4.4.4. Aspek Kemandirian dan Keberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan merupakan salah satu strategi pembangunan yang mengedepankan konsep kemandirian. Paradigma pemberdayaan mempunyai
asumsi bahwa pembangunan akan berjalan dengan sendirinya jika masyarakat mampu serta diberi hak untuk mengelola sumberdaya yang mereka miliki dan
menggunakannya untuk pembangunan. Dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat diharapkan adanya keseimbangan komposisi peranan antara
peran masyarakat dan peran negara yang dapat diwujudkan dengan mengurangi peranan negara dan meningkatkan peranan masyarakat. Dengan memberikan
peran yang lebih besar terhadap masyarakat dapat menjadi modal dasar dalam aktualisasi potensi diri dalam masyarakat.
a. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan potensi
dirinya sendiri Belajar dari kegagalan program-program pemberdayaan sebelumnya yang
selalu menempatkan masyarakat sebagai objek pembangunan, maka paradigma pembangunan tersebut sudah mulai berubah seiring dengan adanya keinginan
untuk melibatkan masyarakat agar menjadi subjek pembangunan. Masyrakat hendaknya tidak hanya sekedar dilibatkan dalam proses pembangunan, tetapi
hendaknya diberi kesempatan untuk ikut terlibat dalam proses pembangunan melalui pengembangan potensi dirinya sendiri, sehingga masyarakat tertarik untuk
ikut berperan serta dalam proses pembangunan. Grafik 25 berikut ini menunjukkan tanggapan responden mengenai
pengetahuan anggota KSM terhadap usaha yang mereka kelola.
Universitas Sumatera Utara
Sumber:Hasil Penelitian 2011
Grafik 25. Tanggapan Responden Mengenai Pengetahuan Anggota KSM Terhadap Usaha yang Dikelola
Grafik 25 menunjukkan bahwa 41 orang responden menyatakan mereka memahami secara baik usaha yang mereka kelola. Keadaan tersebut dikarenakan
bahwa program pinjaman bergulir memang ditujukan untuk masyarakat yang memiliki usaha atau masyarakat yang memiliki kemampuan untuk membuka
peluang wirausaha. Pada kenyataan yang ditemukan penulis di lapangan, mayoritas anggota KSM adalah masyarakat yang telah memiliki usaha
sebelumnya adanya program pinjaman bergulir. Dengan demikian tentunya mereka memiliki pemahaman yang baik atas usaha yang mereka kelola. Dari
grafik 25 di atas juga terlihat bahwa masyarakat sebenarnya memiliki modal yang cukup bernilai untuk diberdayakan. Modal tersebut berupa pemahaman dan
pengalaman dalam berwirausaha. Oleh karena itu sudah seharusnya masyarakat tersebut diberdayakan karena mereka telah memiliki modal untuk menjadi
masyarakat mandiri.
Universitas Sumatera Utara
Penulis mengutip sedikit pernyataan Ketua KSM Melati I, Ibu S, yang menyatakan sebagai berikut:
Usaha yang saya jalankan adalah membuka warung nasi kecil-kecilan di daerah cilincing. Saya telah berjualan selama kurang lebih 10 tahun,
sehingga kalau ditanyakan bagaimana pengetahuan saya dalam mengelola kedai nasi tentu sudah lebih dari pada cukup. Pengalaman
saya selama lebih dari 10 tahun menjalankan usaha warung nasi membuat saya sudah bisa memprediksikan apa keinginan pelanggan,
bagaimana cara mengatasi agar tidak terlalu banyak makanan bersisa dan berapa kebutuhan bahan makanan dihabiskan setiap harinya.
Pernyataan Ibu. S tersebut mengisyaratkan bahwa rata-rata anggota KSM memiliki pengetahuan yang baik terhadap usaha yang mereka kelola. Pengalaman
yang cukup banyak selama ini dalam mengelola suatu usaha menyebabkan anggota KSM memahami dengan baik usaha yang mereka kelola.
Grafik 26 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peranan program pinjaman bergulir dalam membantu meningkatkan usaha anggota KSM
yang sesuai dengan pengetahuannya.
