Aspek Keberlanjutan Usaha dan Keberlanjutan Program Pinjaman

Pernyataan Bendahara UPK, Ibu N.M, tentang perguliran dana pinjaman kepada KSM yang belum melaksanakan program pinjaman bergulir adalah sebagai berikut: Bergulirnya dana pinjaman kepada KSM yang belum memperoleh dana pinjaman bergulir, sangat bergantung kepada KSM yang pertama kali memperoleh dana pinjaman bergulir. Untuk itu kami harus bekerja secara maksimal untuk terus mengawasi penggunaan dana pinjaman oleh KSM tersebut. Dari pengembalian cicilan pinjaman yang dibayarkan beserta dengan bunganya, kami mengalokasikan 30 untuk menambah modal pinjaman kami untuk disalurkan kepada KSM yang belum memperoleh dana pinjaman bergulir. Kenyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Ketua KSM Anggrek IV, Ibu D.W, yang menyatakan sebagai berikut: KSM kami adalah KSM yang melaksanakan program pinjaman bergulir pada gelombang kedua. Sebelumnya telah ada 13 KSM yang melaksanakan program pinjaman bergulir pada gelombang pertama. Kami mengetahui bahwa KSM yang memperoleh pinjaman pada gelombang pertama berhasil mengembalikan seluruh dana pinjaman yang mereka peroleh, sehingga kami dapat melaksanakan program pinjaman bergulir pada gelombang kedua. Keberhasilan KSM gelombang pertama yang mampu mengembalikan seluruh dana pinjaman bergulir, menjadi motivasi tersendiri bagi kami untuk berbuat hal yang sama. Kami juga menyadari bahwa masih banyak KSM yang belum melaksanakan program pinjaman bergulir dan mereka sangat bergantung kepada kami untuk dapat memperoleh dana pinjaman bergulir.

4.4.3. Aspek Keberlanjutan Usaha dan Keberlanjutan Program Pinjaman

Tujuan jangka panjang dari pelaksanaan program pinjaman bergulir adalah mengupayakan keberlanjutan wirausaha masyarakat miskin yang memiliki keterbatasan modal dan keterbatasan untuk memperoleh akses pada lembaga keuangan formal. Program pinjaman bergulir lahir untuk memberikan akses layanan keuangan kepada masyarakat miskin dengan pinjaman mikro berbasis Universitas Sumatera Utara pasar untuk memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat miskin. Program pinjaman bergulir berbeda dengan program-program pemberdayaan lainnya, yang tidak memiliki konsep berkelanjutan, dimana hasil dari pelaksanaan program hanya bersifat sementara dan hanya dapat dinikmati ketika program sedang dilaksanakan. Tetapi ketika program telah berakhir tidak menimbulkan dampak apapun terhadap masyarakat yang melaksanakan program tersebut. Pada pelaksanaan program pinjaman bergulir keberlanjutan wirausaha masyarakat dijamin melalui keberlanjutan program sejenis dan melalui channeling dengan lembaga-lembaga keuangan formal, khususnya lembaga keuangan yang memiliki program pemberian pinjaman kepada masyarakat. Tetapi jaminan keberlanjutan usaha masyarakat tidak datang dengan sendirinya atau dilakukan kepada semua masyarakat yang melaksanakan program pinjaman bergulir, tetapi ditujukan kepada masyarakat yang memiliki kinerja dengan kriteria memuaskan. a. Pengaruh jumlah pinjaman yang diberikan terhadap peningkatan usaha yang dikelola anggota KSM Salah satu kendala yang dialami masyarakat miskin yang memiliki wirausaha dalam mengupayakan keberlanjutan usahanya adalah keterbatasan modal usaha yang dimiliki masyarakat tersebut. Kondisi usaha yang tidak selalu sama setiap harinya tentu menyebabkan diperlukannya modal usaha yang cukup, dimana modal usaha tersebut dapat digunakan jika usaha yang dikelola mengalami kerugian ataupun tidak memperoleh keuntungan. Selain itu modal usaha juga sangat berperan untuk meningkatkan usaha melalui peningkatan belanja modal, jika usaha tidak mengalami kerugian ataupun tidak memperoleh keuntungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak usaha mikro dan kecil yang Universitas