Panggang juga memenuhi syarat lokasi karena memenuhi beberapa kriteria kesesuaian lahan budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA, yaitu:
a. Perairan yang terlindung dari angina dan gelombang besar. b. Kedalaman perairan 10 meter sesuai dengan budidaya sistem KJA.
c. Dasar perairan yang berkarang dan berpasir yang merupakan habitat alami dari ikan kerapu macan.
d. Letak lokasi yang tidak mengganggu jalur pelayaran. e. Relative dekat dengan sumber pakan alami rucah
f. Sarana transportasi yang tersedia. g. Kecepatan arus 0,15-0,40 mdetik, kecerahan 6 meter, salinitas 32 persen, DO
7,03 mgl, dan pH 8,21.
6.2.2 Teknik Budidaya Ikan Kerapu dengan Sistem KJA
6.2.2.1 Persiapan Wadah Pemeliharaan
Dalam satu unit KJA terdiri dari empat waringkotak sebagai wadah pemeliharaanpembesaran ikan. Media yang digunakan adalah jaring yang terbuat
dari bahan polyethylen dengan bukaan jaring mesh size dua inci. Ukuran waring yang digunakan adalah 3.5 x 3.5 x 3.5 meter per kotak. Persiapan pembudidaya
dalam persiapan wadah dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Persiapan Wadah Karamba Jaring Apung
6.2.2.2 Penebaran Bibit
Bibit kerapu macan yang digunakan dalam usaha budidaya di Pulau Panggang berasal dari sea farming Pulau Semak Daun, Nuansa Ayu Karamba,
Gondol Bali, dan Situbondo Jawa Timur. Bibit yang ditebar rata-rata berukuran 11-15 cm. Penebarannya dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat
suhu air tidak terlalu tinggi. Penebaran bibit pada pagi atau sore hari yang dilakukan petani budidaya telah sesuai dengan aturan yang dianjurkan untuk
budidaya ikan kerapu macan. Jumlah bibit yang ditebar adalah dua ratus ekor per kotak sehingga
kepadatan ikan sesuai dengan standar padat tebar ikan yang disarankan. Sebelum bibit ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama tigapuluh menit. Proses
aklimatisasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Proses Aklimatisasi Ikan Kerapu Macan
6.2.2.3 Pemberian Pakan
Petani budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang memberikan pakan rucah dua kali dalam satu hari pada pagi hari pada pukul 08.00-09.00 WIB dan
pada sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar yang dibeli atau didapatkan petani dari hasil mencari sendiri. Dosis
pakan rucah yang diberikan petani tidak terukur dengan baik. Pembudidaya memberikan pakan berdasarkan penglihatan mereka di karamba. Apabila ikan
sudah tidak antusias dalam memakan pakan yang diberikan, maka pembudidaya akan berhenti memberikan rucah. Petani tidak membandingkan antara biomassa
ikan dan jumlah pakan yang diberikan sehingga jumlah pakan yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Hal ini menyebabkan tidak
efisiennya jumlah pakan yang diberikan kepada ikan. Aturan pemberian pakan
ikan rucah untuk ikan kerapu dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Aturan Pemberian Pakan Ikan Rucah Untuk Ikan Kerapu Macan Ukuran Ikan g
Ransum Harian BT Frekuensi Harian
5-10 15-20
3-4 10-50
10-15 2-3
50-150 8-10
1-2 150-300
6-8 1
300-600 4-6
1
Sumber: Sih-Yang Sim et all, 2005 Keterangan : Berat Tubuh
Selain itu pakan yang seharusnya digunting untuk memperkecil ukurannya hanya dicincang secara kasar oleh pembudidaya. Hal ini mengakibatkan banyak
rucah yang belum terpotong dengan sempurna sehingga ukurannya tidak sesuai dengan besar bukaan mulut ikan yang dibudidaya. Pakan alami rucah yang
diberikan oleh pembudidaya dapat dilihat pada Gambar 11. Penambahan mulitivitamin yang bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
ikan terhadap penyakit sangat jarang dilakukan oleh petani. Pemberian obat hanya dilakukan pada saat terdapat ada ikan yang sakit atau mati untuk mencegah ikan
yang lain tertular penyakit yang sama.
Gambar 11 Pakan Alami Rucah Ikan Kerapu Macan Petani pembudidaya juga tidak menghitung pertambahan bobot tubuh ikan
berdasarkan jumlah pakan yang diberikan rasio konversi pakanFCR. FCR ini dihitung untuk melihat apakah jumlah pakan yang diberikan sebanding dengan
laju pertambahan bobot ikan sehingga dapat diketahui apakah pemberian pakan yang diberikan telah efisisen atau belum. FCR dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut.
ikan berat
n pertambaha
Total dikonsumsi
yang pakan
Total FCR
=
Pada KJA dua kotak rata-rata total pakan yang diberikan 4,17 Kg per ekor dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8 Kg.
Maka FCR ikan pada KJA dua kotak adalah 5,28. KJA empat kotak rata-rata total pakan yang diberikan 3,13 Kg per ekor
dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8 Kg. Maka FCR ikan pada KJA dua kotak adalah 3,96.
Pada KJA enam kotak rata-rata total pakan yang diberikan 2,42 Kg per ekor dan bobot awal ikan rata-rata 0,01 Kg per ikan dan bobot pada saat panen 0,8
Kg. Maka FCR ikan pada KJA dua kotak adalah 3,06. Pada penelitian ini tidak dapat dibandingkan FCR antara ikan kerapu
macan dengan pakan rucah dan pelet sebagai perbandingan efektifitas pakan antara rucah dan pelet karena pembudidaya di Pulau Panggang jarang sekali
memberikan pelet pada ikan kerapu macan.
6.2.2.4 Penyortiran Sampling