usaha yang dikelola tidak mengalami peningkatan yang signifikan. Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor modal adalah faktor yang penting dalam mengembangkan suatu usaha. Pada pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak, dana pinjaman yang diberikan kepada anggota KSM pada tahap awal pelaksanaan program pinjaman Universitas Sumatera Utara bergulir adalah sebesar Rp.500.000,- dan jika pengembalian lancar maka akan ditingkatkan menjadi Rp.1.000.000,- pada tahap berikutnya dan pada tahap akhir diberikan pinjaman sebesar Rp.2.000.000, tetap dengan syarat anggota KSM yang memperoleh pinjaman mampu mengembalikan pinjaman pada tahap sebelumnya. Tetapi kenyataannya yang terjadi bahwa anggota KSM hanya dapat melakukan pinjaman hanya pada tahap awal yaitu sebesar Rp.500.000, dan belum dapat melakukan pinjaman pada tahap berikutnya karena keterbatasan dana yang disediakan bagi Kelurahan Karang Berombak. Kenyataan tersebut menyebabkan anggota KSM yang memperoleh dana pinjaman bergulir tidak dapat berbuat banyak terhadap upaya mereka untuk meningkatkan usaha yang mereka kelola. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Ketua KSM Anggrek IV, Ibu D.W, yang menyatakan sebagai berikut: Saya tetap bersyukur dengan adanya program pinjaman bergulir yang memberikan kami pinjaman dan dapat kami gunakan untuk menambah modal usaha kami, tetapi jumlah pinjaman yang diberikan yaitu sebesar Rp.500.000, tidak dapat berbuat banyak terhadap penambahan modal usaha saya ditambah lagi keadaan sekarang ini dimana semua bahan kebutuhan berjualan semuanya mahal dan situasi usaha yang sulit diperkirakan membuat nilai uang tersebut semakin tidak berarti terhadap peningkatan usaha saya. Peningkatan kebutuhan hidup dapat terwujud jika terjadi peningkatan pendapatan sedangkan peningkatan pendapatan berkaitan erat dengan peningkatan penghasilan. Ketiganya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Berdasarkan kenyataan tersebut program pinjaman bergulir hadir sebagai program pemberdayaan di bidang ekonomi yang berusaha meningkatkan kebutuhan hidup masyarakat miskin melalui peningkatan pendapatan dengan cara meningkatkan penghasilan kelompok penerima program. Kelompok penerima Universitas Sumatera Utara program dalam hal ini adalah masyarakat yang memiliki wirausaha mikro. Dengan demikian sudah jelas peningkatan penghasilan mereka hanya dapat diperoleh jika terjadi peningkatan wirausaha yang mereka kelola yang pada akhirnya berpengaruh pada peningkatan pendapatan mereka. Grafik 32 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peran program pinjaman bergulir dalam meningkatkan kesejahteraan hidup anggota KSM. Sumber:Hasil Penelitian 2011 Grafik 32. Tanggapan Responden Mengenai Peranan Program Pinjaman Bergulir Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Anggota KSM Grafik 32 menunjukkan bahwa terdapat 25 orang responden yang menyatakan program pinjaman bergulir kurang membantu anggota KSM dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka dan 18 orang responden yang menyatakan program pinjaman bergulir tidak membantu anggota KSM dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan responden sebelumnya dimana mayoritas responden menyatakan bahwa program pinjaman bergulir kurang berperan terhadap peningkatan usaha Universitas Sumatera Utara yang mereka kelola. Dengan tidak terjadinya peningkatan usaha yang dikelola anggota KSM menyebabkan belum terwujudnya peningkatan kesejahteraan hidup anggota KSM. Hal ini dikarenakan seluruh anggota KSM sangat menggantungkan hidupnya pada usaha yang mereka kelola, karena usaha tersebut merupakan sumber pencaharian utama seluruh anggota KSM. Walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya program pinjaman bergulir cukup membantu anggota KSM untuk meningkatkan kebutuhan hidup mereka. Keadaan tersebut sesuai dengan pernyataan salah seorang Ketua KSM Anggrek I, Ibu D.W, yang menyatakan sebagai berikut: Tentu saja kalau ditanya masalah peningkatan kesejahteraan hidup kami dengan adanya program pinjaman bergulir pasti kebanyakan dari kami menjawab program pinjaman bergulir belum bisa mensejahterakan