PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MACROMEDIA FLASH PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN02 SEMARANG

(1)

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA

MELALUI MODEL

THINK PAIR SHARE

BERBANTUAN

MACROMEDIA FLASH

PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN02 SEMARANG

SKRIPSI

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Desiana Nur Indahsari 1401409156

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

nama : Desiana Nur Indahsari

NIM : 1401409156

prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

judul Skripsi : Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model

Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.


(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsidengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model

Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang”, ditulis oleh Desiana Nur Indahsari NIM: 1401409156, telahdisetujuiolehpembimbinguntukdiajukankeSidangPanitiaUjianSkripsi,

Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:

hari : Jum’at


(4)

Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang”, ditulis oleh Desiana Nur Indahsari NIM: 1401409156, telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada:

hari :Jumat tanggal :26 Juli 2013


(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Disaat orang lain meragukan kemampuan kita, disitulah kekuatan kita mestinya semakin tumbuh”(Mario Teguh)

Persembahan :

Dengan mengucap rasa syukur atas nikmat dari Allah SWT skripsi ini saya per-sembahkan kepada: 1. Kedua orang tua tercinta (bapak Hindarto dan almahumah ibu Partini)

yang selalu memberikan kasih sayang, doa, serta motivasi untuk selalu bersabar dan pantang menyerah.

2. Kakak-kakakku tersayangSri Handayani, Arif Budiarto, Agus Prasetyo dan Yulia Ratnawati yang selalu memberikan doa dan dukungan.


(6)

hidayah-Nya karena peneliti mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menye-lesaikan proses skripsi yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Think Pair Share Berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.”

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathurohman, S.Pd, M. Sn.,Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melanjutkan studi. 2. Drs. Hardjono, M. Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah

memberikan ijin dan rekomendasi penelitian.

3. Dra. Hartati, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah membantu jalannya penelitian dan penyusunan skripsi..

4. Drs. Purnomo, M.Pd, selakuDosen Penguji Utama Skripsi, yang telah menguji dengan teliti dan sabar serta memberikan banyak masukan kepada penulis

5. Dra. Florentina Widihastrini, M.Pd., Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.


(7)

7. IbuSulastri,Kepala SDN Sekaran 02 Semarang yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Ibu Sulastri, S. Pd. dan keluarga besar SDN Sekaran 02 Semarang yang telah membantu penulis sebagai kolaborator dalam pelaksanaan penelitian.

9. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN Sekaran 02 yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.

10. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Semarang, 19 Juli 2013

Peneliti

   


(8)

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing (1) Dra. Florentina Widihastrini, M. Pd. dan (2) Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya kualitas pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan data pencapaian hasil belajar siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang dalam pembelajaran IPA dimana sebanyak 13 dari 25 siswa yang nilainya masih di bawah KKM yang ditetapkan sekolah yaitu ≤ 70. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sekaran 02? Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru dan aktivitas siswa, serta meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share

berbantuan Macromedia Flash siswa kelas V SD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan prosedur, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan atau observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan di SDN Sekaran 02 Semarang. Subjek penelitian ini adalah guru dan 13 siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, wawancara, dokumentasi, angket, dan catatan lapangan. Teknik analisis data dengan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan kualitas pembelajaran IPA dapat meningkat, meliputi: (1) keterampilan guru siklus I memperoleh skor 21,5, pada siklus II meningkat dengan skor 27 dan pada siklus III meningkat menjadi 30,5 (2) Aktivitas siswa siklus I memperoleh skor 19,43, pada siklus II meningkat dengan skor 23,66 dan pada siklus III memperoleh skor 26,85 (3) Ketuntasan hasil belajar siswa meningkat, pada siklus I hasil belajar siswa mendapat nilai rata-rata 70,98 dengan ketuntasan belajar 62%,pada siklus II diperoleh rata-rata 74,61 dengan ketuntasan 74%, pada siklus III diperoleh rata-rata 87,03 dengan ketuntasan belajar 80%.

Adapun simpulan penelitian ini, melalui model Think Pair Share berbantuan

Macromedia Flash dapat meningkatkan keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa kelas V SDN Sekaran 02. Saran dalam penelitian yaitu Disarankan bagi guru untuk menerapkan model ini dalam pembelajaran IPA sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang inovatif.

Kata Kunci : Think Pair Share, Macromedia Flash, Kualitas Pembelajaran, IPA


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN…... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori ... 11

2.1.1. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ... 11

2.1.2. Kualitas Pembelajaran... 15

2.1.3. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ... 37

2.1.4. Pembelajaran IPA di SD ... 41

2.1.5. Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif... 44

2.1.6. Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share... 46

2.1.7. Macromedia Flash ... 50


(10)

2.2. Kajian Empiris ... 58

2.3. Kerangka Berfikir ... 61

2.4. Hipotesis Tindakan ... 63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ... 64

3.2. Perencanaan Tahap Penelitian ... 67

3.3. Subjek Penelitian ... 75

3.4. Tempat Penelitian ... 75

3.5. Variabel Penelitian ... 75

3.6. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 78

3.7. Teknik Analisis Data ... 83

3.8. Indikator Keberhasilan ... 89

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 90

4.2. Pembahasan ... 194

BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan ... 216

5.2. Saran ... 217


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan ... 85

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Data Kualitatif ... 87

Tabel 3.3 KriteriaPenilaian Keterampilan Guru ... 87

Tabel 3.4 KriteriaPenilaian Aktivitas Siswa ... 88

Tabel 3.5 KriteriaPenilaian Setiap Indikator ... 80

Tabel 4.1 Hasil Observasi Keterampilan Guru siklus I pertemuan 1 ... 91

Tabel 4.2 Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pertemuan 1 ... 97

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1 Pertemuan 1.... 102

Tabel 4.4 Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 2 …... 108

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa siklus I pertemuan 2 ……... 114

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 2.... 120

Tabel 4.7 Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan 1 ... 126

Tabel 4.8 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan ... 132

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 ... 137

Tabel 4.10 Data Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan2 ... 143

Tabel 4.11 Data Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus II Pertemuan2 ... 149

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 154

Tabel 4.13 Hasil Observasi Keterampilan Guru dalam Pembelajaran Siklus III Pertemuan 1 ... 161 Tabel 4.14 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III


(12)

Tabel4.16

III Pertemuan 2... 177 Tabel 4.17 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Siklus III

Pertemuan 2 ... 183 Tabel 4.18 DistribusiFrekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus III Pertemuan 2 188 Tabel 4.19 Rekapitulasi Siklus I,II dan III... 192


(13)

DAFTAR BAGAN


(14)

Pertemuan 1... 91 Diagram 4.2 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

Pertemuan 1 ... 98 Diagram 4.3 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pertemuan

1 ... 102 Diagram 4.4 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus 1

Pertemuan 2 ... 109 Diagram 4.5 Skor Keterampilan Guru antara Siklus 1 Pertemuan 1 dan

2 ... 113 Diagram 4.6 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus 1

Pertemuan 2... 115 Diagram 4.7 Aktivitas Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2 ... 119 Diagram 4.8 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus 1 Pertemuan

2... 120 Diagram 4.9 Ketuntasan Klasikal Antara Siklus 1 Pertemuan 1 dan 2

... 122 Diagram 4.10 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II

Pertemuan 1 ... 127 Diagram 4.11 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

Pertemuan 1... 133 Diagram 4.12 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus II Pertemuan

1... 137 Diagram 4.13 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus II

Pertemuan 2... 144 Diagram 4.14 Skor Keterampilan Guru antara Siklus II Pertemuan 1 dan

2... 148 Diagram 4.15 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II


(15)

Pertemuan 2 ... 150 Diagram 4.16 Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2... 154 Diagram 4.17 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus II Pertemuan

2... 155 Diagram 4.18 Ketuntasan Klasikal Antara Siklus II Pertemuan 1 dan 2.... 156 Diagram 4.19 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III

Pertemuan 1... 162 Diagram 4.20 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III

Pertemuan 1... 168 Diagram 4.21 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus III

Pertemuan

1... 172 Diagram 4. 22 Diagram Hasil Observasi Keterampilan Guru Siklus III

Pertemuan 2... 178 Diagram 4. 23 Skor Keterampilan Guru antara Siklus III Pertemuan 1 dan

2 ... 182 Diagram 4.24 Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus III

Pertemuan 2 ... 184 Diagram 4.25 Aktivitas Siswa Siklus III Pertemuan 1 dan 2... 188 Diagram 4.26 Diagram Analisis Hasil Evaluasi Siswa Siklus III

Pertemuan 2 ... 189 Diagram 4.27 Ketuntasan Klasikal Antara Siklus III Pertemuan 1 dan 2... 190 Diagram 4.28 Rekapitulasi Hasil Penelitian ... 193 Diagram 4.29 Peningkatan Keterampilan Guru Siklus I,II,dan III ... 195 Diagram 4.30 Peningkatan Aktivitas Siswa Siklus I,II,dan III... 203


(16)

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... Lampiran 4 Data Hasil Penelitian ... Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ... Lampiran 6 Surat-Surat Penelitian ...