Sumatera Utara harus gulung tikar dikarenakan tidak memiliki modal usaha yang cukup untuk menjalankan usaha yang dikelolanya. Oleh karena itu program pinjaman bergulir hadir sebagai program pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi, yang memberikan modal pinjaman kepada masyarakat miskin, dengan tujuan agar modal yang diberikan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan usaha yang dikelola maupun untuk meningkatkan usaha masyarakat miskin tersebut. Grafik 20 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai pengaruh jumlah pinjaman yang diperoleh terhadap peningkatan usaha anggota KSM. Sumber:Hasil Penelitian 2011 Grafik 20. Tanggapan Responden Mengenai Pengaruh Jumlah Pinjaman yang Diperoleh Terhadap Peningkatan Usaha Anggota KSM Grafik 20 menunjukkan bahwa 33 orang responden menyatakan jumlah pinjaman yang diperoleh anggota KSM kurang berpengaruh bagi upaya meningkatkan usaha mereka. Jumlah pinjaman yang diberikan pada pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak adalah Rp.500.000,- anggota pada tahap awal dan Rp.1.000.000,-anggota pada tahap selanjutnya. Pembatasan pemberian pinjaman dibatasi hingga tahap pemberian pinjaman Universitas Sumatera Utara Rp.1.000.000,-anggota dikarenakan keterbatasan alokasi dana yang diberikan untuk Kelurahan Karang Berombak melalui program pinjaman bergulir. Pertimbangan lain yang digunakan adalah banyaknya masyarakat yang tergabung dalam anggota KSM yang belum melaksanakan program pinjaman bergulir. Dari 34 KSM yang sedang melaksanakan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak, 21 KSM diantaranya adalah KSM yang memperoleh dana pinjaman bergulir sejumlah Rp.500.000,-anggota, sedangkan 13 KSM lainnya telah memasuki pinjaman tahap ke-II dengan jumlah pinjaman Rp.1.000.000,-anggota. Tidak dapat dipungkiri bahwa jumlah pinjaman tersebut tidak terlalu berarti jika dibandingkan dengan keadaan perekonomian saat ini, dimana usaha yang mampu bertahan adalah usaha dengan modal besar atau paling tidak cukup untuk melakukan perputaran kegiatan ekonomi usaha. Hasil wawancara dengan Ketua KSM Sakura III, Ibu M, yang memperoleh pinjaman sebesar Rp.500.000, adalah sebagai berikut: Usaha yang saya kelola adalah berjualan sarapan pagi seperti lontong dan nasi gurih. Setiap harinya saya memerlukan modal kurang lebih Rp.200.000 untuk membeli kebutuhan membuat makanan. Tidak jarang makanan yang saya jual sebagian tidak laku dan terpaksa harus dibuang karena tidak dapat dimakan untuk besok harinya. Dan jika keadaan seperti itu terjadi bukan hanya kerugian yang saya peroleh, tetapi kadang-kadang modal berjualan pun tidak semuanya kembali, sementara saya harus membeli bahan makanan untuk berjualan keesokan harinya. Tidak jarang saya terpaksa tidak berjualan, jika tidak memperoleh pinjaman untuk membeli bahan makanan. Universitas Sumatera Utara Berbeda dengan pernyataan Ketua KSM Rose II, Ibu E.S, yang memperoleh pinjaman sebesar Rp.1.000.000, mengenai kemampuan jumlah pinjaman yang diperoleh terhadap upaya meningkatkan usaha yang dikelola, yang menyatakan sebagai berikut: Saya memiliki kios kecil yang menjual makanan dan minuman ringan serta menjual barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Penjualan rata-rata saya sebelum saya memperoleh pinjaman dana bergulir kurang lebih Rp.100.000,- setiap harinya. Tetapi setelah saya mendapatkan pinjaman maka saya dapat menggunakannya untuk menambah jenis dan jumlah barang jualan saya. Dengan bertambahnya barang-barang jualan saya maka penjualan saya pun meningkat. Sekarang rata-rata penjualan saya sekitar Rp.130.000 hingga Rp.150.000 setiap harinya. b. Menjalin kemitraan dengan lembaga formal di luar program pinjaman bergulir Kemitraan dengan lembaga atau organisasi formal yang