Kepulauan Seribu, khususnya Pulau Panggang yang belum mampu dipenuhi oleh pihak pemasok bibit yang ada di Kepulauan Seribu.
Berdasarkan keadaan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kelayakan usaha untuk mengetahui apakah KJA yang ada di Pulau
Panggang saat ini layak atau tidak diusahakan jika dilihat dari aspek finansial, aspek teknis, dan aspek pasar.
Aspek finansial dilakukan untuk mengetahui besarnya biaya dan pemasukan untuk megusahakan budidaya kerapu sistem KJA sehingga dapat
diketahui apakah budidaya diatas layak atau tidak secara finansial. Aspek teknis dilakukan untuk mengetahui apakah lokasi KJA yang dipilih layak atau tidak
dilihat dari segi kondisi alam dan ketersediaan input yang digunakan dalam usaha. Aspek pasar perlu dianalisis untuk mengetahui berapa besar tingkat permintaan
dan penawaran kerapu di pasar sehingga dapat diketahui peluang pasar yang dapat diraih.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA di Pulau Panggang ditinjau dari:
1. Aspek finansial 2. Aspek pasar
3. Aspek teknis 4. Analisis sensitifitas
5. Analisis dampak terhadap lingkungan
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi : a. Masyarakat Pulau Panggang sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan
usaha maupun pengembangan usaha budidaya kerapu macan. b. Calon investorpengusaha sebagai bahan pertimbangan sebelum berinvestasi
pada usaha budidaya kerapu macan dengan sistem KJA. c. Pihak pihak yang terkait khususnya Suku Dinas Perikanan Kepulauan Seribu
untuk membantu mengatasi kendala-kendala yang dihadapi oleh masyarakat Pulau Panggang dalam usaha budidaya ikan kerapu macan dengan sistem
KJA.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian yang dilakukan hanya pada ruang lingkup budidaya ikan kerapu macan dengan sistem KJA berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan
diatas. Penelitian ini tidak menganalisis karamba Jaring tancap KJT yang juga terdapat di Pulau Panggang dikarenakan KJT telah dilarang penggunaannya oleh
Pemerintah Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. KJT dilarang karena keberadaannya yang terlalu dekat dengan pantai dan konstruksinya yang
menancap langsung ke dasar perairan sehingga menyebabkan rusaknya terumbu karang dan mengganggu jalur kapal bersandar.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perikanan Laut di Indonesia
Secara garis besar, perikanan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya baik di darat maupun di laut.
Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang melakukan penangkapan terhadap hewan air dan tumbuhan air. Perikanan budidaya adalah kegiatan
ekonomi yang melibatkan manusia dalam membudidayakan hewan dan tumbuhan air.
Menurut DKP 2005, sumberdaya perikanan di Indonesia dibagi menjadi dua wilayah perairan yaitu : 1 Perairan barat yang meliputi perairan : Selat
Malaka, timur Sumatera, Laut Jawa, Laut Cina Selatan, dan timur Kalimantan; 2 Perairan timur yang meliputi perairan: Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara,
dan Laut Banda. Karakteristik perairan barat Indonesia ditandai dengan perairan yang subur
banyak terdapat fitoplankton, dangkal dan sumberdaya ikan yang dominan adalah ikan demersal dan pelagis kecil. Ikan pelagis besar hanya terdapat di barat
Sumatera, selatan Jawa, dan Selat Makassar. Di perairan timur Indonesia, ikan yang dominan adalah ikan pelagis besar. Akibat dari over fishing, saat ini jumlah
ikan di perairan barat Indonesia lebih rendah dibandingkan perairan timur. Daerah lain yang mengalami over fishing adalah perairan utara Jawa, Selat Malaka, dan
Selat Bali. Pada perairan timur Indonesia hanya udang saja yang telah diekplorasi dalam jumlah besar, seperti di perairan Laut Arafura dan Papua.
2.2 Biologi Ikan Kerapu Macan Epinephelus fuscoguttatus