Sumber:Hasil Penelitian 2011
Grafik 26. Tanggapan Responden Mengenai Peranan Program Pinjaman Bergulir dalam Membantu Meningkatkan Usaha Anggota KSM
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik 26 terlihat bahwa 26 orang responden menyatakan program pinjaman bergulir kurang membantu mereka dalam meningkatkan usaha yang
sesuai dengan kemampuan mereka. Hal ini sebenarnya sangat disayangkan mengingat mayoritas anggota KSM memiliki pengetahuan dan pengalaman cukup
baik dalam berwirausaha. Pengetahuan dan pengalaman mereka tersebut sebenarnya menjadi modal yang sangat bernilai terhadap upaya menuju
kemandirian. Kesulitan yang mereka hadapi sebenarnya adalah keterbatasan akses kepada lembaga keuangan untuk memperoleh pinjaman. Dengan demikian sudah
seharusnya melalui program pinjaman bergulir, masyarakat diberikan kepercayaan yang lebih besar melalui pemberian pinjaman yang lebih berarti agar nantinya
dana yang mereka peroleh tersebut lebih bermanfaat bagi mereka dalam meningkatkan usaha yang mereka kelola.
Keadaan tersebut sesuai dengan pernyataan Ketua KSM Sakura III, Ibu M, yang menyatakan sebagai berikut:
Sangat disayangkan melalui program pinjaman bergulir ini, saya hanya memperolah pinjaman sebesar Rp.500.000, padahal
sebelumnya saya berharap lebih pada pelaksanaan program ini. Jumlah pinjaman tersebut saya rasakan menjadi kurang bermanfaat
ketika digunakan untuk menambah modal berjualan sehari-hari. Seandainya saya diberikan modal pinjaman yang lebih besar lagi, saya
yakin akan tetap dapat mengembalikannya karena saya mengetahui bagaimana menggunakannya untuk berusaha berdasarkan pengalaman
saya selama ini. Tetapi meskipun demikian saya mengetahui bahwa menuju pemberian pinjaman yang lebih besar lagi harus melalui
proses. Saya berharap saya dapat melalui tahap awal ini agar dapat memperoleh pinjaman yang lebih besar.
Grafik 27 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peranan
program pinjaman bergulir dalam memberikan kesempatan kepada anggota KSM mengembangkan potensi dirinya.
Universitas Sumatera Utara
Sumber:Hasil Penelitian 2011
Grafik 27. Tanggapan Responden Mengenai Peranan Program Pinjaman Bergulir dalam Memberikan Kesempatan kepada Anggota KSM
untuk Mengembangkan Potensi Dirinya
Grafik 27 menunjukkan bahwa lebih banyak responden yang menyatakan program pinjaman bergulir cukup berperan dalam memberikan kesempatan
kepada anggota KSM untuk mengembangkan potensi dirinya dibandingkan dengan yang menjawab tidak berperan atau kurang berperan. Walaupun mayoritas
responden menyatakan jumlah pinjaman yang diberikan tidak terlalu membantu mereka dalam mengembangkan usaha yang mereka kelola, tapi di sisi lain mereka
memahami bahwa program pinjaman bergulir telah memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi diri mereka. Tidak dapat
dipungkiri selama ini memang sangat jarang ditemukan program-program pemberdayaan yang diluncurkan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Oleh karena
itu sudah saatnya program-program pemberdayaan masyarakat seperti program pinjaman bergulir lebih dikembangkan baik itu secara kuantitas maupun
kualitasnya agar tujuan memandirikan masyarakat dapat tercapai.
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara penulis dengan salah satu Ketua KSM Melati I, Ibu S, mengenai peranan program pinjaman bergulir dalam memberikan kesempatan
kepada anggota KSM mengembangkan potensi diri anggota KSM, adalah sebagai berikut:
Program pinjaman bergulir berbeda dengan program pemberdayaan lainnya yang pernah kami lakukan. Pada program pinjaman bergulir
kami diberikan kesempatan untuk mengelola sejumlah dana yang dapat kami pergunakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan
kami, tetapi tetap dalam pengawasan BKM. Dengan demikian kami sebagai penerima program merasa kemampuan dan kebutuhan kami
sangat dihargai dengan adanya program pinjaman bergulir ini.
b. Melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan pada pelaksanaan
program pinjaman bergulir Pelaksanaan program pinjaman bergulir dapat mencapai keberhasilan jika
melibatkan masyarakat baik mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi. Banyak hal yang harus diketahui masyrakat terkait dengan
pelaksanaan program pemberdayaan mulai dari alokasi dana yang diberikan, prosedur pelaksanaan program, tujuan program hingga manfaat dari
dilaksanakannya program tersebut. Dengan demikian akan menimbulkan ketertarikan masyarakat untuk terlibat secara aktif. Hal tersebut sesuai dengan
strategi program pemberdayaan masyarakat yang menempatkan masyarakat sebagai subjek pembangunan bukan sebagai objek pembangunan. Salah satu
wujud dari pemberdayaan masyarakat adalah melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan pengambilan keputusan pada pelaksanaan program pemberdayaan. Selain
itu penanaman pengetahuan masyarakat bahwa peran mereka penting untuk ikut terlibat dalam proses pengambilan keputusan adalah mutlak dilakukan agar terjadi
Universitas Sumatera Utara
pemahaman yang baik pada masyarakat betapa pentingnya peran mereka dalam program pemberdayaan.
Grafik 28 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai keterlibatan anggota KSM dalam setiap pengambilan keputusan pada pelaksanaan
program pinjaman bergulir.
Sumber:Hasil Penelitian 2011
Grafik 28. Tanggapan Responden Mengenai Keterlibatan Anggota KSM dalam Setiap Pengambilan Keputusan pada Pelaksanaan
Program Pinjaman Bergulir
Grafik 28 menunjukkan bahwa 31 orang responden menyatakan bahwa mereka selalu terlibat dalam setiap pengambilan keputusan pada pelaksanaan
program pinjaman bergulir. Anggota KSM harus dilibatkan dalam setiap pengambilan keputusan dikarenakan program pinjaman bergulir adalah milik
anggota KSM, sehingga setiap keputusan yang diambil harus bersumber dari keputusan yang diputuskan oleh anggota KSM itu sendiri. Keterlibatan anggota
KSM dalam menentukan keputusan pada pelaksanaan program pinjaman bergulir misalnya seperti penentuan pengurus BKM, penentuan anggota masing-masing
KSM dan penentuan kriteria masyarakat yang berhak memperoleh dana pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
Melibatkan masyarakat dalam penentuan keputusan pada pelaksanaan program pinjaman bergulir merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan
masyarakat mandiri yaitu masyarakat yang mampu menyampaikan aspirasinya. Kenyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Ketua BKM, Bapak H, yang
menyatakan sebagai berikut: Beberapa hal dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir kami
serahkan kembali kepada anggota KSM untuk menentukannya. Diantaranya seperti penentuan pengurus BKM, penentuan anggota
KSM serta kriteria masyarakat yang berhak memperoleh dana pinjaman. Dari pengamatan kami selama ini dalam menentukan
keputusan yang melibatkan masyarakat, masyarakat cukup antusias untuk menyampaikan pendapatnya. Hal ini terlihat dari banyaknya
masukan dan saran yang kami terima dalam penentuan keputusan yang akan diambil.
Grafik 29 berikut menunjukkan tanggapan responden mengenai peranan anggota KSM dalam setiap pengambilan keputusan pada pelaksanaan program
pinjaman bergulir.
Sumber: Hasil Penelitian 2011
Grafik 29. Tanggapan Responden Mengenai Peranan Anggota KSM dalam Setiap Pengambilan Keputusan pada Pelaksanaan Program
Pinjaman Bergulir
Universitas Sumatera Utara
Dari grafik 29 di atas terlihat bahwa 25 orang responden telah menyadari pentingnya peranan mereka pada setiap pengambilan keputusan pada pelaksanaan
program pinjaman bergulir. Anggota KSM telah menyadari dengan baik bahwa program pinjaman bergulir adalah milik mereka, dengan demikian mereka harus
terlibat aktif dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir. Masyrakat juga telah menyadari bahwa hasil dari keputusan yang diambil adalah keputusan yang
terbaik karena diputuskan bersama oleh masyarakat itu sendiri. Peran pengurus BKMUPK maupun fasilitator juga sangat penting untuk menanamkan pengertian
yang baik kepada anggota KSM mengenai pentingnya peran mereka dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir. Tanpa adanya penanaman pengertian
yang baik kepada anggota KSM tidak mungkin anggota KSM memahami peran mereka dalam pelaksanaan program pinjaman bergulir.