bersedia mendukung program pinjaman bergulir perlu dilakukan agar semakin banyak masyarakat yang dapat menikmati program pemberian pinjaman. Selain itu juga agar pinjaman yang dapat diperoleh masyarakat dapat lebih berarti dalam mengembangkan usaha yang dikelolanya. Selama ini masyarakat sangat bergantung kepada Pemerintah untuk mengucurkan program-program pemberian pinjaman bagi masyarakat yang memiliki usaha berskala mikro maupun kecil. Oleh karena itu sudah saatnya dijalain kemitrausahaan dengan kelompok- kelompok peduli lainnya, khususnya yang memiliki program pemberian pinjaman yang sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha yang mereka kelola. Universitas Sumatera Utara Tabel 12 berikut ini menunjukkan tanggapan anggota KSM mengenai perlunya dilakukan channeling dengan lembaga formal lainnya dalam hal pemberian pinjaman kepada masyarakat. Tabel 12. Tanggapan Responden Mengenai Perlunya Dilakukan Kemitraan dengan Lembaga Formal Lainnya untuk Memberikan Pinjaman Pilihan Tanggapan masyarakat tentang perlunya dilakukan channeling dengan lembaga formal lainnya dalam hal pemberian pinjaman kepada masyarakat Jumlah Persentase A Tidak Perlu B Perlu 51 100 Sumber:Hasil Penelitian 2011 Dari tabel 12 terlihat bahwa semua responden menyatakan perlunya dilakukan kemitrausahaan channeling dengan lembaga formal lainnya yang memiliki program pemberian pinjaman. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa jumlah pinjaman yang diperoleh selama ini mereka peroleh kurang bermanfaat dalam meningkatkan usaha yang mereka kelola. Kenyataan lain adalah bahwa masih banyak masyarakat yang belum dapat menikmati program-program pemberian pinjaman. Dengan melihat kenyataan tersebut maka sudah saatnya bagi pihak-pihak yang terkait dengan program pinjaman bergulir khususnya BKM maupun korkot untuk melakukan channeling dengan pihak lainnya, terutama untuk masyarakat yang telah menunjukkan kinerja baik dengan tingkat pengembalian pinjaman diatas 90. Grafik 21 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai upaya yang dilakukan BKM maupu korkot untuk melakukan channeling dengan lembaga formal lainnya. Universitas Sumatera Utara Sumber:Hasil Penelitian 2011 Grafik 21. Tanggapan Responden Mengenai Upaya Chanelling yang Dilakukan Dengan Lembaga Formal Lain Dari grafik 21 terlihat bahwa 41 orang responden mengetahui upaya channeling sudah dilakukan dan sedang berjalan. Keberhasilan anggota KSM dalam mengelola dana pinjaman bergulir hingga mencapai tingkat pengembalian pinjaman hingga 100, menghasilkan nilai positif tersendiri bagi anggota KSM tersebut. Nilai positif yang dimaksud adalah ketertarikan pihak lain diluar program pinjaman bergulir yang bersedia memberikan pinjaman bagi masyarakat Kelurahan Karang Berombak. Kemitrausahaan telah dilakukan dengan salah satu NGO yang bergerak dibidang sosial dan juga dengan pemerintah daerah Kota Medan. Pemerintah daerah Kota Medan telah mengucurkan dana pinjaman sebesar Rp.15.000.000 melalui pelaksanaan program pinjaman bergulir yang ditujukan bagi 6 KSM yang belum pernah memperoleh dana pinjaman bergulir, sedangkan kemitrausahaan dengan NGO “habitat” dilakukan dengan pemberian pinjaman kepada anggota KSM yang telah berhasil mengembalikan dana pinjaman bergulir dengan baik. Bantuan yang diberikan NGO “habitat” ditujukan untuk perbaikan sarana dan prasarana rumah tinggal, dengan jumlah pinjaman Universitas Sumatera Utara yang diberikan antara Rp.600.000 hingga Rp.12.000.000 bagi setiap rumah tangga. Saat ini pinjaman yang diberikan NGO “habitat” telah diberikan kepada 8 rumah tangga dengan jumlah pinjaman sebesar Rp.79.000.000, dengan pinjaman diberikan bervariatif jumlahnya mulai dari Rp.4.500.000 hingga Rp.12.000.000. Dengan demikian maka salah satu