atau banyak namun memiliki tanggungjawab sendiri-sendiri di dalam mengelola karamba, baik dalam hal pemberian pakan, pemelihraan dan lain-lain.
Dampak yang terlihat dalam pengelolaan karambabagan selama ini adalah dampak lingkungan dimana banyak bangkai karamba yang dibiarkan, sehingga
mengganggu arus lalu lintas kapal dan mengganggu pemandangan bagi turis yang ingin menikmati pemandangan.
Dilihat dari sisi penghasilan para nelayan berdasarkan alat tangkap maka terlihat bahwa nelayan jaring kecil dan nelayan muroami memiliki keuntungan
rata-rata terbesar, sedangkan nelayan perangkap memiliki keuntungan terkecil pertrip-nya sehari. Penghasilan rata-rata nelayan berdasarkan alat tangkap secara
jelas diterangkan pada Tabel 10. Tabel 10 Penghasilan Rata-rata Nelayan Berdasarkan Alat Tangkap
Lama Trip Hari Alat tangkap Nilai
tangkap Biaya
Untung 1 Pancing
655.000 56.000
599.000 6 Muroami 2.000.000
464.000 1.536.000
1 Perangkap 24.000 23.500 500
6 Jaring Kecil
2.180.000 560.000
1.620.000 1 Bubu
69.000 16.923
52.077 Sumber : Sudin Perikanan Kepulauan Seribu, 2005
5.4 Permasalahan Nelayan di Pulau Panggang
Kesulitan untuk memperoleh ikan baik nelayan ikan hias dan nelayan ikan makan, penyebabnya menurut nelayan adalah banyaknya nelayan dari pulau
lain diluar kepulauan seribu seperti Bangka Belitung dan Madura, Makassar yang menggunakan alat tangkap lebih besar canggih dari mereka. Penyebab
kedua adalah terjadinya overfishing yang menurut nelayan sudah terasa
dampaknya sejak awal 1990. Sebagian besar ikan dijual di luar kepulauan seribu sehingga struktur harga ditentukan oleh pihak luar.
Khusus untuk nelayan ikan hias mereka masih melihat pemakaian potas sebagai sebab utama menurunnya hasil tangkapan dalam 20 tahun terakhir.
Keadaan ini menyebabkan generasi baru Pulau Panggang tidak tertarik dengan kegiatan nelayan, mereka lebih suka menjadi buruh, atau PNS di darat.
Kegiatan ekonomi lain yang banyak adalah perdagangan yaitu berdagang barang-barang konsumsi yang sumbernya diambil dari Jakarta Utara Pasar
Angke. Kegiatan ini meliputi penjualan barang konsumsi pangan dan pakaian. Sedangkan barang-barang elektronik biasanya langsung dibeli oleh masyarakat
Pulau Panggang dari kota dan dibawa langsung ke Pulau.
VI ANALISIS KELAYAKAN USAHA
6.1 Analisis Aspek Pasar
Analisis terhadap aspek pasar budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang dilakukan dengan melihat potensi permintaan dan penawaran di pasar.
Kelangsungan usaha budidaya ikan kerapu macan sangat tergantung oleh keberhasilan memasarkan produk hasil dari budidaya tersebut.
Pasar ekspor kerapu dunia pada umumnya adalah negara-negara yang banyak terdapat etnis chinesse karena kerapu merupakan makanan tradisi dari
etnis tersebut. Negara-negara tersebut antara lain China, Hongkong, Taiwan,Singapura, dan Jepang. Pasar terbesar ikan kerapu adalah Hongkong.
Setiap tahunnya, Hongkong mengimpor ikan kerapu hidup dalam jumlah yang besar dari mancanegara, seperti Australia, Malaysia, Filipina dan Indonesia
sebesar 30.000 ton. DKP, 2005. Ukuran kerapu yang paling banyak diminati di pasar Hongkong adalah ukuran 500-1.200 gram per ekor Dish size. Permintaan
ikan kerapu Hongkong juga berkaitan dengan siklus ekonomi dan budaya masyarakat Hongkong. Permintaan ikan kerapu tertinggi umumnya menjelang
tahun baru Imlek tahun baru china yang jatuh antara bulan Desember - Februari. Permintaan terendah akan terjadi pada saat hari raya Ching Bing mengunjungi
makam para leluhur sebab saat itu masyarakat Hongkong sangat dipantangkan memakan ikan selama 4 hari berturut-turut.