kami. Tetapi yang harus kami syukuri dengan adanya program pinjaman bergulir kami sedikit terbantu dalam memperbaiki kondisi ekonomi kami. Seperti halnya dengan saya, sekarang penghasilan saya sedikit bertambah setelah menerima dana pinjaman dan saya sudah bisa sedikit menabung. b. Terwujudnya keberlanjutan usaha masyarakat baik melalui channeling maupun keberlanjutan program pemberian pinjaman Dalam rangka memfasilitasi BKM dan Pemerintah Daerah untuk merealisasikan program penanggulangan kemiskinan, PNPM Perkotaan mendorong upaya channeling kemitraan sebagai langkah untuk memfasilitasi BKM dalam membangun jaringan kerja networking dan kemitraan partnership dengan pihak-pihak yang potensial seperti pemerintah daerah, Badan Usaha Ekonomi Swasta BUES, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Perguruan Universitas Sumatera Utara Tinggi PT, Lembaga Sosial Masyarakat LS, kelompok peduli dan lain sebagainya. Kemitraan channeling adalah upaya untuk melakukan kemitraaan dengan lembaga-lembaga formal baik itu pemerintah maupun non pemerintah yang memiliki program-program penanggulangan kemiskinan, untuk melakukan kerjasama diberbagai bidang. Channeling wajib diupayakan oleh pihak PNPM Perkotaan maupun pemerintah daerah khususnya bagi kelompok masyarakat yang telah dengan baik mengelola dana pinjaman bergulir. Dengan adanya channeling dan keberlanjutan program-program pemberian pinjaman diharapkan terjadi keberlanjutan usaha yang dikelola masyarakat. Grafik 33 pada berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peran program pinjaman bergulir dalam mewujudkan keberlanjutan usaha masyarakat baik melalui channeling maupun melalui keberlanjutan program pemberian pinjaman. Sumber: Hasil Penelitian 2011 Grafik 33. Tanggapan Responden Mengenai Peran Program Pinjaman Bergulir dalam Mengupayakan Keberlanjutan Usaha Masyarakat Universitas Sumatera Utara Grafik 33 menunjukkan bahwa 22 responden menyatakan bahwa program pinjaman bergulir cukup berperan dalam mengupayakan keberlanjutan usaha masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan responden sebelumnya yang menyatakan bahwa walaupun program pinjaman bergulir belum mampu mensejahterakan anggota KSM, tetapi telah membantu dalam mengupayakan keberlanjutan usaha anggota KSM melalui pemberian pinjaman untuk meningkatkan modal usaha. Demikian halnya dengan kemitraan channeling yang merupakan salah satu upaya dalam mewujudkan keberlanjutan usaha masyarakat telah berhasil dilakukan oleh BKM dan fasilitator. Dengan terjalinnya kemitraan dengan lembaga formal diluar program pinjaman bergulir maka akan semakain banyak masyarakat yang memiliki kesempatan untuk memperoleh pinjaman. Kemitraan channeling telah dilakukan dengan Pemerintah Daerah Kota Medan maupun dengan salah satu NGO non government organization di bidang sosial bernama “Habitat”. Kemitraan dengan Pemerintah Kota Medan dilakukan melalui penyaluran dana pinjaman bergulir dengan jumlah pinjaman sebesar Rp.15.000.000,-, yang nantinya dana pinjaman tersebut akan diberikan kepada 6 KSM yang belum memperoleh dana pinjaman bergulir. Kemitraan dengan NGO “habitat” dilakukan dengan pemberian pinjaman kepada anggota KSM yang telah berhasil mengembalikan dana pinjaman bergulir dengan baik. Bantuan yang diberikan NGO “habitat” ditujukan untuk perbaikan sarana dan prasarana rumah tinggal, dengan jumlah pinjaman yang diberikan berkisar antara Rp.600.000 hingga Rp.12.000.000 bagi setiap rumah tangga. Saat ini pinjaman yang diberikan NGO “habitat” telah diberikan kepada 8 rumah tangga dengan Universitas Sumatera Utara jumlah pinjaman sebesar Rp.79.000.000, dengan pinjaman yang diberikan bervariatif jumlahnya mulai dari Rp.4.500.000 hingga Rp.12.000.00. Tetapi yang kemudian menjadi permasalahan adalah keberlanjutan usaha masyarakat belum diupayakan melalui keberlanjutan program pinjaman bergulir itu sendiri. Hingga saat ini belum ada kepastian program pinjaman bergulir akan menambah alokasi dana pinjaman kepada masyarakat untuk tahun anggaran 2012 melalui pelaksanaan program pinjaman bergulir. Dengan demikian maka keberlanjutan usaha masyarakat hanya terjamin melalui perguliran