227 242 300 375 380


(17)

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sesuai dengan amanat peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 bahwa Kurikulum Satuan Pendidikan pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan dari Badan Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006, yang dimaksud Standar Isi adalah ruang lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Termasuk dalam standar isi adalah kerangka dasar dan struktur kurikulum, Standar Kompetensi (SK), serta Kompetensi Dasar (KD) setiap mata pelajaran pada setiap mata pelajaran pada setiap semester dari setiap jenis pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA SD/MI merupakan standar minimum yang secara rasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (BSNP, 2006: iii-iv).


(18)

Pembelajaran IPA dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD (2006: 454), yaitu IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang bersifat fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hakekat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses melalui kegiatan menemukan dan menganalisis masalah.

Pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu pelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (BSNP 2006: 161). Seorang guru perlu menciptakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan dan strategi yang tepat sehingga siswa termotivasi untuk bisa melakukan penemuan sehingga materi pembelajaran yang diperoleh akan lebih bermakna. Pembelajaran IPA di SD diharapkan dapat men-jadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk me-ngembangkan kompetensi melalui serangkaian proses ilmiah agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam (Depdiknas,2006). Mengingat pentingnya IPA, hendaknya siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kurangnya aktivitas


(19)

  3

siswa pada proses pembelajaran akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang di-capai oleh siswa.

Menurut kurikulum 2006 (Depdiknas, 2006: 1) pembelajaran Ilmu Pe-ngetahuan Alam bertujuan mengembangkan kemahiran atau kecakapan Ilmu Pengetahuan Alam yang diharapkan dicapai seperti berikut: (1) menunjukkan pe-mahaman konsep Ilmu Pengetahuan Alam yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. (2) menggunakan penalaran pada pola, sifat, atau melakukan manipulasi Ilmu Pengetahuan Alam dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan ilmiah. (3) menunjukkan kemampuan strategik dalam membuat (merumuskan), me-nafsirkan, dan menyelesaikan model Ilmu Pengetahuan Alam dalam pemecahan masalah. (4) memiliki sikap menghargai kegunaan Ilmu Pengetahuan Alam dalam kehidupan.

Namun berdasarkan hasil penelitian Depdiknas (2007:16) menunjukkan bahwa siswa SD kelas 1 sampai dengan kelas 6 masih minim sekali diperkenalkan kerja ilmiah. Kerja ilmiah merupakan ciri penting dalam pelajaran IPA. Pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang dalam prosesnya menekankan pada cara berpikir ilmiah dan kerja ilmiah. Akan tetapi pada kenyataannya siswa-siswa SD di Indonesia masih kurang dalam berpikir ilmiah dan kerja ilmiah. Selain itu, Hasil evaluasi TIMSS (Trends in Student Achievement in Mathematics and Science) 2011 untuk sains/IPA, Indonesia menempati posisi 5 besar dari bawah (bersama Macedonia, Lebanon, Moroko, Ghana). Peringkat Indonesia


(20)

(39/42 dengan nilai 406) berada di bawah Palestina, Malaysia, Thailand dsb. Singapore peringkat pertama (nilai 590). Nilai yang diperoleh Indonesia juga menurun dibandingkan hasil tahun 2007 (peringkat 36/49 dengan nilai 427). Nilai rata-rata 500.Dari data tersebut telihat bahwa kualitas belajar peserta didik anak Indonesia masih berada dibawah bangsa lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan sains adalah kemampuan membaca, kemampuan matematika dan fasilitas pendidikan.

Fakta permasalahan dalam pembelajaran IPA diatas merupakan gambaran yang terjadi di SDN Sekaran 02. Dari hasil refleksi bersama tim kolaborasi terhadap data yang diperoleh melalui pengamatan, wawancara, catatan lapangan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SDN Sekaran 02 ditemukan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan belum menerapkan model pembelajaran konstruktif, kurang variatif dalam menerapkan metode pem-belajaran dan pembagian kelompok hanya secara homogen, tidak bervariasi dan dalam jumlah yang besar yakni 6 sampai 8 siswa sehingga siswa menjadi cepat bosan, kurang aktif dan siswa yang pintar mengelompok dengan yang pintar sedang siswa yang kurang pintar tidak bisa mengimbangi. Waktu yang diberikan siswa untuk berpikir juga kurang, sehingga keaktifan siswa dalam kerja kelompok juga kurang maksimal. Kesempatan siswa untuk membagikan hasil diskusi kepada kelompok lain juga terbatas. Serta kurang optimalnya guru dalam penggunaan media pembelajaran juga membuat minat belajar siswa rendah. Guru juga belum mampu memilih alat peraga yang variatif dan multimedia yang tepat dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Pemilihan metode pembelajaran dan alat peraga


(21)

  5

yang inovatif dan tepat akan dapat menarik minat siswa dan mengembangkan bakat serta kreativitas siswa dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis terhadap nilai rata-rata ulangan harian tahun 2012/2013 pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 pada mata pelajaran IPA belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. Nilai rata-rata ulangan harian tahun 2012/ 2013pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 , pada mata pelajaran IPA diperoleh nilai terendah 40, nilai tertinggi 92 dan nilai rata-rata 70,094. Dari 25 siswa, hanya 12 siswa yang mencapai KKM.

Dari hasil analisis tersebut maka perlu dilakukan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA agar kualitas pembelajaran IPA dapat meningkat.Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran maka peneliti bersama tim kolaborasi berinisiatif menerapkan solusi untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA. Dengan berpijak pada teori konstruktivisme, tim kolaborasi menetapkan alternatif tindakan dengan menerapkan pembelajaran kooperatif jenis

Think Pair Share dan penggunaan Macromedia Flash. Alasan memilih model

Think Pair Share dalam pembelajaran IPA karena dalam Think Pair Share siswa akan memiliki waktu yang lebih banyak untuk berpikir, merespon dan bekerjasama dalam keompok, selain itu juga untuk meningkatkan percaya diri siswa, komunikasi di depan kelas maupun dengan pasangan diskusinya. Terlebih dengan penggunaan Macromedia Flash akan menambah motivasi siswa dalam belajar karena tampilannya yang menarik.

Model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran bepasangan. Menurut Arends (2011), Think Pair Share merupakan suatu cara


(22)

yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Model Think Pair Share ini akan memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir, merespon dan saling bekerja sama dalam kelompok. Langkah-langkah yang digunakan dalam Think Pair Share membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk saling merespon dan saling membantu dalam kerja kelompok (Trianto, 2009: 81). Model pembelajaran Think Pair Share memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sendiri sekaligus bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan model ini dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa untuk berkomunikasi di depan kelas maupun dengan pasangan diskusinya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru yaitu: Berpikir (Thinking), ber-pasangan (Pairing) dan berbagi (Sharing) (Trianto 2009: 81-82).

Untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran maka perlu diterapkan penggunaan media yang mendorong aktivitas dan kreativitas siswa. Media

audiovisual tentunya akan menarik perhatian siswa dalam suatu pembelajaran.

Macromedia Flash merupakan salah satu program aplikasi yang digunakan untuk mendesain animasi. Macromedia Flash memiliki beberapa keunggulan daripada

software lain, yakni animasi dapat dibentuk, dijalankan dan dikontrol sesuai dengan materi pembelajaran yang dikehendaki. Selain itu gambar Flash adalah gambar vector sehingga tidak akan pecah meski dizoom beratus kali (Pramono, 2004: 12). Ini menjadikan Flash sebagai media yang hidup dan me-narik minat siswa dalam pembelajaran serta mempermudah siswa mengingat dan memahami materi yang dipelajari.


(23)

  7

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelliti akan mengkaji melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang”.

1.2.

PERUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

1.2.1. Perumusan Masalah

Masalah yang ingin dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini secara umum adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah cara meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02?”