Indonesia sebagai Negara penghasil kerapu terbesar kedua di dunia masih belum mampu untuk memenuhi permintaan pasar dari Negara-negara diatas
dikarenakan jumlah tangkapan langsung ikan kerapu dari laut cenderung mengalami penurunan dan hasil dari budidaya belum cukup tinggi. Ekspor ikan
kerapu Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Ekspor Nasional Kerapu
Tahun Volume Ton
Pertumbuhan 1997
338,58 -
1998 349,84
3,25 1999
395,80 13,13
2000 252,60
-36,17 2001
195,00 -22,80
2002 185,50
-5,02 2003
205,20 10,61
2004 215,00
4,78 Rata-rata 267,19
-4,03
Sumber : Statistik Kelautan dan Perikanan, 2005
Pertumbuhan produksi ikan kerapu di Kepulauan Seribu menunjukkan nilai yang positif, namun pembudidaya menghadapi beberapa kendala sehubungan
dengan budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA. Kendala yang dihadapi antara lain adalah sulitnya memperoleh bibit dalam kualitas dan kuantitas yang
memenuhi syarat budidaya. Rendahnya ketersediaan bibit ini dikarenakan masih sedikit pembudidaya yang berhasil untuk membudidayakan kerapu macan. Hal ini
disebabkan oleh sifat kanibal yang dimiliki oleh kerapu macan selama masa pendederan.
Pasokan bibit ikan kerapu di Pulau Panggang masih sangat bergantung dari Gondol Bali dan Situbondo. Di Pulau Panggang juga ada pembenih hatchery
ikan kerapu macan yaitu Nuansa Ayu Karamba, tetapi jumlah bibit ikan kerapu macan siap tanam ukuran 11-15 cm yang dipasarkan masih dalam jumlah yang
sangat rendah. Biasanya pembenih ini menjual bibit ikan kerapu macan ukuran 3-
5 cm sehingga dibutuhkan pembesaranpenggelondongan terlebih dahulu sebelum bibit siap dimasukkan kedalam KJA.
Di Pulau Panggang hasil panen budidaya ikan kerapu macan biasanya langsung dijual kepada pedagang pengumpul tengkulak yang juga berasal dari
Pulau Panggang atau dari Pulau Pramuka. Adapun rantai pemasaran ikan kerapu macan hasil budidaya di Pulau Panggang dapat dilihat pada Gambar 8.
Penampung di Pulau Tengkulak Konsumen
Nelayan Pembudidaya Kerapu
Gambar 8 Rantai Pemasaran Ikan Kerapu Macan Hasil Budidaya di Pulau Panggang
Ikan kerapu macan yang dipanen biasanya berusia delapan sampai sepuluh bulan dengan berat rata-rata 0,7 – 0,8 kilogram. Petani KJA di Pulau Panggang
tidak pernah kesulitan untuk menjual hasil panen ikan kerapu macan hasil budidaya ini karena para pedagang pengumpul mampu membeli seluruh ikan hasil
panen dengan harga yang berlaku di pasar. Petani KJA kebanyakan tidak menjual hasil budidayanya langsung ke
Jakarta walaupun harga yang ditawarkan lebih tinggi dikarenakan biaya transportasi dan biaya pengepakan ikan yang cukup tinggi. Selain itu resiko
kematian ikan pada saat dibawa juga cukup tinggi, sedangkan pembeli atau pedagang pengumpul hanya mau membeli ikan kerapu macan dalam keadaan
hidup. Harga ikan kerapu macan di Pulau Panggang berkisar antara Rp 120.000
sampai Rp 125.000 per kilogram, sedangkan di Jakarta berkisar antara Rp 130.000 per kilogram. Pada saat penjualan, pedagang pengumpul langsung datang ke
lokasi KJA petani untuk pengambilan ikan kerapu macan sehingga petani tidak memiliki resiko kematian ikan setelah panen.
6.1.1 Keputusan Kelayakan Berdasarkan Aspek Pasar
Berdasarkan gambaran diatas, maka dapat disimpulkan bahwa peluang usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang masih sangat besar dan
layak untuk diusahakan karena hasil produksi ikan kerapu macan hasil KJA sudah memiliki pembeli yang pasti dan mampu membeli dalam jumlah yang tidak
terbatas. Selain itu sistem pembelian langsung ke lokasi KJA juga menyebabkan petani tidak memiliki resiko kematian ikan kerapu macan. Untuk pasar ekspor
juga peluang masih sangat terbuka karena jumlah ekspor Indonesia masih sangat jauh dibandingkan permintaan pasar, khususnya dari Hongkong.