dana pinjaman yang sekarang tersedia dan melalui pemupukan modal yang diperoleh dari keuntungan UPK. Pernyataan Ketua BKM, Bapak H, mengenai keberlanjutan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak adalah sebagai berikut: Kami belum mendapat informasi hingga saat ini bahwa program pinjaman bergulir akan kembali dilaksanakan pada tahun depan. Kami juga telah menyatakan kepada fasilitator mengenai pelaksanaan program pinjaman bergulir untuk tahun 2012 dan dikatakan masih akan dipuayakan khususnya kepada Kelurahan yang telah baik dalam mengelola program pinjaman bergulir. Keberlanjutan program pinjaman bergulir ini juga selalu ditanyakan oleh masyarakat karena masih banyak dari mereka yang belum melaksanakan program pinjamana bergulir dan mereka sangat membutuhkannya. Dari wawancara yang dilakukan penulis dengan Ketua BKM Bapak H, mengindikasikan bahwa pelaksanaan program pinjaman bergulir untuk tahun 2012 belum mendapat kepastian akan dilaksanakan atau tidak. Padahal masih banyak masyarakat Kelurahan Karang Berombak yang belum melaksanakan program pinjaman bergulir. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya KSM yang telah mendaftar dan masih menunggu perguliran dana pinjaman yang dikelola anggota Universitas Sumatera Utara KSM. Hingga saat ini jumlah calon KSM yang telah mendaftar untuk melaksanakan program pinjaman bergulir telah mencapai 22 KSM. c. Mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berdaya Penanggulan kemiskinan yang dilakukan pemerintah saat ini lebih difokuskan melalui program pemberdayaan masyarakat. Melalui pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu menciptakan masyarakat yang mandiri dan berdaya dalam mengatasi kemiskinan dengan menggunakan daya dan usaha mereka sendiri. Mandiri dan berdaya dalam mengidentifikasi masalah kemiskinan dan mempunyai solusi terhadap masalahan kemiskinan tersebut. Dalam mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berdaya melalui program pemberdayaan harus dimulai dengan melibatkan masyarakat mulai dari tahap awal perencanaan program hingga evaluasi pelaksanaan program. Dengan dilibatkannya masyarakat dari tahap awal perencanaan program hingga tahap evaluasi program diharapkan masyarakat menyadari pentingnya peran mereka dalam program pemberdayaan tersebut, karena masyarakat sendiri yang paling memahami kebutuhan mereka. Grafik 34 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peran program pinjaman bergulir dalam mewujudkan kemandirian anggota KSM. Universitas Sumatera Utara Sumber:Hasil Penelitian 2011 Grafik 34. Tanggapan Responden Mengenai Peran Program Pinjaman Bergulir dalam Mewujudkan Kemandirian Anggota KSM Grafik 34 menunjukkan bahwa 25 orang responden menyatakan bahwa program pinjaman bergulir kurang membantu mereka dalam mewujudkan kemandirian pada diri mereka. Dalam hal melibatkan masyarakat untuk berpartsipasi secara aktif dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir, program ini bisa dikatakan berhasil. Masyarakat selalu dilibatkan mulai dari taha awal perencanaan program hingga tahap akhir evaluasi pelaksanaan program. Tetapi ketika berbicara tentang kemandirian dalam mengurangi ketergantungan kepada pihak lain di luar pihak pengelola program pinjaman bergulir, program ini bisa dikatakan belum berhasil. Kemandirian dalam hal finansial sepertinya menjadi masalah yang paling berarti yang dihadapi masyarakat. Jumlah pinjaman yang mereka peroleh sepertinya menyebabkan mereka tidak dapat mengurangi ketergantungan mereka terhadap pihak lain di luar pihak pengelola pinjaman bergulir untuk membantu mereka meningkatkann usaha yang mereka kelola. Universitas Sumatera Utara Kenyataan tersebut sesuai dengan pernyataan salah seorang masyarakat diluar dari masyarakat yang melaksanakan program pinjaman bergulir, Bapak N.H, yang menyatakan sebagai berikut: Setahu saya yang namanya mandiri adalah tidak memerlukan orang lain untuk membantu dirinya, khususnya dalam hal keuangan. Tetapi yang saya lihat dari beberapa orang yang saya kenal yang ikut melaksanakan program pinjaman bergulir, masih banyak yang tetap meminjam uang baik itu dari keluarga maupun dari temannya bahkan tidak sedikit yang meminjam dari rentenir. Dengan demikian saya belum melihat adanya kemandirian bagi masyarakat yang melaksanakan program pinjaman bergulir. