Tabel 3 Produksi Ikan Kerapu di Kepulauan Seribu Tahun
Produksi Kg Pertumbuhan
1994 27.856,40 -
1995 19.246,24 -30,90
1996 21.494,10 11,67
1997 23.726,50 10,38
1998 29.141,90 22,82
1999 62.491,46 114,13
2000 63.075,86 0,93
2001 36.466,34 -42,18
2002 119.100,00 226,60
2003 62.410,00 -72,78
2004 90.540,00 45,07
Rata-rata 50.504,44 15,67
Sumber : Suku Dinas Perikanan Kepulauan Seribu, 2005
Kepulauan Seribu merupakan daerah yang sangat berpotensi untuk budidaya kerapu karena memiliki pantai berkarang yang luas. Pantai dengan
karakteristik seperti ini merupakan habitat yang paling baik bagi kerapu. Menurut penelitian Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan PKSPL IPB, 2002,
potensi budidaya kerapu di Kepulauan Seribu seluas 359,49 Ha yang tersebar di Kelurahan Pulau Kelapa, Kelurahan Pulau Harapan, Kelurahan Pulau Tidung,
Kelurahan Pulau Pari, dan Kelurahan Pulau Panggang. Kondisi fisik di pulau- pulau diatas sangat baik untuk membudidayakan kerapu, terutama budidaya
dengan menggunakan Karamba Jaring Apung KJA. Pemanfaatan lahan ini diharapkan dapat menjadi alternatif mata pencaharian penduduk di Kepulauan
Seribu yang mayoritas pekerjaannya adalah nelayan tangkap.
1.2 Perumusan Masalah
Keberhasilan pengembangan budidaya ikan sangat ditentukan oleh pasokan benih yang meliputi faktor kualitas dan kuantitas. Permasalahan utama dalam
pengembangan budidaya ikan kerapu macan adalah terbatasnya benih dalam
kualitas maupun kuantitas, meskipun diantara ikan kerapu lainnya, pembenihan jenis ikan ini relatif lebih mantap. Permasalahan kedua yang dihadapi oleh
pembudidaya adalah keterbatasan modal yang membatasi untuk dilakukannya pengembangan usaha budidaya ikan kerapu macan. Pengetahuan mengenai teknik
budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA juga merupakan permasalahan yang ditemui di Pulau Panggang yang berakibat pada tidak optimalnya hasil
budidaya KJA pembudidaya. Kepulauan Seribu khususnya di Pulau Panggang memiliki prospek yang
sangat bagus untuk budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA. Sumberdaya alam berupa pantai berkarang yang merupakan habitat kerapu yang sangat baik untuk
budidaya dengan sistem KJA merupakan sebuah nilai tambah bagi perairan Kepulauan Seribu.
Meskipun memiliki prospek yang baik dan potensi sumber daya alam yang baik, budidaya kerapu dengan sistem KJA masih belum banyak dilakukan
oleh masyarakat. Budidaya ikan kerapu, khususnya ikan kerapu macan yang umumnya dilakukan oleh masyarakat Pulau Panggang masih diusahakan dalam
skala kecil. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa kendala yang dihadapi oleh masyarakat Pulau Panggang.
Kendala utama yang dihadapi oleh masyarakat adalah modal untuk menjalankan budidaya kerapu, khususnya ikan kerapu macan. Hal ini disebabkan
adanya ketakutan pihak perbankan maupun investor selaku pemilik modal mengenai tingkat keberhasilan budidaya ikan kerapu khususnya dengan sistem
KJA. Kendala yang kedua adalah ketersediaan bibit ikan kerapu macan di
Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang yang belum mampu dipenuhi oleh pihak pemasok bibit yang ada di Kepulauan Seribu.
Berdasarkan keadaan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah KJA yang ada di Pulau
Panggang saat ini layak atau tidak diusahakan jika dilihat dari aspek finansial, aspek teknis, dan aspek pasar.
Aspek finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya dan pemasukan untuk megusahakan budidaya kerapu sistem KJA sehingga dapat
diketahui apakah budidaya diatas layak atau tidak secara finansial. Aspek teknis dilakukan untuk mengetahui apakah lokasi KJA yang dipilih layak atau tidak
dilihat dari segi kondisi alam dan ketersediaan input yang digunakan dalam usaha. Aspek pasar perlu dianalisis untuk mengetahui berapa besar tingkat permintaan
dan penawaran kerapu di pasar sehingga dapat diketahui peluang pasar yang dapat diraih.
1.3 Tujuan Penelitian