6.2 Analisis Aspek Teknis
Analisis aspek teknis dilakukan terhadap teknik budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA, kegiatan kegiatan yang bersifat teknis dalam
pengadaan input, dan pemilihan lokasi KJA yang dilakukan oleh petani budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang.
6.2.1 Pemilihan Lokasi Karamba Jaring Apung
Pemilihan lokasi KJA diterapkan di kawasan perairan laut yang memiliki kedalaman 5-40 meter pada saat surut dan memiliki arus laut dengan kecepatan
0,15-0,35 mdetik dengan substrat dasar berupa pasir atau batu. Arus yang melebihi batas yang disarankan dapat mempengaruhi posisi dari jaring dan sistem
penjangkaran. Kuatnya arus perairan juga dapat menyebabkan bergesernya posisi rakit dan sebaliknya arus yang terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air
keluar masuk jaring. Hal ini akan mempengaruhi ketersediaan oksigen terlarut dan timbulnya penyakit akibat parasit yang berasal dari sisa-sisa pakan yang
mengendap di waring. Berdasarkan pengamatan dilokasi penelitian, pembudidaya KJA di Pulau
Panggang tidak meneliti terlebih dahulu apakah lokasi KJA mereka telah sesuai dengan literarur-literatur maupun yang dianjurkan oleh Suku Dinas Sudin
Perikanan Kepulauan Seribu seperti kedalaman air dari dasar waring, kecepatan arus, pencemaran terutama dari kapal dan limbah rumah tangga, dan lain-lain.
Kebanyakan petani budidaya menetapkan lokasi KJA hanya karena melihat lokasi yang kosong dan ukurannya cocok untuk menempatkan KJA-nya.
Data Sudin Perikanan Kepulauan Seribu daerah yang menjadi lokasi KJA pembudidaya masih layak diusahakan karena berdasarkan aspek fisika-kimia
perairan masih sesuai dengan standar ketentuan lokasi KJA. Kondisi fisika-kimia dapat dilihat pada Tabel12.
Tabel 12 Kondisi Fisika, Kimia pulau-pulau di Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu.
No. Parameter
Satuan Pulau
Panggang Pulau
Karang Congkak
Pulau Semak
Daun
I Fisika
1 Suhu
o
C 30,2 29,6
30,2 29,5 29,5 29,5
2 Kecerahan
meter 6
9 8,5
3 Kedalaman
meter 10
12,2 11
4 Kekeruhan
meter 0,70 1,00
0,70 0,70 0,60 0,65
5 Salinitas
O
oo 32 31
32 32 32 32
6 Arus
mdetik 0,15-0,40
mdetik 0,10-0,25
mdetik 0,15-0,35
mdetik
II Kimia
1 pH 8,21 8,16
8,19 8,14 8,22 8,28
2 Oksigen
terlarut DO mgl
7,03 6,35 7,03 5,56
7,11 5,65 3 BOD5
mgl 2,94 6,43
3,62 3,15 3,59 3,95
4 COD
mgl 73,35 73,35
77,43 73,35
73,35 69,28
5 NH
3
-N NH
3
+NH
4
mgl 0,021 0,031
0,031 0,025
0,016 0,011
6 Nitrit NO
2
-N mgl
0,006 0,011 0,006
0,003 0,005
0,007 7
Seng Zn mgl
0,028 0,014 0,030
0,030 0,025
0,022 8
Timah hitam Pb
mgl 0,008 0,008
0,009 0,006
0,006 0,005
9 Tembaga Cu
mgl 0,026 0,026
0,050 0,029
0,026 0,044
10 Nikel Ni
mgl 0,025 0,034
0,025 0,029
0,025 0,025
11 Deterjen
mgl 0,001
0,001 0,001
0,001 0,001
0,001 12
Phenol mgl
0,001 0,001
0,001 0,001
0,001 0,001
Sumber : Sudin Perikanan Kepulauan Seribu, 2005 Keterangan: angka di dalam kurung adalah hasil pengukuran kualitas air dekat dasar laut di
kawasan laguna.