Adapun rumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Apakah melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA pada kelas V SDN Sekaran 02 Semarang?

2) Apakah melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA pada kelas V SDN Sekaran 02 Semarang?

3) Apakah melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash

meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran IPA pada kelas V SDN Sekaran 02 Semarang?


(24)

1.2.2. Pemecahan Masalah

Sesuai dengan rumusan permasalahan tersebut maka akan diterapkan strategi Think Pair Share dengan bantuan Macromedia Flash. Adapun langkah-langkah pembelajaran IPA dengan mengadaptasi pendapat Arends, peneliti menerapkan modelThink Pair Share (Trianto, 2009: 81-82) dengan menggunakan

Macromedia Flash (Pramono, 2009:3) yang akan dijadikan tindakan dalam penelitian ini adalah:

a) Guru menjelaskan materi dengan berbantuan Macromedia Flash

b) Guru memberikan pertanyaan seputar materi yang telah ditampilkan meng-gunakan Macromedia Flash.

c) Siswa diminta saling berpasangan dengan teman secara heterogen dengan bimbingan guru

d) Siswa diminta secara bergantian menggunakan waktu untuk berpikir sendiri mengenai materi yang disampaikan melalui Macromedia Flash

e) Siswa berpasangan dengan teman untuk berdiskusi mengenai materi yang ditampilkan Macromedia Flash dan mengerjakan LK yang diberikan. Inter-aksi selama waktu yang disediakan dapat saling membantu mencari jawaban. f) Guru memintapasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas


(25)

  9

1.3.

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah meningkatkan kualitas pembelajaran IPA melalui Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendeskripsikan keterampilan guru dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

b. Untuk mendeskripsikan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelasV SDN Sekaran 02 Semarang.

c. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas V SDN Sekaran 02 Semarang.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

Pada penelitian ini diharapkan akan mendapatkan manfaat berupa peningkatan hasil belajar siswa dan perbaikan proses pembelajaran IPA. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:

1.4.1. Manfaat Teoretis

Penelitian Tindakan Kelas, penelitian ini diharapkan dapat menjadi solusi nyata untuk peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash.


(26)

1.4.2. Manfaat Praktis a. Siswa

Penerapan model pembelajaran Think Pair Share berbantuan

Macromedia Flash dalam pembelajaran IPA dapat menarik minat siswa dan menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan serta kondusif. Dengan Think Pair Share siswa memiliki waktu lebih banyak untuk berpikir, saling merespon dalam mengerjakan lembar kerja dan bekerjasama dalam kelompok. Kepercayaan diri siswa juga akan meningkat dalam berkomunikasi dikelas maupun dikelompok. Motivasi belajar siswa akan meningkat dengan penggunaan Macromedia Flash sebagai media pembelajaran. Keaktifan siswa dapat memaksimalkan pemahanam konsep pengetahuan yang didapat untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Guru

Dengan penerapan Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash

guru dapat memperbaiki kualitas pembelajaran serta memiliki wawasan tentang model pembelajaran dan media pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran inovatif yang menarik dan menyenangkan.

c. Sekolah

Menambah pengetahuan bagi guru-guru di SDN Sekaran 02 tentang

Think PairShare dan Macromedia Flash serta memberi kontribusi yang lebih baik dalam perbaikan pembelajaran sehingga mutu sekolah dapat meningkat.


(27)

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KAJIAN

TEORI

2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Belajar adalah peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Hamdani (2011: 21) belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan. Misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya. Sedangkan menurut Sudjana (dalam Rusman, 2012: 1) belajar dapat dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu.

Lapono (2008:1-12) menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu beriteraksi dengan lingkungannya. Sedangkan belajar menurut teori konstruktivisme adalah proses mengkonstruksi pengetahuan melalui proses internal seseorang dengan orang lain (Winataputra, 2008:6.15). Sehingga perubahan tingkah laku yang diperoleh individu dalam belajar tidak hanya berupa sikap atau kemampuan, tetapi juga pengetahuan.

Dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan prosedur perubahan tingkah laku yang dilakukan individu melalui


(28)

berbagai kegiatan yang harus ditempuh untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman.

2.1.1.2Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar membutuhkan suatu prinsip supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan. Menurut Suprijono (2009: 4) terdapat 3 prinsip belajar yang harus diketahui oleh para guru, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku

Tujuan belajar adalah untuk mengubah perilaku individu agar menjadi lebih baik. Seseorang akan mengalami perubahan perilaku ketika mereka belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a) sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari; (b) kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya; (c) fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup; (d) positif atau berakumulasi; (e) aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan, (f) permanen atau tetap; (g) bertujuan dan terarah; (h) mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2) Belajar merupakan proses

Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif, dan organik. Proses belajar dilakukan secara berulang-ulang dan bersifat tetap. Proses belajar ini dimulai dari adanya stimulus yang diberikan oleh lingkungan sehingga


(29)

  13

menghasilkan suatu respon dan akhirnya akan berdampak pada perubahan perilaku yang membentuk suatu pengalaman.

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman

Belajar membentuk suatu pengalaman hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungannya. Pengalaman inilah yang akan berpengaruh pada tingkat kognitif, afektif, maupun psikomotor peserta didik. Pengalaman yang baik akan mengarah pada perubahan perilaku yang baik begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu, dalam proses belajar hendaknya peserta didik selalu diberikan rangsangan-rangsangan positif sehingga akan menghasilkan pengalaman yang positif pula.

Sedangkan berdasarkan konsep, kategori dan teori-teori belajar dapat ditarik sejumlah prinsip belajar sebagai berikut: (1) belajar senantiasa bertujuan yang berkenaan dengan pengembangan perilaku siswa; (2) belajar didasarkan atas kebutuhan dan motivasi tertentu; (3) belajar dilaksanakan dengan latihan daya-daya, membentuk hubungan asosiasi, dan melalui pengalaman; (4) belajar bersifat keseluruhan; (5) belajar membutuhkan bimbingan; (6) belajar dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar individu; (7) belajar serinmg dihadapkan pada masalah yang perlu dipecahkan; (8) hasil belajar dapat ditransfer ke dalam situasi lain (Hamalik, 2009).

Setelah mengkaji prinsip-prinsip belajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa prinsip belajar merupakan sebuah proses perubahan perilaku yang dipengaruhi faktor dari dalam dan luar individu yang dapat dijadikan dasar dalam melaksanakan kegiatan mengajar dan berkenaan dengan pengembangan perilaku


(30)

siswa. Stimulus yang positif dalam proses belajar akan membentuk pengalaman belajar yang positif bagi individu.

2.1.1.3Tujuan Belajar

Tujuan belajar sangat banyak dan bervariasi. Tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, yang berbentuk pengetahuan dan keterampilan (Suprijono, 2009: 5). Tujuan belajar pada prinsipnya sama, yakni perubahan tingkah laku yang berbeda cara atau usaha pencapaiannya. Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungannya (Hamalik, 2001: 28).

Sedangkan tujuan belajar menurut Sumantri (1999: 21) adalah sebagai berikut: (1) menjadikan anak senang belajar; (2) memperbaiki berpikir kreatif anak, sifat keingintahuan, kerja sama, harga diri dan rasa percaya diri; (3) mengembangkan sikap positif anak; (4) mengembangkan afeksi dan kepekaan terhadap peristiwa yang terjadi di lingkungannya.

Setelah mengkaji pengertian tujuan belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar merupakan deskripsi perubahan tingkah laku melalui interaksi individu dan lingkungannya dari suatu pembelajaran yang diusahakan untuk memperbaiki pola pikir anak dan mengembangkan sikap positif anak untuk mencapai pengetahuan dan keterampilan.

2.1.1.4 Hakekat Pembelajaran

Pembelajaran berdasarkan makna keseluruhan berarti proses, cara, perbuatan dan mempelajari. Subjek pembelajaran adalah peserta didik sehingga pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif.


(31)

  15

Menurut Suprijono (2009: 13) pembelajaran merupakan proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran. Sedangkan menurut Gagne (dalam Rifa’I, 2010: 192) pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa eksternal peserta didik yang dirancang untuk mendukung proses internal belajar.

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan dimana pelaksanaannya harus memperhatikan komponen-komponennya, yaitu: (a) tujuan; (b) subjek belajar; (c) materi pelajaran; (d) strategi pembelajaran; (e) media pembelajaran; dan (f) penunjang (Anni, 2010: 194).

