Hakikat Pembelajaran Kooperatif KAJIAN TEORI

 Bagi pasangan K ka, Tta dan Lla, apabila akan mendapat sandhangan suku harus dibuat utuh terlebih dulu, baru kemudian dibubuhi suku. Panjangnya suku pada jenis pasangan ini hanya setinggi huruf. Contoh: sampun kultum s m P un K l T m \  Bagi pasangan Ddha, harus diberi paruh terlebih dahulu, baru kemudian dibubuhi suku. Contoh: mangan dhuku m z n D k u

2.1.10. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Proses pendidikan di Indonesia masih didominasi dengan belajar kompetitif dan individualitis yang menempatkan siswa untuk berkompetisi dengan tekanan untuk menjadi yang terbaik. Jika disusun dengan baik, belajar kompetitif dan individualitis akan efektif dan merupakan cara memotivasi siswa untuk melakukan yang terbaik. Meskipun demikian, terdapat beberapa kelemahan pada belajar kompetitif dan individualitis, yaitu: 1 kompetisi siswa terkadang tidak sehat, 2 siswa berkemampuan rendah kurang termotivasi, 3 siswa berkemampuan rendah akan sulit untuk sukses dan semakin tertinggal, dan 4 dapat menimbulkan frustasi siswa lainnya. Untuk menghindari hal tersebut dan agar siswa dapat membantu siswa yang lain mencapai sukses maka salah satu jalan keluarnya adalah dengan belajar kooperatif. Trianto membahas pendapat Slavin mengenai pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran yang menempatkan siswa dalam bentuk kelompok-kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 orang untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya Trianto, 2011:56-58. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Walaupun sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan sebagai pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan Abdulhak dalam Rusman, 2011: 203 bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar itu sendiri. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat kerja sama atau kompetensi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun reward Suprijono, 2011: 61. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok. Karakteristik pembelajaran kooperatif antara lain: 1 pembelajaran secara tim, 2 didasarkan pada manajemen kooperatif, 3 kemauan untuk bekerja sama, dan 4 keterampilan bekerja sama. Menurut Roger dan David Johnson dalam Rusman, 2011: 212 ada lima unsur dasar dalam pembelajaran koperatif, yaitu sebagai berikut: 1. Prinsip ketergantungan positif, yaitu bahwa keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan merasakan saling ketergantungan. 2. Tanggung jawab perseorangan, yaitu bahwa keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut. 3. Interaksi tatap muka, yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. 4. Partisipasi dan komunikasi, yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Trianto 2011: 208 menjabarkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1 siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, 2 kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, 3 bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam, dan d penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu. Tujuan yang paling penting dalam pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi Slavin, 2009: 33. Menurut Zamroni dalam Trianto, 2011: 57 manfaat penerapan belajar kooperatif dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual. Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial. Belajar kooperatif diharapkan akan muncul generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas sosial yang kuat. Menurut Rusman 2011: 210 bahwa manfaat pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting untuk dimiliki di dalam masyarakat yang secara budaya semakin beragam. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu pandangan yang menempatkan siswa pada kelompok belajar. Pendekatan ini digunakan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, pengembangan keterampilan sosial. Pada penelitian ini, siswa belajar dengan membentuk kelompok kecil dengan teman semeja mendiskusikan soal menulis aksara Jawa yang disajikan guru. Dengan kegiatan berkelompok ini siswa dapat saling bertukar pikiran untuk melengkapi pemikiran individu.

2.1.11. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PERSUASI MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE BERBANTUAN MEDIA VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN SEKARAN 02 SEMARANG

0 5 363

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL DIRECT INSTRUCTION DENGAN MEDIA MACROMEDIA FLASH SISWA KELAS VB SDN WONOSARI 02 SEMARANG

0 8 248

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODELING THE WAY DENGAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS IV SDN MANGKANGKULON 01 SEMARANG

1 32 229

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI PENDEKATAN SAVI DENGAN MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS IVA SDN PETOMPON 02 SEMARANG

0 5 258

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN02 SEMARANG

0 4 399

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS AKSARA JAWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS IV SDN PATEMON 01 SEMARANG

0 20 237

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN KANDRI 01

15 135 234

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KALIMAT BERAKSARA JAWA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA FLASHCARD SISWA KELAS VA SDN BENDAN NGISOR SEMARANG

2 58 310

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PETUNJUK BERBAHASA JAWA MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW) PADA SISWA KELAS IVA SDN TAMBAKAJI 01 SEMARANG

0 8 225

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENYIMAK CERITA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS VB SDN PETOMPON 01

0 0 60