Dari tabel diatas, kondisi fisika perairan yang meliputi suhu, kecerahan kolom peraian, kedalaman perairan, tingkat kekeruhan, salinitas dan arus perairan
di Pulau Panggang yang menjadi lokasi budidaya masuk dalam kriteria lokasi yang layak untuk budidaya ikan kerapu macan denga sistem KJA. Perairan Pulau
Panggang juga memenuhi syarat lokasi karena memenuhi beberapa kriteria kesesuaian lahan budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA, yaitu:
a. Perairan yang terlindung dari angina dan gelombang besar. b. Kedalaman perairan 10 meter sesuai dengan budidaya sistem KJA.
c. Dasar perairan yang berkarang dan berpasir yang merupakan habitat alami dari ikan kerapu macan.
d. Letak lokasi yang tidak mengganggu jalur pelayaran. e. Relative dekat dengan sumber pakan alami rucah
f. Sarana transportasi yang tersedia. g. Kecepatan arus 0,15-0,40 mdetik, kecerahan 6 meter, salinitas 32 persen, DO
7,03 mgl, dan pH 8,21.
6.2.2 Teknik Budidaya Ikan Kerapu dengan Sistem KJA
6.2.2.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Dalam satu unit KJA terdiri dari empat waringkotak sebagai wadah pemeliharaanpembesaran ikan. Media yang digunakan adalah jaring yang terbuat
dari bahan polyethylen dengan bukaan jaring mesh size dua inci. Ukuran waring yang digunakan adalah 3.5 x 3.5 x 3.5 meter per kotak. Persiapan pembudidaya
dalam persiapan wadah dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Persiapan Wadah Karamba Jaring Apung
6.2.2.2 Penebaran Bibit
Bibit kerapu macan yang digunakan dalam usaha budidaya di Pulau Panggang berasal dari sea farming Pulau Semak Daun, Nuansa Ayu Karamba,
Gondol Bali, dan Situbondo Jawa Timur. Bibit yang ditebar rata-rata berukuran 11-15 cm. Penebarannya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat
suhu air tidak terlalu tinggi. Penebaran bibit pada pagi atau sore hari yang dilakukan petani budidaya telah sesuai dengan aturan yang dianjurkan untuk
budidaya ikan kerapu macan. Jumlah bibit yang ditebar adalah dua ratus ekor per kotak sehingga
kepadatan ikan sesuai dengan standar padat tebar ikan yang disarankan. Sebelum bibit ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama tigapuluh menit. Proses
aklimatisasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Proses Aklimatisasi Ikan Kerapu Macan
6.2.2.3 Pemberian Pakan
Petani budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang memberikan pakan rucah dua kali dalam satu hari pada pagi hari pada pukul 08.00-09.00 WIB dan
pada sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar yang dibeli atau didapatkan petani dari hasil mencari sendiri. Dosis
pakan rucah yang diberikan petani tidak terukur dengan baik. Pembudidaya memberikan pakan berdasarkan penglihatan mereka di karamba. Apabila ikan
sudah tidak antusias dalam memakan pakan yang diberikan, maka pembudidaya akan berhenti memberikan rucah. Petani tidak membandingkan antara biomassa
ikan dan jumlah pakan yang diberikan sehingga jumlah pakan yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Hal ini menyebabkan tidak
efisiennya jumlah pakan yang diberikan kepada ikan. Aturan pemberian pakan
ikan rucah untuk ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Aturan Pemberian Pakan Ikan Rucah Untuk Ikan Kerapu Macan Ukuran Ikan g
Ransum Harian BT Frekuensi Harian
5-10 15-20
3-4 10-50
10-15 2-3
50-150 8-10
1-2 150-300
6-8 1
300-600 4-6
1
Sumber: Sih-Yang Sim et all, 2005 Keterangan : Berat Tubuh
Selain itu pakan yang seharusnya digunting untuk memperkecil ukurannya hanya dicincang secara kasar oleh pembudidaya. Hal ini mengakibatkan banyak
rucah yang belum terpotong dengan sempurna sehingga ukurannya tidak sesuai dengan besar bukaan mulut ikan yang dibudidaya. Pakan alami rucah yang
diberikan oleh pembudidaya dapat dilihat pada Gambar 11. Penambahan mulitivitamin yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
ikan terhadap penyakit sangat jarang dilakukan oleh petani. Pemberian obat hanya dilakukan pada saat terdapat ada ikan yang sakit atau mati untuk mencegah ikan
yang lain tertular penyakit yang sama.