Kenyataan tersbut sesuai dengan hasil wawancara penulis dengan Ketua KSM Rose II, IbU E.S, yang menyatakan sebagai berikut:
Saya sudah sering mendengar baik dari pengurus BKM dan juga fasilitator bahwa kunci keberhasilan pelaksanaan program pinjaman
bergulir terletak kepada anggota KSM itu sendiri. Baik buruknya pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang
Berombak semua tergantung kepada bagaimana sikap dan keinginan anggota KSM untuk mewujudkannya agar berhasil. Fasilitator juga
selalu menyampaikan bahwa baik itu BKM maupun fasilitator sendiri hanyalah pihak yang ditunjuk untuk mengawasi pelaksanaan program
pinjaman bergulir, tetapi bagaimanapin pengawasan itu dilakukan pasti tidak akan berhasil tanpa adanya kerjasama yang baik dengan
anggota KSM dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu kami menyadari bahwa peran kami cukup penting dalam pelaksanaan program
pinjaman bergulir terutama untuk menentukan beberapa keputusan yang memang diserahkan kepada anggota KSM dalam penentuannya.
Universitas Sumatera Utara
c. Mengurangi ketergantungan terhadap pihak lain di luar program pinjaman
bergulir Salah satu permasalahan yang dialami masyarakat miskin yang memiliki
usaha mikro adalah keterbatasan modal dan keterbatasan untuk memperoleh akses kepada lembaga keuangan formal. Keterbatasan untuk memperoleh akses kepada
lembaga keuangan formal menyebabkan masyarakat miskin sulit untuk memperoleh pinjaman dikarenakan prosedur yang rumit dan mengharuskan
adanya agunan jaminan dalam melakukan pinjaman. Koperasi yang semula diharapkan menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut juga tidak
dapat berbuat banyak dalam pelaksanaannya. Dalam keadaan seperti itu tidak jarang masyarakat terpaksa hanya mengandalkan kerabat dan saudara untuk
memperoleh pinjaman. Bahkan sering ditemui masyarakat harus berurusan dengan ijon ataupun rentenir untuk memperoleh pinjaman dengan bunga pinjaman yang
jauh diatas rata-rata suku bunga pinjaman yang ditetapkan perbankan. Dengan sejumlah masalah yang dihadapi masyarakat miskin yang memiliki usaha mikro
untuk memperoleh pinjaman maka sudah saatnya diluncurkan program pemberian pinjaman kepada masyarakat miskin dengan tujuan untuk meningkatkan usaha
yang mereka kelola sehingga pada akhirnya diharapkan terjadi peningkatan taraf hidup dari masyarakat miskin tersebut.
Tabel 16 berikut ini menunjukkan tanggapan responden mengenai peranan program pinjaman bergulir dalam mengurangi ketergantungan anggota
KSM untuk melakukan pinjaman kepada pihak lain diluar program pinjaman bergulir.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 16. Tanggapan responden mengenai kebutuhan anggota KSM untuk meminjam kepada pihak lain di luar program pinjaman bergulir
Pilihan Tanggapan responden mengenai kebutuhan anggota
KSM untuk meminjam kepada pihak lain di luar program pinjaman bergulir
Jumlah Persentase
A Tidak
10 19,6
B Ya
41 80,4
Sumber:Hasil Penelitian 2011 Tabel 16 menunjukkan 41 orang responden menyatakan bahwa program
pinjaman bergulir tidak mampu mengurangi ketergantungan anggota KSM untuk meminjam kepada pihak lain diluar program pinjaman bergulir. Kecilnya jumlah
pinjaman yang diperoleh anggota KSM menyebabkan mereka tidak dapat berbuat banyak dalam upaya meningkatkan usaha yang mereka kelola. Keadaan tersebut
memaksa sejumlah anggota KSM melakukan pinjaman kepada pihak-pihak tertentu baik itu kelurga, kerabat maupun kepada rentenir meskipun dengan
bunga yang tinggi. Grafik 30 berikut ini menunjukkan tanggapan responden mengenai peran
program pinjaman bergulir dalam mengurangi ketergantungan untuk melakukan pinjaman kepada pihak lain.