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses belajar oleh siswa sebagai pebelajar dan guru sebagai pembelajar yang terjadi secara interaktif dengan proses konstruktif melalui komponen-komponen pembelajaran sebagai pendukungnya.

2.1.2 Kualitas Pembelajaran

Kualitas pembelajaran artinya mempersoalkan bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama ini berjalan dengan baik serta menghasilkan luaran yang baik pula (Hamzah, 2009: 153). Sedangkan Hamdani (2011: 194) menjelaskan bahwa kualitas dimaknai sebagai mutu atau keefektifan. Sedangkan efektivitas belajar merupakan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran, termasuk pembelajaran seni. Pencapaian tujuan tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

Kualitas pembelajaran merupakan tingkat pencapain tujuan pembelajaran. Depdiknas (2004: 9) menyatakan bahwa indikator kualitas pembelajaran adalah perilaku guru dalam pembelajaran, perilaku dan dampak


(32)

belajar siswa, iklim belajar, materi pembelajaran yang berkualitas, kualitas media dan sistem pembelajaran. Semua indikator saling mempengaruhi kualitas pembelajaran. Sedangkan pandangan teori konstruktivisme terhadap pembelajaran adalah proses yang terjadi dalam pembelajaran bertujuan untuk mendukung proses belajar aktif yang berguna untuk membentuk pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang disampaikan (Winataputra, 2008: 6.15).

Bedasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran merupakan tolak ukur dari komponen dalam pembelajaran yang berjalan dengan baik dan dapat menghasilkan proses serta hasil belajar yang optimal sesuai dengan tujuan pembelajaran, yakni peningkatan pengetahuan, pemahaman dan keterampilan serta pengembangan sikap. Dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash ini indikator kualitas pembelajaran adalah keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. 2.1.2.1 Keterampilan Guru

Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan menghubungkan beberapa aspek. Untuk menciptakan suatu pembelajaran yang aktif, inovatif dan kreatif diperlukan keterampilan mengajar.Keterampilan guru merupakan karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan (Rusman, 2012: 80).

Sedangkan menurut Mulyasa (2009: 69) keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Turney mengungkapkan 8


(33)

  17

keterampilan mengajar yang berperan dalam menentukan kualitas pembelajaran yaitu keterampilan bertanya, memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran, membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas serta mengajar kelompok kecil dan perseorangan. Berikut penjelasan mengenai 8 keterampilan mengajar tersebut:

2.1.2.1.1 Keterampilan Bertanya

Menurut Mulyasa (2009: 70-77) keterampilan bertanya yang harus dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjutan. Adapun komponen-komponen keterampilan bertanya dasar mencakup penggunaan pertanyaan secara singkat dan jelas, memberikan acuan, melakukan pemindahan giliran, penyebaran, memberikan waktu berpikir dan memberikan tuntunan. Keterampilan bertanya lanjutan dibentuk atas dasar penguasaan komponen-komponen bertanya dasar. Sedangkan komponen dalam keterampilan bertanya lanjutan adalah mengubah tuntunan tingkat kognitif dalam menjawab pertanyaan, mengatur urutan pertanyaan, penggunaan pertanyaan pelacak dan meningkatkan interaksi.Setiap guru pasti akan menggunakan keterampilan bertanya kepada siswanya, baik itu cara bertanya untuk seluruh kelas, untuk kelompok, ataupun untuk individu. Dengan bertanya akan membantu siswa belajar dengan kawannya, membantu siswa lebih sempurna dalam menerima informasi, atau dapat mengembangkan keterampilan kognitif tingkat tinggi. Guru harus memberikan kesempatan kepada siswanya untuk berpartisipasi aktif dalam percakapan di kelas.


(34)

Manfaat keterampilan bertanya menurut Rusman (2012) adalah (1) meningkatkan partisipasi siswa; (2) membangkitkan minat dan rasa ingin tahu; (3) mengembangkan pola pikir dan cara belajar aktif; (4) menuntun proses berpikir siswa; (5) memusatkan perhatian siswa.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan bertanya mampu membuat interaksi antara guru dan siswa. Komponen-komponen keterampilan bertanya turut menunjang pemusatan perhatian siswa dan pemngembangan pola pikir siswa.

2.1.2.1.2 Keterampilan Memberi Penguatan

Menurut Mulyasa (2009: 77) penguatan adalah respon terhadap perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali perilaku tersebut. Penguatan dapat berbentuk verbal maupun non verbal yang dapat memberikan informasi atau umpan balik bagi penerima atas perbuatannya sebagai suatu tindakan dorongan atau koreksi.

Tujuan pemberian penguatan menurut Mulyasa (2009: 78) adalah (1) meningkatkan perhatian siswa; (2) merangsang dan meningkatkan motivasi siswa; (3) meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif.

Menurut Djamarah (2010: 120-122) dalam memberikan penguatan diperlukan penggunaan komponen keterampilan yang tepat. Komponen tersebut adalah sebagai berikut:


(35)

  19

Ucapan tersebut dapat berupa kalimat atau kata-kata, seperti: bagus, baik, betul, benar, tepat, dan lain-lain.

b. Penguatan Gestural adalah pemberian penguatan dengan semua gerakan tubuh. Penguatan gestural dapat dilakukan dengan mimik yang cerah, senyum, mengangguk, acungan jempol, tepuk tangan, memberi salam, menaikkan bahu, geleng-geleng kepala, dan lain-lain. c. Penguatan Kegiatan adalah bentuk penguatan yang terjadi bila guru

menggunakan suatu kegiatan atau tugas, sehingga siswa dapat memilihnya atau menikmatinya sebagai suatu hadiah atas suatu pekerjaannya. Contoh penguatan kegiatan adalah pulang lebih dulu, menjadi ketua kelas, diberikan waktu istirahat yang lebih lama, dan lain-lain yang menyenangkan.

d. Penguatan Mendekati adalah penguatan yang dilakukan guru dengan cara memberikan perhatian kepada siswa dengan menunjukkan bahwa guru tertarik atau secara fisik guru mendekati siswa. Contohnya guru berdiri di samping siswa, berjalan mendekat, duduk dekat kelompok diskusi dan lain-lain.

e. Penguatan Sentuhan adalah penguatan yang terjadi bila guru secara fisik menyentuh siswa, misalnya menepuk bahu, berjabat tangan, mengusap kepala, yang semuanya ditujukan untuk penghargaan penampilan, tingkah laku atau kerja siswa.

f. Penguatan Tandamerupakan penguatan yang menggunakan berbagai simbol, baik benda atau tulisan yang ditujukan kepada siswa untuk


(36)

penghargaan terhadap suatu penampilan, tingkah laku atau kerja siswa. Contoh penguatan tanda yang berbentuk tulisan misalnya piagam, sertifikat, ijazah, dan tanda penghargaan. Dapat pula berupa suatu benda seperti piala, bintang, dan medali.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian penguatan baik secara verbal maupun non verbal akan memberikan informasi atau umpan balik yang dapat meningkatkan motivasi dan kegiatan belajar siswa.

2.1.2.1.3 Keterampilan Mengadakan Variasi

Variasi dalam pembelajaran adalah perubahan yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa serta mengurangi kejenuhan dan kebosanan (Mulyasa, 2009: 78).Mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar, ditujukan dengan adanya perubahan gaya mengajar, media yang digunakan dan perubahan pola interaksi. Menurut Rahman (2012: 85) peserta didik adalah individu unit, heterogen dan memiliki interes yang berbeda-beda. Karena itulah guru harus mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan untuk mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut Rusman (2012: 86) tujuan dan manfaat keterampilan variasi yaitu:

a. Menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa b. Memberikan kesempatan berkembangnya bakat siswa c. Memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru


(37)

  21

d. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan memberikan variasi yang dilakukan guru untuk membuat pembelajaran lebih menarik, menghilangkan kejenuhan dan mampu meningkatkan motivasi belajar dan memberikan kesempatan untuk berkembangnya bakat siswa.

2.1.2.1.4 Keterampilan Menjelaskan

Keterampilan menjelaskan diperlukan dalam pengajaran hampir pada semua topik yang terdapat dalam kurikulum. Keterampilan menjelaskan menurut Djamarah (2010: 131) merupakan pemberian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, antara yang sudah dialami dengan yang belum dialami. Sedangkan menurut Mulyasa (2009: 80) ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam keterampilan menjelaskan yaitu (1) perencanaan; (2) penyajian.

Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi dengan sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lain (Rusman, 2012: 86). Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan satu sama lain. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik disajikan dengna urutan yang cocok merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan. Penyajian suatu penjelasan yang diberikan guru harus memperhatikan prinsip kejelasan, penggunaan contoh, penekanan, dan pemberian umpan balik. Jika guru


(38)

memberikan penjelasan kepada siswa dengan baik maka akan dapat membimbing anak untuk mengetahui dan memahami fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan benar dari pelajaran yang telah diajarkan. Penggunaan penjelasan dalam pembelajaran memiliki beberapa komponen-komponen sebagai berikut:

a. Merencanakan

Dalam kegiatan pembelajaran ada tiga kegiatan, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Dalam pelaksanaannya, semua kegiatan tersebut memerlukan keterampilan menjelaskan. Penjelasan yang dilakukan perlu direncanakan dengan baik, terutama berkenaan dengan isi materi maupun aktivitas siswa.

b. Penyajian suatu penjelasan

Penyajian suatu penjelasan dapat ditingkatkan hasilnya dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) kejelasan, dalam memberikan penjelasan hendaknya menggunakna bahasa yang mudah dimengerti; (2) penggunaan contoh ilustrasi; (3) pemberian tekanan, dalam memberikan penjelasan guru harus memusatkan perhatian siswa kepada topik utama; (4) penggunaan balikan, hendaknya guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk merespon, menunjukkan perhatian atau ketidakmengertian saat penjelasan diberikan.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan menjelaskan adalah kemapuan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran. Agar penjelasan tersebut tersampaikan kepada siswa maka diperlukan


(39)

  23

perencanaan dan penyajian informasi yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan suatu hubungan sebab akibat.

2.1.2.1.5 Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Membuka dan menutup pelajaran harus dilakukan secara profesional untuk memberikan dampak positif dalam kegiatan pembelajaran. Membuka pelajaran adalah usaha guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa untuk memusatkan perhatian dan mental terhadap apa yang akan dipelajari (Rusman, 2009: 80).

Adapun komponen dalam membuka pelajaran menurut Usman (2009: 92-93) adalah (1) menarik perhatian siswa; (2) menimbulkan motivasi; (3) memberi acuan dalam berbagai usaha; (4) membuat kaitan atau hubungan antara metri yang dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa.

Menutup pelajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran (Rusman, 2012: 92). Ada beberapa komponen dalam menutup pelajaran yaitu: (1) meninjau kembali penguasaan inti pelajaran; (2) mengevaluasi.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengkondisian perhatian dan mental siswa untuk menjalani pembelajaran dan mencapai tujuan belajar yang akan dicapai pada akhir pembelajaran.

2.1.2.1.6 Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil

Diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan


(40)

memecahkan masalah (Mulyasa, 2009: 89).Tidak semua pembicaraan dalam kelompok kecil itu selalu dapat dikatakan diskusi, tetapi yang dimaksud dengan diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif yang bertujuan membagi informasi, membuat keputusan, dan memecahkan masalah. Diskusi kelompok kecil ini sangat bermanfaat untuk memberikan pengalaman pendidikan bagi anak didik yang terlibat di dalamnya. Guru sebagai pembimbing sebaiknya menciptakan suasana diskusi yang terbuka, memilih topik yang sesuai dengan kemampuan anak didik, memusatkan perhatian anak, dan membagi partisipasi dalam berpendapat.

Komponen-komponen dalam diskusi kelompok kecil menurut Usman (2009: 94) adalah (1) memusatkan perhatian siswa topik diskusi; (2) memperluas masalah atau urunan pendapat; (3) menganalisis pandangan siswa; (4) meningkatkan pendapat siswa; (5) menyebarkan kesempatan berpartisipasi; (6) menutup diskusi.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa diskusi kelomok kecil adalah interaksi tatap muka sekelompok orang yang saling berpartisipasi untuk mengambil kesimpulan atau memecahkan masalah.

2.1.2.1.7 Keterampilan Mengelola Kelas

Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan ikilm pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran (Mulyasa, 2009: 91). Sedangkan menurut Djamarah (2010: 145)


(41)

  25

pengelolaan kelas merupakan kegiatan-kegiatan untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses interaksi edukatif.

Menurut Usman (2009: 98) ada dua komponen dalam pengelolaan kelas yakni: (1) keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang optimal; (2) keterampilan yang berhubungan dengan pengembalian kondisi belajar yang optimal.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara iklim pembelajaran yang kondusif.

2.1.2.1.8 Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perseorangan

Pembelajaran individual adalah pembelajaran paling humanis untuk memenuhi kebutuhan dan interes siswa (Rusman, 2012: 91). Guru berperan sebagai organisator, motivator, narasumber, konselor, sekaligus sebagai peserta kegiatan. Sedangkan menurut Mulyasa (2008: 92) mengajar kelompok kecil dan perorangan merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memungkinkan guru memberikan perhatian kepada setiap peserta didik.

Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih banyak akrab antara guru dengan siswa (Usman, 2009: 103).

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan mengajar kelompok kecil dan perseorangan dapat memenuhi kebutuhan dan inters siswa serta lebih mengakrabkan guru dengan siswanya.


(42)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kecakapan atau keterampilan guru memiliki andil yang besar dalam membimbing siswa untuk mengembangkan motivasi, minat dan bakat yang ada dalam diri siswa agar mampu berkembang dan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Guru hendaknya memiliki keterampilan inovatif untuk membimbing siswa dalam proses perkembangannya.

Dari kajian teori tersebut, peneliti telah merumuskan indikator-indikator yang harus ada dalam keterampilan mengajar guru yaitu: (1) keterampilan membuka pelajaran; (2) keterampilan bertanya; (3) keterampilan penguatan; (4) keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil dan perseorangan; (5) keterampilan mengadakan variasi; (6) keterampilan menjelaskan; (7) keterampilan mengelola kelas; (8) keterampilan menutup pelajaran.

Keterampilan guru adalah kompetensi guru dalam kegiatan belajar mengajar, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh dalam pembelajaran IPA melalui Think Pair Share dengan

Macromedia Flash yang indikatornya: (1) melaksanakan kegiatan awal pembelajaran; (2) keterampilan membuka pelajaran; (3) penguasaan bahan ajar dan Macromedia Flash; (4) keterampilan bertanya tentang materi dan

Macromedia Flash yang ditayangkan; (5) keterampilan membimbing diskusi berpasangan; (6) keterampilan membimbing siswa mengerjakan lembar kerja; (7) keterampilan membimbing presentasi hasil diskusi siswa; (8) keterampilan memberi penghargaan; (9) keterampilan mengelola kelas; (10) keterampilan menutup pelajaran.


(43)

  27

2.1.2.2Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa yang sejati adalah belajar sambil bekerja. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat (Hamalik, 2001: 172).

Djamarah (2008:2) berpendapat bahwa aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Djamarah menyebutkan aktivitas siswa dalam kelas adalah mendengarkan, memandang, meraba, menulis, membaca, membaca ringkasan, mengamati tabel atau bagan-bagan, menyusun kertas kerja, berpikir, mengingat dan praktek.

Sementara itu Whipple (dalam Hamalik, 2011: 173) membagi kegiatan-kegiatan murid menjadi 7 kelompok yaitu: (a) bekerja dengan alat-alat visual, (b) ekskursi dan trip, (c) mempelajari masalah-masalah, (d) mengapresiasi literatur, (e) ilustrasi dan konstruksi, (f) bekerja menyajikan informasi, dan (g) cek dan tes. Sedangkan Dierich (dalam Hamalik, 2001: 172) membagi aktivitas belajar dalam delapan kelompok, yaitu: aktivitas visual, aktivitas oral, aktivitas mendengarkan, aktivitas menulis, aktivitas menggambar, aktivitas metric, aktivitas mental, aktivitas emosional lebih jelasnya keterangan mengenai kegiatan tersebut antara lain:

1) Visual acitivities:membaca, memperhatikan gambar demonstrsi, percobaan, pekerjaan orang lain.


(44)

2)Oral activities: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3)Listening activities: mendengarkan, uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4)Writing activities: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5)Drawing activities: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6)Motor activities: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7)Mental activities: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8)Emotional activities: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Jadi dengan klasifikasi aktivitas seperti diuraikan tersebut, menunjukkan bahwa aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Apabila aktivitas-aktivitas siswa tersebut dapat diterapkan di sekolah, maka kegiatan pembelajaran pun akan lebih dinamis dan kondusif.