Gambar 11 Pakan Alami Rucah Ikan Kerapu Macan Petani pembudidaya juga tidak menghitung pertambahan bobot tubuh ikan
berdasarkan jumlah pakan yang diberikan rasio konversi pakanFCR. FCR ini dihitung untuk melihat apakah jumlah pakan yang diberikan sebanding dengan
laju pertambahan bobot ikan sehingga dapat diketahui apakah pemberian pakan yang diberikan telah efisisen atau belum. FCR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
ikan berat
n pertambaha
Total dikonsumsi
yang pakan
Total FCR
=
Pada KJA dua kotak rata-rata total pakan yang diberikan 4,17 Kg per ekor dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8 Kg.
Maka FCR ikan pada KJA dua kotak adalah 5,28. KJA empat kotak rata-rata total pakan yang diberikan 3,13 Kg per ekor
dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8 Kg. Maka FCR ikan pada KJA dua kotak adalah 3,96.
Pada KJA enam kotak rata-rata total pakan yang diberikan 2,42 Kg per ekor dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8
Kg. Maka FCR ikan pada KJA dua kotak adalah 3,06. Pada penelitian ini tidak dapat dibandingkan FCR antara ikan kerapu
macan dengan pakan rucah dan pelet sebagai perbandingan efektifitas pakan antara rucah dan pelet karena pembudidaya di Pulau Panggang jarang sekali
memberikan pelet pada ikan kerapu macan.
6.2.2.4 Penyortiran Sampling
Penyortiran ikan bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan, menentukan dosis pakan, dan memisahkan ikan yang berukuran sama kedalam satu kotak.
Petani budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang tidak melakukan penyortiran ikan.
Hal ini menyebabkan petani tidak mengetahui tingkat pertumbuhan, pertambahan panjang dan tingkat kelulusan hidup ikan kerapu macan. Ikan yang
berukuran lebih besar juga tidak dipindahkan kedalam satu waring, sehingga menyebabkan ikan yang lebih besar memangsa ikan yang berukuran lebih kecil
sehingga tingkat kelangsungan hidup ikan menjadi rendah. Tidak dilakukannya penyortiran dan pemindahan ikan yang berukuran
seragam juga nenyebabkan tingkat kepadatan ikan dalam satu waring tidak merata. Hal ini dapat menyebabkan tingkat stress ikan yang tinggi.
6.2.2.5 Perbaikan dan Pembersihan Waring
Penggantian dan pembersihan waring selama masa pemeliharaan selalu dilakukan oleh petani budidaya. Waring kotor akibat penempelan lumpur atau
biota penempel, seperti kerang, teritip, dan alga. Pembersihan dan perbaikan waring dilakukan dua minggu sekali sampai ikan berumur tiga bulan dan setelah
umur tiga bulan sampai masa panen perbaikan dan pembersihan dilakukan dua bulan sekali. Proses pembersihan waring dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Waring Yang Sedang Dijemur Setelah Dibersihkan
6.2.2.6 Pemanenan
Pada budidaya kerapu macan di Pulau Panggang panen biasanya dilakukan pada sore hari karena suhu relatif lebih rendah. Metode panen yang dilakukan
adalah panen total, yaitu pemanenan secara keseluruhan yang biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan dalam skala besar, dan ukuran seluruh ikan telah
memenuhi kriteria jual. Ukuran ikan yang biasanya dipanen berkisar antara 0,5-1 kilogram. Permintaan ukuran ikan di pasar untuk konsumsi berkisar 0.5-1.2
kilogram.
6.2.3 Keputusan Kelayakan Aspek Teknis
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan, secara teknis masih banyak yang harus dibenahi dalam budidaya ikan kerapu macan KJA
karena kebanyakan petani masih menggunakan cara tradisional yang beresiko tinggi menyebabkan kegagalan panen. Hal ini dapat dilihat dari survival rate SR
kerapu macan budidaya yang berkisar 53,8-69,8 persen, sedangkan SR kerapu macan ideal berkisar antara 70-75 persen.
Penyuluhan yang lebih intensif dan pemberian pelatihan mengenai teknik budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA dari Sudin Perikanan Kepulauan
Seribu dan pihak lain yang terkait diharapkan mampu meningkatkan ketrampilan pembudidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang.
