4 Writing Activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.
5 Drawing Activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6 Motor Activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, berkebun, beternak. 7 Mental Activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan. 8 Emotional Activities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun,
berani, tenang.
Aktivitas belajar yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari lima jenis aktivitas yang diadaptasi dari penggolongan Paul B. Diedric seperti di penjelasan
di atas. Kelima jenis aktivitas yang digunakan yaitu visual activities, oral activities, writing activities, motor activities, mental activities.
2.1.5 Sikap Peduli Lingkungan
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai Sobur, 2003. Sikap bukanlah
perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan,
situasi, atau kelompok. Secord Backman dalam Azwar 2005 mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan afeksi, pemikiran
kognisi, dan predisposisi tindakan konasi seseorang terhadap suatu aspek di sekitar lingkungannya. Sikap dapat dilihat dari cara seseorang itu bertingkah laku
dan bertindak, maka sikap dapat pula diketahui ciri-cirinya. Sikap terbentuk atas dasar kebutuhan-kebutuhan yang kita miliki dan
informasi yang kita terima mengenai hal-hal tertentu. Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek
psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap menurut Azwar 2005 dapat diuraikan sebagai berikut:
1 Pengalaman Pribadi Sikap akan mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi meninggalkan pesan
yang kuat dan terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional sehingga penghayatan pengalaman akan lebih mendalam dann lama berbekas.
2 Pengaruh Kebudayaan Kebudayaan menanamkan garis pengaruh sikap, mewarnai sikap masyarakatnya,
dan memberi corak pengalaman bagi individu. Apabila kita hidup dalam budaya yang patuh terhadap aturan yang adadi lingkungan maka sikap patuh itu juga
tertanam dalam diri kita, sehingga apabila siswa berada pada budaya sekolah yang patuh pada peraturan yang ada maka siswa dapat pula memiliki sikap siswa
terhadap peraturan sekolah. 3 Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Orang lain di sekitar kita memberikan pengaruh yang banyak pada pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Apabila orang yang dianggap penting seperti orang
tua, guru, teman dekat dan teman sebaya memiliki sikap positif terhadap peraturan yang ada di lingkungannya, maka seseorang dapat pula terdorong untuk memiliki
sikap positif sesuai peraturan yang ada. 4 Media Massa
Media massa bertugas menyampaikan informasi dan membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Berbagai bentuk media
massa seperti surat kabar, televisi, radio dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan individu.
5 Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Lembaga pendidikan dan agama berpengaruh dalam pembentukan sikap karena
keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral individu. Pemahaman akan baik dan buruk, boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan
dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6 Pengaruh Faktor Emosi
Sikap kadang merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam bentuk mekanisme ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap
yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih bertahan lama.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu sebagai bentuk
reaksi terhadap suatu objek sikap yang mengandung komponen kognitif yang berisi kepercayaan atau pemikiran seseorang terhadap objek sikap, komponen
afektif yang menyangkut perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu, dan komponen konaktif yang menunjukkan kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang
dihadapinya, serta mampu mengalami perubahan yang dipengaruhi oleh faktor- faktor seperti pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, pengaruh orang lain,
media massa, lembaga pendidikan dan pengaruh emosi. Peduli lingkungan merupakan salah satu sikap atau karakter yang wajib
ditanamkan kepada setiap insan khususnya generasi muda, mengingat semakin banyaknya bencana alam yang diakibatkan dari kurang terjaganya lingkungan
sekitar tempat tinggal. Karakter peduli lingkungan ini diharapkan mampu untuk menciptakan generasi muda yang cinta akan lingkungannya, menjaga kebersihan
tempat tinggalnya, merawat makhluk hidup lain dan tidak menambah kerusakan lingkungan yang sudah ada. Kerusakan lingkungan terjadi sebagai dampak dari
sikap peduli lingkungan yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya aktivitas manusia yang belum mengarah pada sikap peduli dengan lingkungan
sekitar tempat tinggalnya. Hal-hal seperti ilegal-logging, membuang sampah di sungai, pembangunan pabrik dan meningkatnya pengguna kendaraan pribadi
merupakan sedikit contoh cerminan perilaku manusia sehari-hari yang masih belum mampu ditekan atau dihentikan.
Pembentukan kesadaran terhadap kondisi yang ada di lingkungannya dapat ditempuh melalui pendidikan yang ada di sekolah. Mustakin 2011 menjelaskan
bahwa, “Sekolah seharusnya memainkan perannya dalam membentuk kesadaran
terhadap lingkungan. Perlu ada pembentukan karakter terhadap lingkungan pada diri siswa. Karakter ini bisa dimulai dari persoalan sepele, seperti
penyediaan tempat sampah yang memadai, sampai pada perumusan action plan
tentang program-program
kepedulian lingkungan.
Melalui
pembentukan karakter ini diharapkan lahir generasi yang memiliki kepedulian lingkungan.”
Hal itu berarti, sekolah sebagai institusi pendidikan, memiliki tugas untuk membentuk karakter peduli lingkungan pada diri siswa. Karakter terbentuk dari
sikap yang dilakukan terus menerus sehingga sekolah mempunyai kewajiban untuk menanamkan sikap peduli lingkungan secara berkesinambungan. Ini sesuai
dengan fungsi pendidikan nasional. Pendidikan karakter telah diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan
Indonesia yang berlaku, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Pusat kurikulum pengembangan dan pendidikan budaya dan karakter bangsa
pedoman sekolah 2009 menyatakan bahwa ada 18 nilai pendidikan karakter, sikap peduli lingkungan menjadi salah satu pendidikan karakter yang ditanamkan
di sekolah Narwanti, 2011. Menurut Dimopoulos 2009 ada empat tingkatan pencapaian pada
pendidikan lingkungan. Tingkatan tersebut adalah Ecological Foundation Level pengetahuan dasar mengenai lingkungan, Conceptual AwarenessLevel
menganalisis isu-isu di lingkungan, Investigation and Evaluation menelusuri dan mengevaluasi masalah lingkungan dan memikirkan solusinya, dan
Environmental Action Skills Level aplikasi pengetahuan untuk mengatasi permasalahan lingkungan.
2.1.6 Hasil Belajar