Adapun indikator aktivitas siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1)kegiatan visual (visual activities); (2) kegiatan lisan (oral activities); (3) kegiatan mendengarkan (listening activities); (4) kegiatan menulis (writing activities); (5) kegiatan metric (motor activities); (6) kegiatan emosional (emotional activities) dan (7) kegiatan mental (mental activities).

Dengan demikian aktivitas siswa adalah kegiatan siswa untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta


(45)

  29

mengembangkan keterampilan yang bermakna dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flashyang indikatornya: (1) mempersiapkan diri untuk menerima pembelajaran (Motor activities); (2) keterlibatan siswa dalam pembelajaran (Motor activities); (3) bertanya dan menjawab pertanyaan guru mengenai rangkaian Macromedia Flash yang ditayangkan (Visual acitivities ); (4) memperhatikan penjelasan guru mengenai

Macromedia Flash dan materi pembelajaran (Listening activities); (5) berdiskusi dengan teman sebangku (Oral activities); (6) mengerjakan lembar kerja (Writing activities); (7) mempresentasikan hasil diskusi (Oral activities); (8) memberikan pendapat atas hasil diskusi teman (Mental activities); (9) kemampuan mengerjakan soal evaluasi (Emotional activities); (10) membuat rangkuman materi dan menyimpulkan (Writing activities).

2.1.2.3 Iklim Belajar

Iklim adalah suatu kondisi, pengaruh, dan rangsangan dari luar yang meliputi pengaruh fisik, sosial, dan intelektual yang mempengaruhi siswa. Iklim pembelajaran mencakup aspek-aspek yang meliputi: 1) suasana kelas yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kegiatan pembelajaran yang menarik, menantang, menyenangkan dan bermakna bagi pembentukan profesionalitas kependidikan; dan 2) perwujudan nilai dan semangat ketauladanan, prakarsa, dan kreativitas guru (Depdiknas, 2004:9).

Ardiansyah (2011) mengemukakan bahwa beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para guru dalam menciptakan iklim belajar yang kondusif antara lain: (a) mempelajari pengalaman peserta didik di sekolah melalui catatan


(46)

kumulatif; (b) mempelajari nama-nama peserta didik secara langsung; (c) mempertimbangkan lingkungan pembelajaran dan lingkungan peserta didik; (d) memberikan tugas yang jelas, dapat dipahami, sederhana dan tidak bertele-tele; (e) menyiapkan kegiatan sehari-hari agar apa yang dilakukan dalam pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, tidak terjadi banyak penyimpangan; (f) bergairah dan semangat dalam melakukan pembelajaran; (g) berbuat sesuatu yang berbeda dan bervariasi, jangan monoton sehingga membantu disiplin dan gairah belajar peserta didik; (h) menyesuaikan argumentasi dengan kemampuan peserta didik, jangan memaksakan peserta didik sesuai dengan pemahaman guru atau mengukur peserta didik dari kemampuan gurunya.

Dari uraian tersebut dapat dipahami bahwa iklim pembelajaran adalah segala situasi yang muncul antara guru dan peserta didik atau antar peserta didik yang menjadi ciri khusus dari kelas dan mempengaruhi proses belajar mengajar..

2.1.2.4 Kualitas Media Pembelajaran

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Media yang baik akan mengaktifkan siswa dalam memberikan tanggapan, umpan balik, dan mendorong siswa untuk melakukan praktik-praktik yang benar (Hamdani, 2010:73).

Sedangkan Arsyad (2005: 4) mengatakan bahwa media adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Kemampuan media sebagai


(47)

  31

perantara komunikasi dalam pembalajaran menurut Gerlach dan Ely (dalam Daryanto, 2010:9) sebagai berikut.

1) Kemampuan fiksatif, yaitu kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian. Melalui kemampuan ini peristiwa atau objek yang telah terjadi dapat disimpan agar dapat ditampilkan kembali sebagai sarana belajar siswa.

2) Kemampuan manipulatif, yaitu media dapat menampilkan kembali peristiwa atau objek yang dimanipulasi agar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

3) Kemampuan distributif, yaitu media dapat disajikan untuk siswa dalam jumlah yang lebih besar secara serempak.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat dan perhatian siswa sehingga proses interaksi komunikasi edukasi antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Media pembelajaran diutamakan untuk membantu proses belajar siswa sehingga pemilihan media pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan siswa dan kesesuaiannya dengan materi pelajaran baik melalui buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide


(48)

2.1.2.5 Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai peserta didik dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan (Depdiknas,2008). Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.

Menurut Depdiknas (2004:9), materi pembelajaran yang berkualitas tampak dari: (1) kesesuaiannya dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang harus dikuasai siswa; (2) ada keseimbangan antara keluasaan dan kedalaman materi dengan waktu yang tersedia; (3) materi pembelajaran sistematis dan kontekstual; (4) dapat mengakomodasikan partisipasi aktif siswa dalam belajar semaksimal mungkin; (5) dapat menarik manfaat yang optimal dari perkembangan dan kemajuan bidang ilmu, teknologi, dan seni; (6) materi pembelajaran memenuhi kategori filosofis, profesional, psiko-pedagogis dan praktis.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa materi pembelajaran harus berkualitas dan mampu mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan diperoleh siswa secara seimbang dalam suatu pembelajaran sesuai standar kompetensi yang telah ditentukan. Melalui materi pembelajaran yang berkualitas siswa diharapkan secara optimal mampu memenuhi kategori-kategori baik secara filosofis, professional, psiko-pedagogis maupun praktis.


(49)

  33

2.1.2.6 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang diperoleh oleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar. Aspek-aspek perubahan perilaku tersebut diperoleh melalui apa yang dipelajari oleh peserta didik (Rifa’i, 2010: 85).

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan-keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensinya kemanusiaan saja (Suprijono, 2009: 5)

Secara umum kompetensi dampak hasil belajar adalah sebagai berikut (1) memiliki persepsi dan sikap positif terhadap belajar (2) mau dan mampu mendapatkan dan mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya (3) mau dan mampu memperluas serta memperdalam pengetahuan dan keterampilan serta membangun sikapnya (4) mau dan mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara bermakna (5) Mau dan mampu membangun kebiasaan berpikir, bersikap, dan bekerja produktif (Depdiknas, 2004:8).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala perubahan yang terjadi pada perilaku peserta didik setelah mengalami aktivitas belajar dalam pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash. Hasil belajar menghasilkan tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik dimana ketiga aspek ini didapat secara keseluruhan dan tidak secara terpisah-pisah. Menurut Gagne


(50)

(dalam Hamdani, 2011:68), perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar dapat berbentuk sebagai berikut:

1) Informasi verbal, yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal, baik secara tertulis maupun tulisan.

2) Kecakapan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam melakukan interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol.

3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya.

4) Sikap, yaitu hasil pembelajaran berupa kecakapan individu untuk memilih jenis tindakan yang akan dilakukan.

5) Kecakapan motorik, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.

Bloom (dalam Sardiman, 2011: 23) menetapkan tiga domain/ ranah sebagai hasil belajar, yaitu:

2.1.2.6.1 Ranah kognitif (Kognitif Domain)

Ranah kogntif berkaitan dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan intelektual berpikir. Anderson (dalam Widodo, 2006: 140) menguraikan dimensi proses kognitif pada taksonomi Bloom Revisi yang mencakup: (1) menghafal (remember), yaitu menarik kembali informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang, yang mencakup dua macam proses kognitif mengenali dan mengingat; (2) memahami (understand), yaitu mengkonstruksikan makna atau pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan


(51)

  35

mencakup tujuh proses kognitif: menafsirkan (interpreting), memberikan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), meringkas (summarizing), menarik inferensi (inferring), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining); (3) mengaplikasikan (apply), yaitu penggunaan suatu prosedur guna meyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas, yang mencakup dua proses kognitif: menjalankan (executing) dan mengimplementasikan (implementing); (4) menganalisis (analyze), yaitu menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut, yang mencakup tiga proses kognitif: menguraikan (differentiating), mengorganisir (organizing), dan menemukan pesan tersirat (attributing); (5) mengevaluasi (evaluate), yaitu membuat suatu pertimbangan berdasarkan kategori dan standar yang ada, yang mencakup dua proses kognitif: memeriksa (checking) dan mengkritik (critiquing); dan (6) membuat (create), yaitu menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan, yang mencakup tiga proses kognitif: membuat (generating), merencanakan (planning), dan memproduksi (producing).Berikut gambar taksonomi Bloom versi lama dan baru.