tujuan pelaksanaan program pinjaman bergulir untuk melakukan channeling, khususnya bagi masyarakat yang telah menunjukkan kinerja baik telah berhasil dilakukan. Pernyataan tersebut sesuai dengan keterangan yang diperoleh penulis berdasarkan wawancara dengan Ketua BKM, Bapak H, yang menyatakan sebagai berikut: Semua anggota KSM telah berupaya maksimal untuk mencapai tingkat pengembalian pinjaman hingga 100. Atas keberhasilan tersebut kami kemudian dipercayakan oleh beberapa pihak diantaranya Pemerintah Daerah Kota Medan dan salah satu NGO yang bergerak dibidang sosial bernama Habitat. Pemerintah Kota Medan mengucurkan dana pinjaman bergulir sebesar Rp.15.000.000 yang ditujukan kepada 6 KSM, sedangkan kerjasama dengan NGO habitat ditujukan untuk perbaikan rumah tinggal masyarakat dengan tingkat pinjaman yang berbeda, mulai dari Rp.600.000 sampai Rp. 12.000.000. Tetapi kerjasama dengan dengan NGO Habitat masih ditujukan kepada anggota KSM yang telah berhasil mengembalikan dana pinjaman, bukan ditujukan kepada seluruh masyarakat Kelurahan Karang Berombak. c. Pengembalian dana pinjaman oleh anggota KSM agar program pemberian pinjaman dapat terus berlanjut Salah satu kunci sukses keberhasilan pelaksanaan program pinjaman bergulir adalah terletak pada tingkat pengembalian pinjaman oleh KSM yang melaksanakan program pinjaman bergulir. Penanaman kesadaran kepada anggota KSM untuk mengembalikan dana pinjaman bergulir agar program-program Universitas Sumatera Utara sejenis dapat terus dilakukan juga perlu mendapatkan perhatian oleh pengurus BKM terutama UPK sebagai pihak yang terlibat langsung dalam pengelolaan program pinjaman bergulir. Tabel 13 berikut ini menunjukkan tingkat pengetahuan anggota KSM mengenai pentingnya mengembalikan dana pinjaman yang diperoleh agar kepercayaan dengan pihak pemberi pinjaman dapat terus terjaga sehingga program sejenis dapat terus dilakukan. Tabel 13. Tanggapan Responden Mengenai Perlunya Mengembalikan Dana Pinjaman agar Program Pemberian Pinjaman Dapat Terus Berlanjut Pilihan Tanggapan responden tentang perlunya mengembalikan dana pinjaman yang diperoleh agar program pemberian pinjaman dapat terus berlanjut Jumlah Persentase A Tidak Perlu B Perlu 51 100 Sumber: Hasil Penelitian 2011 Dari tabel 13 terlihat bahwa seluruh responden mengetahui bahwa dana pinjaman yang diperoleh harus dikembalikan, agar program-program pemberian pinjaman dapat terus digulirkan. Kesadaran dan pengetahuan yang baik dari anggota KSM tersebut, tidak terlepas dari peran BKM dan UPK yang selalu menanamkan pengertian bahwa dana pinjaman yang diperoleh bukan hibah melainkan dana yang harus dikembalikan. Kesadaran dan pengetahuan yang baik oleh anggota KSM mengenai perlunya mengembalikan dana pinjaman yang diperoleh agar program-program pemberian pinjaman dapat terus digulirkan, sesuai dengan kenyataan yang terjadi pada tingkat pengembalian pinjaman yang diperoleh anggota KSM kepada UPK. Universitas Sumatera Utara Keterangan dari Ketua KSM Rose II, Ibu E.S adalah sebagai berikut: Dari awal pelaksaan program pinjaman bergulir kami selalu diberikan pemahaman bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak seluruhnya tergantung kepada KSM yang nantinya memperoleh dana pinjaman bergulir. Anggota KSM juga menjadi penentu keberlanjutan program pinjaman bergulir nantinya, karena keberlanjutan program pinjaman bergulir dapat terus terlaksana jika KSM yang mengelola dana pinjaman bergulir mampu mengembalikan seluruh dana pinjaman yang diperoleh. Untuk itulah kami menyadari bahwa perlu menjaga kepercayaan pihak korkot dengan tetap mengembalikan dana pinjaman yang kami peroleh. Grafik 22 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai tingkat kelancaran pengembalian dana pinjaman yang diperoleh anggota