6.3 Analisis Dampak Terhadap Lingkungan
Hasil pengamatan dilapangan selama penelitian ini dilakukan, tidak terdapat perubahan yang signifikan pada kondisi perairan Pulau Panggang yang menjadi
tempat budidaya ikan kerapu macan. Hal ini juga didukung dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sudin Perikanan dan Kelautan Kepulauan Seribu terhadap
kondisi kimia perairan Pulau Panggang. Keberadaan KJA juga tidak mengganggu jalur pelayaranbersandar kapal
karena posisinya yang berada antara 50-150 meter dari garis pantai dan tidak pada jalur pelayaran. Sisa pakan ikan kerapu macan juga tidak menimbulkan toksik
pada perairan karena pakan tidak mengendap tetapi hanyut terbawa arus.
6.3.1 Keputusan Berdasarkan Analisis Dampak Lingkungan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis dari data yang ada, maka budidaya KJA ikan kerapu macan layak untuk dilaksanakan karena tidak
memberikan dampak negatif pada perairan Pulau Panggang dan tidak mengganggu jalur pelayaran dan bersandar kapal.
6.4 Analisis Aspek Finansial
Analisis aspek finansial yang pertama kali dilakukan adalah identifikasi komponen-komponen yang digolongkan sebagai biaya dan manfaat, kemudian
menyusun dan menganalisis aliran manfaat dan biaya serta yang terakhir adalah menganalisis kelayakan investasi berdasarkan pada investasi yang digunakan.
6.4.1 Identifikasi Biaya dan Manfaat
a. Biaya
Biaya-biaya yang dikeluarkan pada usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang adalah biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi atau biaya yang
berpengaruh langsung. Biaya-biaya yang dihitung pada penelitian ini adalah biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan diawal untuk memperoleh barang-barang fisik yang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama
umumnya lebih dari satu tahun. Biaya investasi terdiri atas biaya konstruksi KJA, biaya pembelian peralatan, dan biaya pembuatan perahu.
Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi KJA ikan kerapu macan. Komponen biaya operasional terbagi atas biaya tunai dan
biaya tidak tunai. Biaya tunai terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel yang
meliputi biaya pembelian bibit, biaya pakan alami, dan biaya pakan buatan. Biaya tetap yang meliputi biaya perawatan keramba.
Biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan meliputi biaya tenaga kerja pemilik, biaya penyusutan alat, biaya penyusutan KJA dan biaya penyusutan
perahu. Metode penyusutan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penyusutan garis lurus.
1. Biaya investasi
Pada KJA 2 kotak, biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 3.620.000. Pengeluaran terbesar adalah biaya konstuksi KJA yaitu sebesar Rp
1.880.000 dan biaya terendah adalah biaya pembelian peralatan budidaya sebesar Rp 240.000. Pembelian rakit adalah pengeluaran terbesar pada biaya konstruksi
KJA yaitu sebesar Rp 600.000. Rataan komponen biaya investasi KJA 2 kotak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 2 Kotak No
Uraian dan Umur Teknis
Satuan Jumlah
Satuan Harga
Satuan Rp
Jumlah Biaya Rp
Konstruksi KJA RakitTong
Buah 6
100.000 600.000
BambuKayu Batang
15 30.000
450.000 Jaring
Kg 7
50.000 350.000
PemberatJangkar Buah
4 100.000
400.000 Tali
Gulung 2
40.000 80.000
1
Sub Total 1.880.000
Peralatan Budidaya Parang
Buah 1
50.000 50.000
Serok Jaring Buah
2 30.000
60.000 Cool Box Gabus Buah
1 40.000 40.000
Sikat Buah
3 10.000
30.000 Ember
Buah 3
20.000 60.000
2
Sub Total 240.000
Perahu Buah 1
1.500.000 1.500.000
3 Sub Total
1.500.000 Total
3.620.000
Biaya investasi pada KJA 4 kotak adalah Rp 5.980.000. Pengeluaran terbesar adalah biaya konstuksi KJA yaitu sebesar Rp 4.120.000 dan biaya
terendah adalah biaya pembelian peralatan budidaya sebesar Rp 360.000. Biaya terbesar pada konstruksi adalah biaya pembelian rakit sebesar Rp 1.200.000.
