Identifikasi Potensi Peserta Didik

dengan jenis pekerjaan yang cocok untuk yang bersangkutan ketika mereka memilih pekerjaan. Guna penyaluran peserta didik pada organisasi peserta didik, maka pada bagian ini akan dikedepankan tentang: 1 identifikasi potensi peserta didik, 2 pengaturan kegiatan ekstra kurikuler, dan 3 pengaturan kegiatan ekstra kelas, 4 mengatur kegiatan ekstra kurikuler, dan 5 mengatur organisasi pemerintahan peserta didik.

1. Identifikasi Potensi Peserta Didik

Salah satu alat teropong terhadap potensi peserta didik adalah tes intelegensia. Jenis kapabilitas apakah yang dapat dijaring dari tes intelegensi ini? Tentu saja kapabilitas yang bersifat umum, yang lazim disebut dengan kecerdasan atau IQ. Tes IQ lazimnya dirancang untuk memastikan kemampuan-kemampuan intelektual kandidat. Jenis kemahiran yang dijaring, selain meliputi kemampuan verbal, kemampuan berhitung numerical, kecepatan perceptual, penalaran induktif, penalaran deduktif, visualisasi ruang dan ingatan memori. Robbins 1995 sangat bagus ketika memerikan berbagai dimensi kemampuan yang berkenaan dengan IQ ini, dalam kaitannya dengan contoh pekerjaan yang cocok untuknya, sebagaimana pada tabel 6.1. Tabel 4.2. Dimensi Kemampuan Intelektual DIMENSI PEMERIAN CONTOH PEKERJAAN Kecerdasan numeris Pemahaman verbal Kemampuan untuk berhitung dengan cepat dan tepat Kemampuan memahami apa yang dibaca atau yang didengar serta hubungannya dengan kata satu sama lain Akuntan: Menghitung pajak penjualan pada seperangkat barang Manajer publik: Mengikuti kebijakan koorporasi 156 Kecepatan perseptual Penalaran induktif Panalaran deduktif Visualisasi ruang Ingatan Kemampuan mengenali kemiripan dan beda visual dengan cepat dan tepat Kemampuan mengenali urutan logis dalam suatu masalah dan kemudian memecahkannya Kemampuan menggunakan logika dan menilai aplikasi dari suatu argumen Kemampuan membayangkan bagaimana suatu obyek akan tampak seandainya posisinya dalam ruangan diubah Kemampuan menahan dan mengenang kembali pengalaman masa lalu Penyelidik kebakaran: Mengenali petunjuk untuk mendukung tuduhan arson Peneliti pasar:Meramalkan permintaan sekian suatu produk dalam kurun waktu berikutnya Penyelia: Memilih antara dua saran yang berlainan yang dikemukakan karyawan Dekorator interior: Mendekorasi suatu ruang Juru jual: Mengingat nama- nama pelanggan Sumber: Robbin, Stephen. 1995. Organizational Behavior: Cocept, Strategy, Kontrovercy. New York: McGraw Hill Book Company. Selain kapabilitas yang menyangkut kecerdasan, beberapa sekolah elitis juga menggunakan seleksi yang mengarah pada aspek minat kandidat. Aspek minat ini sangat penting, karena lazimnya berkaitan dengan kadar ketertarikan kandidat terhadap sekolah yang dimasuki. Dengan tes minat ini akan sekaligus diketahui, seberapa yang bersangkutan memang punya ketertarikan terhadap sekolah yang akan dimasuki. Minat menunjuk kepada ketertarikan seseorang pada bidang tertentu, disiplin ilmu tertentu dan vokasi tertentu, tanpa 157 dikaitkan dengan seberapa imbalan yang akan ia dapatkan manakala bekerja pada vokasi dan bidang tersebut. Dengan demikian, jika seseorang masuk sekolah tertentu, memilih disiplin ilmu tertentu dan vokasi tertentu, tetapi dikaitkan dengan imbalan yang akan ia dapatkan, berarti tidak mempunyai minat yang murni terhadap pilihannya, melainkan dipengaruhi oleh imbalan dan atau reward yang bermaksud ia raih. Ini dipandang kurang etis, meskipun diperbolehkan dalam bingkai hak asasi, karena karakteristik kepribadian demikian ini mudah eksodus dari tempat kerjanya, hanya karena mengejar aspek reward yang mungkin tidak memadai menurut ukurannya. Beberapa lembaga pendidikan elitis lain, juga mencoba menyeleksi kandidat peserta didik dari aspek kepribadian. Sebab, secara empiris, karakteristik kepribadian ini relevan dengan tingkat kecocokan dan kebahagiaan yang bersangkutan secara prikologis terhadap vokasi yang akan dijalani dan dipilih. Ada beberapa karakteristik kepribadian yang tidak cocok dengan pekerjaaan tertentu, tetapi sangat cocok untuk jenis pekerjaaan yang lain. Oleh karena itu, jika sekolah tersebut mengarah pada vokasi tertentu, dengan sendirinya karakteristik kepribadian yang demikian ini patut menjadi pertimbangan. Kalau tidak, akan membawa masalah bagi yang bersangkutan setelah bekerja kelak; pada hal yang bersangkutan sudah terlanjur mendalami pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan vokasi tersebut. Robbin 1995 sangat bagus ketika memberikan peta karakteristik kepribadian yang dikaitkan dengan jenis pekerjaan yang cocok, sebagaimana pada tabel 6.2. 158 Tabel 4.3. Karakteristik Kepribadian, Kaitannya dengan Jenis- jenis Vokasi yang Cocok TIPE- IPE KEPRIBADIAN KARAKTERISTIK VOKASI KEPRIBADIAN KONGRUEN Realistis: Lebih menyukai kegiatan fisik yang menuntut ketrampilan, kekuatan dan koordinasi. Menyelidik: Lebih menyukai kegiatan yang melibatkan pemikiran, organisasi dan pemahaman. Sosial: Lebih menyukai kegiatan yang melibatkan bantuan dan pengembangan orang lain. Konvensional: Lebih menyukai aturan-aturan, tertib dan kegiatan tak kembar arti. Pengusaha: lebih menyukai kegiatan verbal, di mana ada kesempatan mempengaruhi orang dan meraih kekuasaan. Artistik: Lebih menyukai kegiatan kembar arti dan tak sistematis yang memungkinkan ungkapan kreatif. Pemalu, tulus, tekun, mantap, patuh dan praktis. Analis, orsinil dan ingin tahu. Senang bergaul, ramah, kooperatif dan memahami. Patuh, efisien, praktis, tak emajinatif dan tak luwes. Percaya diri, ambisius, energik dan menguasai. Emajinatif, tak tertib, idealis, emosional dan tak praktis. Montir, operator, pekerja lini perakitan dan petani Biolog, ekonom, matematikawan dan wartawan berita. Pekerja sosial, guru, penyuluh dan psikolog klinis. Akuntan, manajer koorporasi dan kasir bank. Pengacara, agen real estate, spesial humas, manajer bisnis kecil. Pelukis, musisi, pengarang dan dekorator interior Sumber: Robbin, Stephen. 1995. Organizational Behavior: Cocept, Strategy, Kontrovercy. New York: McGraw Hill Book Company.

2. Mengelola Kegiatan Ekstrakurikuler