Sumber:Hasil Penelitian 2011
Grafik 30. Tanggapan Responden Mengenai Peranan Program Pinjaman Bergulir dalam Mengurangi Ketergantungan Kepada Pihak Lain
di Luar Program Pinjaman Bergulir
Universitas Sumatera Utara
Grafik 30 menunjukkan bahwa 22 orang responden menyatakan bahwa program pinjaman bergulir tidak berperan dalam mengurangi ketergantungan
anggota KSM untuk meminjam kepada pihak lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa pinjaman yang diperoleh sebesar Rp.500.000, tidak terlalu membantu dalam
meningkatkan modal berusaha, sehingga anggota KSM masih membutuhkan pihak lain untuk memberikan pinjaman. Tetapi dari grafik 30 dapat juga dilihat
bahwa 8 orang responden menyatakan bahwa program pinjaman bergulir berperan dalam mengurangi ketergantungan anggota KSM untuk meminjam kepada pihak
lain. Jumlah pinjaman yang diberikan pada pelaksanaan program pinjaman bergulir di Kelurahan Karang Berombak terdiri dari 2 tahap yaitu tahap I dan
tahap II dengan jumlah pinjaman yang berbeda yaitu Rp.500.000 pada tahap I dan Rp.1.000.000 pada tahap II. Perbedaan jumlah pinjaman tersebut memungkinkan
terjadi perbedaan pendapat dari anggota KSM mengenai peranan program pinjaman bergulir dalam mengurangi ketergantungan kepada pihak lain.
Hasil wawancara penulis dengan dua orang anggota KSM, yang memperoleh jumlah pinjaman yang berbeda yaitu Rp.500.000 dan Rp.1.000.000
mengenai peranan program pinjaman bergulir dalam mengurangi ketergantungan untuk meminjam kepada pihak lain diluar adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Wancara dengan Ketua KSM Sakura III, Ibu M, yang memperoleh pinjaman sebesar Rp.500.000,-adalah sebagai berikut:
Jumlah pinjaman yang saya peroleh adalah sebesar Rp.500.000. Tidak dapat saya pungkiri bahwa jumlah pinjaman tersebut cukup membantu
saya dalam berjualan sehari-hari. Tetapi ketika usaha saya mengalami masalah seperti penjualan yang kurang baik maka saya tidak lagi
memiliki modal untuk berjualan besok harinya. Ketika kejadian seperti itu terjadi maka saya terpaksa harus meminjam uang kepada
tetangga atau kepada orang lain, untuk menutupi modal berjualan besok sehingga nantinya saya dapat berjualan kembali dan selain itu
agar saya juga dapat membayar cicilan pinjaman kepada UPK.
Berbeda dengan hasil wawancara penulis dengan Ketua KSM Rose II, Ibu E.S yang memperoleh pinjaman sebesar Rp.1.000.000, yang menyatakan sebagai
berikut: Saya memiliki kios kecil atau sering disebut orang kedai sampah.
Jumlah pinjaman yang saya peroleh dari UPK adalah sebesar Rp.1.000.000. Saya sangat berterima kasih dengan adanya program
pinjaman bergulir karena telah membantu saya dalam berjualan sehari-sehari. Dengan adanya pinjaman bergulir saya semakin dapat
memvariasikan jualan saya dan juga menambah jumlahnya. Saat ini saya tidak perlu lagi meminjam kepada orang lain karena pinjaman
yang saya peroleh sudah cukup untuk modal berjualan sehari-hari. Karena modal yang saya miliki sudah cukup untuk membeli barang-
barang kebutuhan kios saya, jika barang tersebut belum laku barang tersebut masih dapat dijual besok harinya.
4.4.5. Aspek Pengaruh Program Pinjaman Bergulir