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan bukan merupakan objek pembangunan. Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, serta dilaksanakan secara berkelajutan. Grafik 35 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peran program pinjaman bergulir dalam memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi mengatasi kemiskinan. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Penelitian 2011 Grafik 35. Tanggapan Responden Mengenai Peran Program Pinjaman Bergulir dalam Memberdayakan Masyarakat untuk Berpartisipasi Mengatasi Kemiskinan Grafik 35 menunjukkan bahwa 40 orang responden menyatakan bahwa program pinjaman bergulir cukup berperan dalam memberdayakan masarakat untuk berpartisipasi mengatasi kemiskinan. Metode program pinjaman bergulir yang selalu melibatkan masyarakat dalam setiap pengambilan keputusan pada pelaksanaannya, menyebabkan masyarakat merasa pentingnya peran mereka dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir, selain itu masyarakat diberikan peluang untuk mengembangkan potensi diri mereka karena potensi yang dimiliki oleh anggota KSM merupakan modal yang sangat berharga dalam membantu diri mereka sendiri untuk mengatasi kemiskinan. d. Tercipta modal sosial masyarakat yaitu kepercayaan trust dan sikap bekerjasama diantara masyarakat Sistem tanggung renteng merupakan salah satu cara yang diterapkan dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir untuk menumbuhkan kembali modal sosial pada masyarakat yang selama ini kurang berperan. Dalam pelaksanaan Universitas Sumatera Utara sistem tanggung renteng diwajibkan semua anggota kelompok untuk ikut berpartisipasi mengatasi permasalahan di dalam kelompok dan bersama berbuat yang terbaik dalam mencapai tujuan kelompok. Oleh karena itu diperlukan sikap saling percaya dan bekerjasama untuk mewujudkan tujuan kelompok tersebut. Sikap saling percaya dan bekerjasama bukan keseluruhan dari modal sosial. Tetapi dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir, kedua modal sosial tersebut menjadi sangat penting untuk diterapkan dalam kelompok masyarakat, terutama KSM sebagai penerima program. Saling percaya diantara anggota KSM merupakan modal awal dilakukannya kerjasama diantara anggota kelompok tersebut, tanpa adanya sikap saling percaya tidak mungkin kerjasama diantara anggota KSM dapat dilakukan dan pada akhirnya tujuan KSM dalam mencapai suatu tujuan bersama dapat dicapai dengan baik. Tabel 17 berikut menunjukkan pengetahuan anggota KSM mengenai tujuan utama dari penerapan sistem tanggung renteng dalam mewujudkan terciptanya modal sosial diantara anggota KSM. Tabel 17. Pengetahuan Anggota KSM Mengenai Peranan Sistem Tanggung Renteng dalam Mewujudkan Terciptanya Modal Sosial Masyarakat Pilihan Pengetahuan Anggota KSM Mengenai Peranan Sistem Tanggung Renteng dalam Mewujudkan Terciptanya Modal Sosial Masyarakat Jumlah Persentase A Tidak 32 62,7 B Ya 19 37,3 Sumber: Hasil Penelitian 2011 Universitas Sumatera Utara Tabel 17 menunjukkan bahwa 40 orang responden tidak mengetahui bahwa tujuan utama dari diterapkannya sistem tanggung renteng adalah untuk menumbuhkan kembali modal sosial yang selama ini kurang berperan. Anggota KSM hanya mengetahui bahwa tujuan dari diterapkannya sistem tanggung renteng adalah untuk menjamin pengembalian dana pinjaman yang diperoleh anggota KSM. Oleh karena itu diperlukan penanaman pemahaman yang baik oleh semua pengelola program pinjaman bergulir kepada anggota KSM bahwa tujuan utama dari diterapkannya sistem tanggung renteng adalah untuk menumbuhkan modal sosial diantara masyarakat dan diantara anggota KSM pada khususnya. Penulis mengutip pernyataan salah seorang fasilitator, Bapak W, yang menyatakan sebagai berikut: Kami percaya dengan adanya sistem tanggung renteng maka pelaksanaan program pinjaman bergulir akan semakin baik. Hal ini dikarenakan adanya tanggung jawab dari seluruh anggota KSM untuk terlibat dalam menyelesaikan permasalahan setiap anggota