Rataan komponen biaya investasi KJA 4 kotak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 4 Kotak No
Uraian dan Umur Teknis
Satuan Jumlah
Satuan Harga
Satuan Rp
Jumlah Biaya
Rp 1 Konstruksi
KJA RakitTong
Buah 12
100.000 1.200.000 BambuKayu
Batang 34
30.000 1.020.000 Jaring
Kg 14
50.000 700.000
PemberatJangkar Buah
10 100.000 1,000.000
Tali Gulung
5 40.000 200.000
Sub Total 4.120.000
2 Peralatan Budidaya
Parang Buah
2 50.000
100.000 Serok Jaring
Buah 4
30.000 120.000 Cool Box Gabus
Buah 1
40.000 40.000
Sikat Buah
4 10.000 40.000
Ember Buah
3 20.000 60.000
Sub Total 360.000
3 Perahu Buah
1 1.500.000
1.500.000
Sub Total 1.500.000
Total 5.980.000
Pada KJA 6 kotak, biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp 7.625.000. Pengeluaran terbesar adalah biaya konstuksi KJA yaitu sebesar Rp
5.625.000 dan biaya terendah adalah biaya pembelian peralatan budidaya sebesar Rp 500.000. Pembelian rakit adalah pengeluaran terbesar pada biaya konstruksi
KJA 6 kotak yaitu sebesar Rp 1.800.000. Rataan komponen biaya KJA 6 kotak dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Komponen Biaya Investasi Ikan Kerapu Macan 6 Kotak No
Uraian dan Umur Teknis
Satuan Jumlah
Satuan Harga
Satuan Rp
Jumlah Biaya
Rp Konstruksi KJA
RakitTong Buah
18 100.000 1.800.000
1 BambuKayu
Batang 43
30.000 1.290.000
Jaring Kg
21 50.000 1.050.000
PemberatJangkar Buah
11 100.000 1.100.000
Tali Gulung
7 55.000 385.000
Sub Total 5.625.000
Peralatan Budidaya Parang
Buah 2
50.000 100.000 Serok Jaring
Buah 5
30.000 150.000 Cool Box Gabus
Buah 2
40.000 80.000 Sikat
Buah 7
10.000 70.000 Ember
Buah 5
20.000 100.000 2
Sub Total 500.000
Perahu Buah
1 1.500.000 1.500.000
3 Sub Total
1.500.000 Total
7.625.000
2. Biaya Operasional a. Biaya Tunai
1. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berkaitan langsung dengan input dan output. Biaya akan semakin besar apabila terdapat penambahan input untuk
meningkatkan output, demikian juga sebaliknya. Komponen biaya variabel budidaya ikan kerapu macan KJA di Pulau Panggang adalah biaya pembelian
benih, pakan buatan, dan pakan alami. Biaya variabel pada KJA 2 kotak adalah sebesar Rp 4.530.300. Biaya
terbesar dikeluarkan untuk pembelian bibit ikan kerapu macan. Harga bibit kerapu macan Rp 1000 sampai Rp 1500 per centimeter. Petani budidaya biasanya
membeli bibit berukuran 10-15 centimeter. Pakan alami kerapu diperoleh pembudidaya dengan mencari sendiri dengan memancing atau menjaring dan
membeli dari nelayan. Harga pakan alami di Pulau Panggang berkisar antara Rp 2000 sampai Rp
3000 per kilogram. Ikan selar adalah pakan alami yang paling sering digunakan
oleh pembudidaya karena ketersediaan yang banyak di perairan sekitar Pulau Panggang. Pada KJA 2 kotak ada penggunaan pakan buatan hanya sedikit
dikarenakan harga pakan yang mahal dibandingkan pakan alami. Harga pakan buatan pelet Rp 192.50 per bal. Rataan biaya variabel budidaya ikan kerapu
macan untuk KJA 2 kotak dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Komponen Biaya Variabel Budidaya Ikan Kerapu Macan KJA 2 Kotak
Jenis Satuan Jumlah
Satuan Harga
Satuan Rp Jumlah
Total Rp Pakan BuatanPelet
Bal 0,2
192.500 38.500 Pakan AlamiRucah
Kg 834
2.700 2.251.800 Bibit Kerapu
Ekor 200
11.200 2.240.000
Total Biaya Variabel 4.530.300
Biaya variabel yang dikeluarkan untuk KJA 4 kotak adalah sebesar Rp 8.305.600. Biaya terbesar adalah pembelian bibit ikan kerapu macan. Harga
bibit kerapu macan Rp 1000 sampai Rp 1500 per centimeter. Petani budidaya biasanya membeli bibit berukuran 10-15 centimeter. Bibit ikan kerapu macan
diperoleh dari sea farming yang berada di Pulau Semak Daun, Nuansa Ayu Karamba, dan hatchery di Gondol Bali dan Situbondo Jawa Timur.