KSM. Sumber: Hasil Penelitian 2011 Grafik 22. Tanggapan Responden mengenai Tingkat Kelancaran Pengembalian Dana Pinjaman yang Diperoleh Anggota KSM Grafik 22 menunjukkan bahwa 40 orang responden menyatakan tingkat pengembalian dana pinjaman oleh anggota KSM adalah lancar. Data yang diperoleh penulis yang bersumber dari UPK menyatakan bahwa tingkat pengembalian dana pinjaman bergulir yang dikelola oleh 34 KSM hingga Juni 2011 mencapai 100 artinya tidak ada KSM yang tidak membayar cicilan pinjaman hingga periode juni 2011. Tidak dapat dipungkiri sistem tanggung Universitas Sumatera Utara renteng yang diterapkan untuk menjaga tingkat pengembalian pinjaman dari anggota KSM berjalan efektif. Sistem tanggung renteng mengharuskan adanya tabungan anggota KSM sebesar 5 dari jumlah dana yang diperoleh sebelum menerima dana pinjaman dan menambah 5 dari jumlah pinjaman yang diperoleh setelah menerima dana pinjaman. Dengan demikian jika terdapat anggota KSM yang tidak membayar cicilan pinjaman maka pembayaran cicilan pinjaman dilakukan dengan mengambil sejumlah dana sesuai dengan jumlah cicilan pinjaman dari tabungan anggota KSM yang telah ada sebelumnya. Dengan demikian maka anggota KSM akan semakin bertanggung jawab terhadap pengembalian dana pinjaman yang diperolehnya. Wawancara yang dilakukan penulis terhadap Bendahara UPK, Ibu N.M, mengenai tingkat pengembalian pinjaman yang diperoleh anggota KSM adalah sebagai berikut: Berdasarkan pembukuan yang saya lakukan hingga bulan juni tahun 2011, tingkat pengembalian pinjaman dari 34 KSM yang memperoleh dana pinjaman bergulir masih mencapai 100. Pencapaian tingkat pengembalian hingga 100 ini tidak terlepas dari kesadaran dan pemahaman yang baik dari anggota KSM tentang perlunya mengembalikan dana pinjaman yang mereka peroleh, agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lain yang belum memperoleh dana pinjaman bergulir dan yang terpenting adalah agar program pemberian pinjaman dapat terus dilaksanakan di Kelurahan Karang Berombak. Mereka meyakini dengan mengembalikan dana pinjaman yang mereka peroleh maka program pinjaman bergulir maupun program pemberian pinjaman lainnya dapat terus dilakukan di Kelurahan Karang Berombak. Keyakinan mereka tersebut telah terwujud dengan dilakukannya kemitrausahaan dengan pihak lain di luar program pinjaman bergulir yaitu dengan Pemerintah Daerah Kota Medan dan salah satu NGO yang bergerak di bidang sosial. Universitas Sumatera Utara d. Melakukan pendampingan terhadap wirausaha anggota KSM termasuk di dalamnya pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT Pendampingan atau konsultasi merupakan elemen penting dalam memperkuat kemampuan pengelolaan pinjaman bergulir. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan kegiatan coaching petunjuk singkat, konsultasi atau diskusi, membantu pelaksanaan kegiatan sampai dengan petugas dapat melaksanakannya secara mandiri, perbaikan terhadap hal-hal yang kurangtidak benar, membimbing hingga terjadi perubahan sikapperilaku, serta upaya lain yang mengarah pada peningkatan kemampuan para petugas maupun anggota masyarakat. Strategi pendampingan perlu dilakukan kepada kelompok pemanfaat pinjaman agar pelaksanaan program pinjaman bergulir dapat lebih baik. Pendampingan pada pelaksanaan program pinjaman bergulir yang dilakukan oleh BKM maupun fasilitator kepada KSM sebagai penerima program bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan anggota KSM tentang usaha yang mereka kelola melalui pelatihan ekonomi rumah tangga PERT dan memantau perkembangan wirausaha anggota KSM yang menerima dana pinjaman. Tabel 14 berikut menunjukkan jawaban responden perihal ada atau tidaknya pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT yang dilakukan oleh BKMfasilitator kepada anggota KSM. Universitas Sumatera Utara Tabel 14. Tanggapan Responden Mengenai Pelatihan Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga yang Dilakukan oleh BKMFasilitator Pilihan Tanggapan responden perihal pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT yang dilakukan oleh BKMfasilitator Jumlah Persentase A Tidak pernah 20 39,2 B Pernah 31 60,8 Sumber: Hasil Penelitian 2011 Dari tabel 14 diatas terlihat bahwa 20 orang responden menyatakan tidak pernah mendapatkan pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT. Pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT sangat bermanfaat bagi anggota KSM dalam mengelola usahanya karena pelatihan ekonomi rumah tangga memberikan pelatihan secara langsung kepada anggota KSM pada berbagai bidang usaha dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan anggota KSM dalam mengelola usahanya. Pelatihan ekonomi rumah tangga dilakukan oleh relawan yang merupakan bagian dari BKM. Relawan dipilih berdasarkan kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya pada suatu bidang keahlian tertentu. Keterbatasan anggota masyarakat yang memiliki keinginan dan kemampuan menjadi relawan, menyebabkan sedikitnya relawan yang tersedia pada pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak. Keterbatasan relawan ini menyebabkan tidak terlayaninya seluruh anggota KSM dalam memberikan pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT. Grafik 23 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peranan pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT dalam meningkatkan wirausaha yang dikelola anggota KSM. Universitas Sumatera Utara Sumber: Hasil Penelitian 2011 Grafik 23. Tanggapan Responden mengenai Peranan Pelatihan Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga PERT dalam Meningkatkan Usaha yang Dikelola KSM Dari grafik 23 di atas terlihat bahwa 25 orang responden menyatakan pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga PERT yang mereka peroleh tidak berperan dalam mengembangkan usaha yang mereka kelola. Seperti yang telah dikemukan sebelumnya bahwa keterbatasan relawan menjadi permasalahan dalam memberikan pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga. Masalah lain adalah dari relawan yang tersedia beberapa relawan tidak memiliki ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan bidang usaha yang dikelola anggota KSM, sehingga beberapa relawan tidak dapat memberikan pelatiha ekonomi rumah tangga kepada anggota KSM. Dengan demikian maka pelatihan pengelolaan ekonomi rumah tangga ini semakin tidak berperan dalam mengembangkan usaha yang dikelola anggota KSM. Universitas Sumatera Utara Kenyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Ketua BKM, Bapak H, yang menyatakan sebagai berikut: Rata-rata usaha anggota KSM adalah berjualan produk yang tidak memerlukan keahlian, seperti menjual menjual kopi, pulsa, kedai sampah, mainan anak-anak, baju, sarapan pagi dan lain-lain, sehingga mereka lebih memilih untuk tidak mengikuti pelatihan ekonomi rumah tangga. Mereka merasa bahwa pengalaman mereka berjualan selama ini lebih berharga dibandingkan pelatihan yang diberikan. Sangat sedikit usaha anggota KSM yang berhubungan dengan keahlian tertentu, seperti menjahit, beternak ayam, beternak lele, salon dan lain sebagainya. Keadaan tersebut membuat banyak dari relawan tidak berperan dalam memberikan pelatihan. Seperti misalnya ada dari relawan kami yang memiliki pengalaman beternak ayam dan ingin membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada anggota KSM melalui pelatihan, tetapi karena tidak ada anggota KSM yang beternak ayam, maka relawan tersebut akhirnya tidak dapat memberikan pelitihan kepada anggota KSM. Tabel 15 berikut ini menunjukkan jawaban responden perihal