(52)

2.1.2.6.2Ranah Afektif (Affective Domain)

Ranah afektif merupakan ranah yang berkenaan dengan sikap, kemam-puan, dan penguasaan segi-segi emosional, seperti perasaan, sikap, dan nilai yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Adapun kategori dalam ranah afektih terdiri atasreceiving (sikap menerima),responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi) dan

characterization (karakterisasi).

2.1.2.6.2 Ranah Psikomotorik (Psychomotor Domain)

Ranah ini berkenaan dengan suatu keterampilan-keterampilan atau gerakan-gerakan fisik. Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Kata operasional untuk aspek psikomotorik menunjuk pada aktualisasi kata-kata yang dapat diamati yang meliputi: (1)

muscular or motor skill; mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan dan menampilkan; (2) manipulations of materials or objects;

mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, dan membentuk; (3) neuromus-cular coordination; mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik, dan menggunakan.

Dari definisi para ahli tentang hasil belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala perubahan perilaku individu secara menyeluruh meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang saling berkaitan untuk membangun


(53)

  37

disini adalah peningkatan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa setelah pembelajaran IPA melalui Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash dengan indikator yang mencakup tiga ranah tersebut diantaranya ranah kognitif diantaranya (1) mempelajari struktur bumi, (2) mempelajari proses pembentukan bumi; (3) menjelaskan lapisan bumi dan strukturnya (4) mengerjakan lembar kerja; (5) menanggapi teman yang sedang mempresentasikan hasil diskusinya. Sedangkan ranah afektif meliputi (1) kesiapan dalam menerima pembelajaran; (2) memperhatikan penjelasan materi; (3) kedisiplinan siswa dalam pembelajaran; (4) partisipasi siswa saat pembelajaran. Dan ranah psikomotorik adalah (1) membuat hasil karya berupa lembar portofolio yang akan dipajang di kelas; dan (2) membuat ringkasan materi yang telah disajikan.

2.1.3 Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam

Pada hakekatnya IPA merupakan makna alam dan berbagai fenomenanya/perilaku/kartakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia (Mariana, 2009:13). Sedangkan menurut Sulistyorini (2006) ada tiga dimensi dalam pembelajaran IPA, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

1) IPA sebagai produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body of knowledge dari IPA. Buku teks memang penting tetapi ada sisi lain IPA yang tidak kalah penting


(54)

yaitu dimensi “proses”, maksudnya proses mendapatkan ilmu pengetahuan alam itu sendiri.

2) IPA sebagai proses

IPA sebagai proses yaitu proses mendapatkan IPA melalui suatu proses/ model ilmiah. Ada tujuh tahap dalam mengembangkan model ilmiah yaitu:

a) Observasi/pengamatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan panca indra.

b) Klasifikasi yaitu proses pengumpulan hasil pengamatan berdasarkan perbedaan dan persamaan yang dimiliki.

c) Interpretasi yaitu penafsiran terhadap data-data yang telah diperoleh dari hasil pengamatan.

d) Prediksi yaitu memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola hubungan yang terdapat pada data yang telah diperoleh.

e) Hipotesis yaitu suatu pernyataan berupa dugaan sementara tentang kenyataan-kenyataan yang ada di alam melalui perkiraan.

f) Mengendalikan variabel yaitu mengukur variabel sehingga ada perbedaan pada akhir eksperimen karena pengaruh variabel yang diteliti.


(55)

  39

3) IPA sebagai pemupukan sikap

IPA sebagai pemupukan sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Setidaknya ada sembilan aspek ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia sekoah dasar, yaitu:

a) Sikap ingin tahu (curiousity) maksudnya adalah suatu sikap yang selalu ingin tahu mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang diamatinya. b) Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

Sikap ini bertitik tolak dari kesadaran bahwa jawaban yang telah mereka peroleh dari rasa ingin tahuitu tidaklah bersifat final atau mutlak, tetapi masih bersifat sementara. Hal ini disebabkan keterbatasan kemampuan berfikir maupun keterbatasan pengamatan panca indra manusia untuk menetapkan suatu kebenaran. Sikap anak usia SD seperti itu dapat dipupuk dengan cara mengajaknya melakukan pengamatan langsung pada objek-objek yang terdapat di lingkungan sekolah. Data yang mereka peroleh akan dapat memberikan sesuatu yang baru baginya tentang objek yang diamatinya itu.

c) Sikap kerja sama (cooperation)

Yang dimaksud kerja sama disini adalah kerja sama untuk memperoleh pengetahuan yang lebih banyak. Seorang yang bersikap cooperative ini menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih sempurna dari pada yang ia miliki. Oleh karena itu untuk meningkatkan pengetahuannya ia merasa membutuhkan kerja sama dengan orang lain. Kerjasama ini dapat pula bersifat berkesinambungan.


(56)

d) Sikap tidak putus asa (persevernce)

Suatu usaha apapun, biasanya ada saja hambatannya.adalah tugas guru memberikan motivasi bagi anak didik yang mengalami kegagalan dalam upayanya menggali ilmu dalam bidang IPA agar tidak putus asa.

e) Sikap tidak berprasangka (open mindedness)

Sejak awalnya IPA mengajarkan kepada kita untuk menetapkan kebenaran berdasarkan dua kategori yaitu rasionalitas dan objektivitas. Sikap tidak berprasangka dapat dikembangkan secara dini kepada anak usia SD dengan jalan melakukan observasi adn eksperimen dalam mencari kebenaran ilmu.

f) Sikap mawas diri (self criticism)

Anak usia SD harus dikembangkan sikapnya untuk jujur pada dirinya sendiri, menjunjung tinggi kebenaran, dan berani melakukan koreksi pada dirinya sendiri.

g) Sikap bertanggung jawab (responsibility)

Berani mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya adalah suatu sikap yang mulia. Sikap bertanggungjawab harus dikembangkan sejak usia SD, misalnya dengan membuat dan melaporkan hasil pengamatan, hasil eksperimen ataupun hasilkerjanya yang lain.

h) Sikap kedisiplinan diri (self dicipline)

Kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol adapun dapat mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku yang dikehendaki dan yang dapat diterima oleh masyarakat.


(57)

  41

Sedangkan Muhtadin (2010) menambahkan hakekat IPA sebagai teknologi. Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menjadi bagian penting dari belajar sains. Sains bersifat praktis sebagai bekal yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Siswa harus terlibat dalam pembelajaran sains yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari dan juga dalam memahami dampak sains dan teknologi pada masyarakat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tinjauan utama pembelajaran IPA ialah agar siswa memahami konsep-konsep IPA yang sederhana dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan model ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dengan lebih menyadari kebesaran dan kebiasaan pencipta alam semesta. Siswa tidak hanya dituntut memahami konsep-konsep IPA, tetapi juga dituntut untuk merefleksikan pengetahuan yang diperoleh kedalam bentuk teknologi yang mampu mensejahterakan kehidupan mereka serta generasi berikutnya tanpa meninggalkan nilai-nilai positif, agama, budaya serta pendidikan.

2.1.4 Pembelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam


(58)

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakekat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakekat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Pembelajaran Sains atau IPA sebaiknya dilakukan secara inkuiri ilmiah (scientific inqury). Hal ini untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA SD menekankan pemberian secara langsung melalui pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2006). Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA SD berdasarkan kurikulum 2006 meliputi aspek-aspek, seperti; makhluk hidup dan proses kehidupan, benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya, energi dan perubahannya dan bumi dan alam semesta.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator


(59)

  43

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Adapun ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD / MI yang disebutkan dalam BSNP (2006: 18) meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia , hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.

2) Benda / Materi , sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,


(60)

Dari beberapa kajian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA yang dilaksanakan di SD bertujuan untuk mengetahui, mempelajari dan mensyukuri karunia dan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa dengan mengembangkan sikap positif dan menggunakan teknologi sebagai wujud kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dan menerapkan kegiatan positif dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.5 Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen (Rusman, 2012: 202).

Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin(dalam Rusman, 2012: 205)merupakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi siswa, meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2009: 54).

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Hamdani, 2010: 30). Tujuan Pembelajaran Kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al. (2000), yaitu:


(61)

  45

1) Hasil belajar akademik, yaitu untuk meningkatkan kinerja siswa dalm tugas-tugas akademik. Pembelajaran model ini dianggap unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Penerimaan terhadap keragaman, yaitu agar siswa menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam latar belakang.

3) Pengembangan keterampilan social, yaitu untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa diantaranya: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau mengungkapkan ide, dan bekerja dalam kelompok.

Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar siswa dalam kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan (Hamdani, 2010: 30). Unsur yang harus dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif menurut Roger dan Johnson (dalam Lie, 2002:31-37) adalah sebagai berikut.

1) Saling ketergantungan positif, yaitu dalam kelompok terdapat ketergantungan antara kelompok dengan anggotanya, karena keberhasilan kelompok bergantung pada usaha setiap anggota.

2) Tanggung jawab perseorangan, yaitu pada pembelajaran kooperatif, setiap siswa dalam satu kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama.

3) Tatap muka, yaitu masing-masing anggota kelompok mempunyai kesempatan yang sama untuk mengungkapkan pendapat saat kegiatan diskusi dan kelompok harus menghargai pendapat yang dikemukakan oleh anggotanya.


(62)

4) Komunikasi antar anggota, yaitu guru harus mampu mendorong siswa untuk aktif mengemukakan pendapatnya saat kegiatan diskusi sehingga terjadi pertukaran informasi yang akan menambah pengetahuan bagi masing-masing anggota.

5) Evaluasi proses kelompok, yaitu evaluasi proses kelompok bertujuan untuk mengukur sejauh mana proses kerja kelompok dan hasil kerja kelompok, agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih baik.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil yang saling membantu untuk memecahkan atau menyelesaikan masalah dan diarahkan oleh guru utnuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Model pembelajaran kooperatif sangat bermacam-macam, akan tetapi prinsip dari pembelajaran ini adalah kerjasama kelompok, baik kelompok besar maupun hanya berpasangan. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model Think Pair Share.

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share

Think Pair Sharemenurut Arends (2011)merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu (Trianto, 2009: 81). Sedangkan Think Pair Sharemenurut Suprijono (2009: 91) yang mengatakan bahwa sesuai namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Selanjutnya


(63)

  47

Pairing” pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan.Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangannya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini disebut “Sharing”.

Kelebihan pembelajaran Think Pair Share juga diungkapkan oleh Huda (2011: 136) yaitu: (1) memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain; (2) mengoptimalkan partisipasi siswa; (3) memberi kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada setiap siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang lain; (4) bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

Sedangkan menurut Lie (dalam Fitraini, 2011) kelebihan dari strategi

Think Pair Share ini antara lain: (1) meningkatkan kemandirian siswa; (2) meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya; (3) membentuk kelompoknya lebih mudah dan lebih cepat; dan (4) melatih kecepatan berpikir siswa.

Berdasarkan pendapat-pendapat para ahli tentang Think Pair Share di atas maka peneliti berpendapat bahwa model pembelajaran Think Pair Share

merupakanmodel pembelajaran dengan cara berpasangan untuk melakukan diskusi yang sebelumnya setiap individu diberi pertanyaan untuk dipikirkan dan kemudian hasil diskusi tersebut dipaparkan kepada seluruh kelas. Pembelajaran ini memiliki beberapa kelebihan dan langkah-langkah yang sederhana yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran dan bisa diterapkan untuk semua mata pelajaran juga tingkatan kelas. siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir, sehingga kualitas


(64)

jawaban juga dapat meningkat; akuntabilitas siswa berkembang karena siswa harus saling melaporkan hasil pemikiran masing-masing dan berdiskusi dengan pasangannya, kemudian pasangan-pasangan tersebut harus berbagi dengan seluruh kelas. Jumlah anggota kelompok yang kecil mendorong setiap anggota untuk terlibat secara aktif, sehingga siswa jarang atau bahkan tidak pernah berbicara di depan kelas paling tidak memberikan ide atau jawaban karena pasangannya.

Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran Think Pair Share menurut Trianto (2009: 81-82) adalah:

1) Berfikir (Thinking) guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

2) Berpasangan (Pairing) guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dan mengerjakan LK.

3) Berbagi (Sharing) guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Dalam hal ini siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

2.1.6.1 Teori Konstruktivisme yang MendukungModel Pembelajaran KooperatifThink Pair Share

1. Piaget

Teori pembelajaran kontruktivisme merupakan teori pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menstransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan


(65)

  49

tidak sesuai lagi. Perspektif kognitif-konstruktivis, yang menjadi landasan Think Pair Sharebanyak mengadopsi pendapat Piaget (Arends, 2008: 46-47). Perspektif ini menyatakan bahwa pelajar dengan umur berapapun terlibat secara aktif dalam proses mendapatkan informasi dan mengontruksikan pengetahuannya sendiri. Pengetahuan tidak statis, tetapi berevolusi dan berubah secara konstan selama pelajar mengkontruksikan pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka untuk mendasarkan diri pada dan memodifikasi pengetahuan sebelumnya.

2. Vygotsky

Vygotsky (Arends, 2008: 47) seperti halnya Piaget yang percaya bahwa intelek berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan, ketika mereka berusaha mengatasi diskrepansi yang ditimbulkan oleh pengalaman-pengalaman. Model Pembelajaran Kooperatif didasari oleh teori belajar Konstruktivisme, Vigotsky (dalam Trianto, 2009: 226) menyatakan bahwa dalam teori belajar konstruktivisme siswa harus

menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

3. Konstruktivisme dan Think Pair Share

Berdasarkan teori konstruktivis tersebut, dapat disimpulkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru sebagai fasilitator dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan


(1)

Gambar 4. Siswa diminta secara bergantian menggunakan waktu untuk berpikir sendiri

Gambar 5. Siswa berpasangan dengan teman untuk berdiskusi mengenai materi yang ditampilkan Macromedia Flash dan mengerjakan LK yang diberikan. Inter-aksi selama waktu yang disediakan dapat saling membantu mencari jawaban.

Gambar 6. Guru meminta beberapa pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas atas jawaban apa yang telah mereka diskusikan.


(2)

379

Gambar 7. Guru memberikan penghargaan pada siswa yang aktif dan kelompok terbaik

Gambar 8. Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari


(3)

(4)

381

LAMPIRAN 6

SURAT-SURAT


(5)

(6)

383

 

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN

UPT DINAS PENDIDIKAN KECAMATAN GUNUNGPATI 

SD NEGERI SEKARAN 02

Jl. Taman Siswa Sekaran Telp. (024) 8508282 

SURAT BUKTI PENGAMBILAN DATA Nomor : 421. 2 / 0425

 

Yang bertanda tangan dibawah ini Kepala SD Negeri Sekaran02Kecamatan Gunungpati Kota Semarang menerangkan bahwa :

Nama : Desiana Nur Indahsari

NIM : 1401409156

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Ilmu Pendidikan

Judul skripsi :“Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui model Think Pair Share berbantuan Macromedia Flash pada Siswa Kelas V SDN Sekaran 02 Semarang”

Waktu penelitian : 30 April sampai 17 Mei 2013

yang bersangkutan benar-benar telah melakukan penelitian di SD Negeri Sekaran02Kecamatan Gunungpati Kota Semarang.

Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Semarang, 18 Mei 2013


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA POWERPOINT PADA SISWA KELAS VA SDN SAMPANGAN 01 SEMARANG

0 15 497

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS VA SDN SAMPANGAN 02 SEMARANG

0 10 247

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SHARE PADA SISWA KELAS V SDN SEKARAN 01 SEMARANG

0 5 181

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN Think Pair Share PADA SISWA KELAS VB SDN SAMPANGAN 02 KOTA SEMARANG

1 8 243

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE DENGAN MEDIA CD PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS V SDN MANGUNSARI SEMARANG

0 27 302

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN OPERASI BILANGAN MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA MANIPULATIF PADA SISWA KELAS II SDN TUGUREJO 03 SEMARANG

0 16 444

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN SUKOREJO 02 SEMARANG

0 14 260

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA GRAFIS PADA SISWA KELAS IV SDN MANGUNSARI SEMARANG

0 23 247

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE BERBANTUAN AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IV SDN BRINGIN 02 KOTA SEMARANG

0 3 269

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE (TPS) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS IVB SDN SAMPANGAN 02 KOTA SEMARANG

0 3 276