Pakan alami kerapu diperoleh pembudidaya dengan mencari sendiri dengan memancing atau menjaring dan membeli dari nelayan. Harga pakan alami di
Pulau Panggang berkisar antara Rp 2000 sampai Rp 3000 per kilogram. Ikan selar adalah pakan alami yang paling sering digunakan oleh pembudidaya karena
ketersediaan yang banyak di perairan sekitar Pulau Panggang. Pada KJA 4 kotak petani budidaya tidak menggunakan pakan buatan pelet karena harganya yang
mahal dan ketersediaan yang sedikit di Pulau Panggang. Rataan biaya variabel budidaya ikan kerapu macan untuk KJA 4 kotak dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18 Komponen Biaya Variabel Budidaya Ikan Kerapu Macan KJA 4 Kotak
Jenis Satuan Jumlah
Satuan Harga
Satuan Rp
Jumlah Total Rp
Pakan BuatanPelet Bal
- -
- Pakan Alami
Kg 1.252
2.800 3.505.600
Bibit Kerapu Ekor
400 12.000 4.800.000
Total Biaya Variabel 8.305.600
Biaya variabel pada KJA 6 kotak adalah sebesar Rp 10.437.500. Biaya terbesar dikeluarkan untuk pembelian bibit ikan kerapu macan sebesar
Rp 6.450.000. Harga bibit kerapu macan Rp 1000 sampai Rp 1500 per centimeter. Petani budidaya biasanya membeli bibit berukuran 10-15 centimeter.
Pakan alami kerapu diperoleh pembudidaya dengan mencari sendiri dengan memancing atau menjaring dan membeli dari nelayan.
Harga pakan alami di Pulau Panggang berkisar antara Rp 2000 sampai Rp 3000 per kilogram. Ikan selar adalah pakan alami yang paling sering digunakan
oleh pembudidaya karena ketersediaan yang banyak di perairan sekitar Pulau Panggang. Pada KJA 6 kotak petani budidaya tidak menggunakan pakan buatan
pelet karena harganya yang mahal dan ketersediaan yang sedikit di Pulau Panggang. Rataan komponen biaya variabel budidaya ikan kerapu macan untuk
KJA 6 kotak dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19 Komponen Biaya Variabel Budidaya Ikan Kerapu Macan KJA 6 Kotak
Jenis Satuan Jumlah
Satuan Harga
Satuan Rp Jumlah
Total Rp Pakan BuatanPelet
Bal -
- - Pakan Alami
Kg 1.450
2.750 3.987.500 Bibit Kerapu
Ekor 600
10.750 6.450.000 Total Biaya Variabel
10.437.500
Dari hasil diatas dapat kita lihat komponen biaya variabel yang paling besar adalah biaya untuk membeli bibit ikan kerapu macan. Komponen pakan
buatanpelet pada karamba ukuran empat kotak dan enam kotak tidak ada dikarenakan jarang sekali petani di Pulau Panggang memberikan pakan buatan.
Alasan petani tidak memberikan pakan buatan antara lain adalah karena harganya yang mahal dan ketersediaannya di Pulau Panggang sedikit.
2. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang besarannya tidak berubah walaupun outputnya berubah. Komponen biaya tetap pada penelitian ini adalah biaya
perawatan karamba.. Biaya perawatan karamba adalah biaya yang digunakan untuk pembersihan waring dan perbaikan karamba.
Besarnya rataan biaya pemeliharaan untuk KJA 2 kotak sebesar Rp 70.000 dalam satu periode budidaya ikan kerapu macan, KJA 4 kotak sebesar
Rp 100.000, dan KJA 6 kotak sebesar Rp 120.000 per tahun. Biaya pemeliharaan ini dikeluarkan untuk pembersihan waring.
b. Biaya Tidak Tunai 1. Biaya Penyusutan