ada atau tidaknya pendampingan yang dilakukan oleh BKMfasilitator kepada anggota KSM. Tabel 15. Tanggapan Responden Mengenai Pendampingan yang Dilakukan oleh UPKFasilitator Pilihan Tanggapan responden perihal ada atau tidaknya pendampingan yang dilakukan oleh UPKfasilitator terhadap wirausaha anggota KSM Jumlah Persentase A Tidak pernah 29 56,9 B Pernah 22 43,1 Sumber:Hasil Penelitian 2011 Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa 29 orang responden menyatakan tidak pernah mendapatkan pendampingan terhadap usaha mereka kelola. Keadaan ini sebenarnya tidak boleh terjadi mengingat pendampingan sangat berperan dalam keberlanjutan usaha anggota KSM. Melalui pendampingan, anggota KSM dapat berkonsultasi kepada UPK maupun fasilitator mengenai permasalahan yang Universitas Sumatera Utara mereka hadapi dalam mengelola usaha, sehingga anggota KSM memiliki solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Grafik 24 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peranan pendampingan yang dilakukan oleh UPKfasilitator terhadap usaha yang dikelola anggota KSM. Sumber:Hasil Penelitian 2011 Grafik 24. Tanggapan Responden mengenai Peranan Pendampingan yang dilakukan olehUPK fasilitator terhadap Usaha yang dikelola Anggota KSM Grafik 24 menunjukkan bahwa 23 orang responden menyatakan peranan pendampingan yang dilakukan oleh UPK dan juga fasilitator kurang berperan bagi anggota KSM dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir. Pendampingan sebenarnya harus dilakukan sejak anggota KSM mendapatkan dana pinjaman. Tujuan pendampingan adalah untuk mengawasi penggunaan dana pinjaman yang dikelola anggota KSM agar dana pinjaman tersebut digunakan untuk mengelola usaha, bukan untuk kegiatan lainnya. Melalui pendampingan juga diharapkan anggota KSM dapat berkonsultasi terhadap masalah yang mereka hadapi dalam mengelola usahanya. Melalui pendampingan juga dapat diketahui perkembangan usaha anggota KSM. Hal tersebut nantinya berguna untuk mengetahui Universitas Sumatera Utara kemampuan anggota KSM untuk mengembalikan dana pinjaman yang diperoleh. Pendampingan sebaiknya dilakukan sesering mungkin agar informasi yang diperoleh mengenai usaha yang dikelola anggota KSM semakin akurat. Dalam pelaksanaannya di Kelurahan Karang Berombak proses pendampingan berjalan kurang efektif dikarenakan keterbatasan jumlah pengurus UPK maupun fasilitator sehingga terkadang harus melibatkan BKM dalam pelaksanaannya. Jumlah petugas UPK yang melakukan pendampingan adalah 1 orang serta tim fasilitator sebanyak 5 orang. Permasalahan yang kemudian terjadi adalah jumlah tenaga pendamping yang tersedia sangat tidak sebanding dengan jumlah anggota KSM yang harus dilayani. Keadaan tersebut menyebabkan proses pendampingan menjadi tidak efektif pada pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak. Keadaan diatas sesuai dengan pernyataan yang dikutip penulis berdasarkan wawancara dengan senior fasilitator, Bapak W, yang menyatakan sebagai berikut: Pendampingan sebenarnya sangat bermanfaat bagi anggota KSM maupun bagi kami sendiri. Melalui pendampingan kami mengetahui kondisi usaha anggota KSM, sehingga kami dapat mengetahui kemungkinan anggota KSM tersebut untuk mengembalikan dana pinjaman yang mereka peroleh. Bagi anggota KSM pendampingan berperan untuk berkonsultasi mengenai permasalahan yang mereka hadapi dalam mengelola usahanya. Tetapi pendampingan tidak dapat kami lakukan dengan baik karena keterbatasan jumlah tim pendamping dibandingkan dengan jumlah anggota KSM yang perlu di dampingi. Hal inilah yang menjadi permasalahan mengapa proses pendampingan tidak berjalan efektif dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak. Universitas Sumatera Utara

4.4.4. Aspek Kemandirian dan Keberdayaan Masyarakat