KSM. Sistem tanggung renteng terutama ditujukan agar tingkat pengembalian KSM dapat lebih baik, karena jika salah satu anggota KSM mengalami kendala dalam membayar cicilan pinjaman maka cicilan anggota KSM tersebut harus ditangung oleh seluruh anggota KSM. Dengan demikian anggota KSM diajarkan untuk bekerjasama dan saling percaya dengan anggota kelompoknya. Pernyataan fasilitator tersebut, mengisyaratkan bahwa sistem tanggung renteng yang diterapkan dalam pelaksanaan program pinjaman masih dalam pemahaman yang sempit, hanya sebatas untuk menjamin pengembalian dana pinjaman yang diperoleh anggota KSM bukan untuk menumbuhkan terciptanya modal sosial masyarakat yaitu sikap saling percaya dan saling bekerjasama diantara anggota KSM. Universitas Sumatera Utara Grafik 36 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peranan program pinjaman bergulir dalam menumbuhkan terciptanya modal sosial masyarakat terutama dengan diterapkannya sistem tanggung renteng. Sumber: Hasil Penelitian 2011 Grafik 36. Tanggapan Responden Mengenai Peranan Program Pinjaman Bergulir dalam Menumbuhkan Modal Sosial Masyarakat Terutama Melalui Sistem Tanggung Renteng Grafik 36 menunjukkan bahwa 25 orang responden menyatakan bahwa sistem tanggung renteng kurang berperan dalam menumbuhkan sikap saling percaya dan bekerjasama diantara anggota KSM. Anggota KSM mengetahui bahwa salah satu tujuan dari pelaksanaan program pinjaman bergulir adalah menciptakan terwujudnya modal sosial masyarakat yaitu sikap percaya dan saling bekerjasama. Tetapi mayoritas anggota KSM tidak mengetahui bahwa tujuan diterapkannya sistem tanggung renteng adalah untuk membantu pencapaian terbentuknya modal sosial masyarakat dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir. Penanaman pemahaman yang kurang baik oleh pengurus BKM maupun fasilitator menyebabkan masyarakat kurang memahami tujuan utama dari diterapkannya sistem tanggung renteng dalam menumbuhkan modal sosial diantara mereka. Seandainya modal sosial yang diharapkan dapat terwujud Universitas Sumatera Utara melalui pelaksanaan program pinjaman bergulir bukan tidak mungkin masyarakat mampu mengatasi kemiskinan yang dihadapinya melalui organisasikelompok yang telah terbentuk. Karena organisasikelompok tersebut merupakan kumpulan individu yang memiliki permasalahan yang sama yaitu kemiskinan sehingga mereka nantinya akan mampu bekerjasama untuk merumuskan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan yang mereka hadapi. Organisasikelompok masyarakat yang telah terbentuk dalam hal ini KSM, dibentuk melalui ikatan sosial diantara anggota kelompok yaitu sikap saling mempercayai. Dengan adanya sikap saling mempercayai diantara anggota kelompok maka kerjasama diantara mereka lebih mungkin untuk dilakukan. Wawancara yang dilakukan penulis terhadap Ketua KSM Melati I, Ibu. S, mengenai peranan program pinjaman bergulir dalam menumbuhkan terciptanya modal sosial masyarakat, terutama dengan diterapkannya sistem tanggung renteng, adalah sebagai berikut: Saya mengetahui bahwa salah satu tujuan dari pelaksanaan program pinjaman bergulir adalah mewujudkan terbentuknya modal sosial masyarakat yaitu saling percaya dan saling bekerjasama. Tetapi saya tidak mengetahui secara khusus salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan terciptanya modal sosial pada pelaksanaan program pinjaman bergulir adalah melalui sistem tanggung renteng. Sepengetahuan saya sistem tanggung rentang hanya sebatas menjamin kembalinya pinjaman yang kami peroleh kepada UPK. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa anggota KSM mengetahui dengan baik bahwa salah satu tujuan dari pelaksanaan program pinjaman bergulir adalah untuk menumbuhkan kembali modal sosial masyarakat yang selama ini kurang berperan. Tetapi banyak dari masyarakat yang tidak mengetahui bahwa salah satu upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan modal sosial masyarakat yang selama Universitas Sumatera Utara ini kurang berperan, dilakukan melalui diterapkannya sistem tanggung renteng dalam pelaksanaan progra pinjaman bergulir.

4.5. Efektifitas Pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir