36
ke kemampuan afektif menerima, merespon, menilai, mengorganisasikan, dan karakterisasi. Sesuai dengan sifat materi afektif maka nilai-nilai dalam
pendidikan karakter tidak diajarkan atau ditransfer tetapi ditumbuhkan inculcatepada diri peserta didik bersamaan dengan waktu mereka belajar suatu
pokok bahasan Hasan, 2011. Pengembangan materi pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam
setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Pengintegrasian atau mungkin lebih tepat
“alignment” adalah suatu proses memperkaya mata pelajaran atau kuliah sedang dilaksanakan dengan nilai dalam pendidikan karakter. Proses
tersebut dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1 Memasukan nilai terpilih dari pendidikan karakter keterampilan dalam silabus; 2 Memasukan nilai
pendidikan karakter dalam rencana pelaksanaan pembelajaran RPP yang dikembangkan; 3 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP dengan
memperhatikan proses pembelajaran untuk penguasaan keterampilan dan interalisasi nilai; 4 Melaksanakan penilaian hasil belajar Hasan, 2011.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam melaksanakan penanaman nilai-nilai pendidikan karakter agar berjalan maksimal yakni:
pertama,dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester. Kedua,kegiatan inti ditekankan kepada kemampuan kognisi dan memperaktikan
nilai-nilai afektif pendidikan karakter. Ketiga,tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik siswa, minat, lingkungan dan daerah setempat.
Keempat,kegiatan belajar mengajar tertuju pada penguatan target kompetensi dan karakter secara bersamaan Salman, Asmaun Angga Teguh P, 2012: 136-137.
37
4. Pembelajaran Sejarah Indonesia
a. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk melangsungkan persiapan, pelaksanaan dan pencapaian hasil belajar yang
menyangkut bidang studi. Secara umum pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya mewariskan kebudayaan kepada generasi muda melalui lembaga
pendidikan sekolah. Menurut Hamalik 2010: 61 pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik
dengan memberikan bimbingan dan menyediakan berbagai kesempatan yang dapat mendorong siswa belajar untuk memperoleh pengalaman sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Pembelajaran merupakan interaksi terus-menerus yang dilakukan individu dengan lingkungannya, dimana lingkungan tersebut
mengalami perubahan. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan, maka fungsi intelektual semakin berkembang. Menurut Kosasih Djahiri dalam Isjoni, 2007:
78 menyatakan bahwa: “Pembelajaran merupakan proses keterlibatan totalitas diri peserta didik dan kehidupannya atau lingkungannya secara terarah, terkendali
kearah penyempurnaan, pembudayaan, pemberdayaan totalitas diri dan kehidupan melalui proses learning to know, learning to belief, learning to do dan to be serta
learning to life together”. Menurut Lindgen dalam Hamalik, 2007: 17 fokus sistem pembelajaran
mencakup tiga aspek, yaitu: 1 Peserta didik, peserta didik merupakan faktor yang paling penting sebab tanpa peserta didik tidak akanada proses belajar; 2
Proses belajar, proses belajar adalah apa saja yang dihayati peserta didik apabila
38
mereka belajar, bukan apa yang harus dilakukan pendidik untuk mengerjakan materi pembelajaran melainkan apa yang akan dilakukan peserta didik untuk
mempelajarinya; 3 Situasi belajar, situasi belajar adalah lingkungan tempat terjadinyaproses belajar dan semua faktor yang mempengaruhi peserta didik atau
proses belajar seperti pendidik, kelas dan interaksi di dalamnya. Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan guru untuk membelajarkan siswa secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Pembelajaran yang efektif adalah yang berpusat pada siswa yaitu, siswa sebagai subjek pembelajaran yang harus aktif, kraetif dan mampu berfikir kritis,
dalam hal ini peran guru sebagai pembimbing dan fasilitator. Guru memiliki peranan penting artinya selain sebagai pembimbing dan fasilitator bagi siswa,
guru juga harus bertindak secara professional. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kemampuan dasar kompetensi antara lain sebagai beikut:
menguasai bahan, mengelola program belajar-mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai ladasan-landasan kependidikan,
mampu mengelola interaksi belajar mengajar, mampu menilai prestasi untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami dan menafsirkan hasil-hasil penelitian guru untuk keperluan pengajaran Gulo,
2002: 37. Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu : 1
Rencana, ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang merupakan