5. Siswa mendengarkan amanat dari pembina upacara dengan baik.
F. Administrasi dan Kelas
1. Siswa diwajibkan melunasi uang sumbangan pendidikan
selambat-lambat tanggal 10 setiap bulan.
2. Siswa wajib menyiapkan administrasi kelas. 3. Siwa wajib menjaga kebersihan kelas dan mengatur kelas
dengan Membentuk piket kelas secara bergantian.
4. Petuga piket wajib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-
baiknya.
5. Ketua kelas wajib mengatur dan mengawasi petugas harian
kelas.
6. Siswa memasuki atau keluar dari kelas melewati pintu, tidak
boleh melompat jendela.
7. Siswa tidak boleh duduk dan atau berdiri di meja. 8. Siswa wajib menjaga dan mengatur ketertiban kelas masing-
masing.
9. Ketua kelas bertanggung jawab terlaksananya kegiatan kelas
SANKSI PELANGGARAN TATA TERTIB
Pelanggaran tata tertib mendapat sanksi atau hukuman. Setiap jenis pelanggaran mendapat skor yang dijumlahkan secara
akumulasi, sejak siswa masuk SLTP 5 Yogyakarta. Jika telah mencapai skor tertentu siswa mendapat sangksi :
1. Peringatan lisan.
122
2. Peringatan tertulis dan siswa membuat surat pernyataan pertama.
3. Siswa membuat surat pernyataan kedua dan orang tua mendapat surat panggilan pertama.
4. Siswa membuat surat pernyataan ketiga dan skorsing selama tiga hari serta orang tua mendapat surat panggilan kedua.
5. Siswa membuat surat pernyataan keempat dan skorsing selama enam hari serta orang tua mendapat surat panggilan
ketiga. 6. Orang tua mendapat surat panggilan keempat dan siswa
diserahkan kepada orang tua atau dikeluarkan.
123
DAFTAR PUSTAKA
Achols, John. 1984. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta PT Gramedia. Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa. Jakarta:
Rajawali Pers. Djajadisastra, Joesoef. 1977. Administrasi Pendidikan. Bandung:
Proyek Balai Pendidikan Guru Tertulis Jawa Barat Depdikbud. Getzel, Jacob W. 1958. Administration as A Social Process dalam
Halpin, Adminis-trative Theory in Education. Chicago: University of Chicago.
Good, V. Carter. 1959. Dictionary of Education. New York: McGraw- Hill Book Company.
Greider, Calvin, Truman M. Pierce and William Everest Rosentengel. 1961. Public School Administration. New York: Ronald Press
Co. Imron, Ali. 1993. Profesi Keguruan. Malang: IKIP Malang.
Imron, Ali. 2001. Manajemen Peserta Didik: Masalah dan Alternatif Pemecahannya. Jurnal Ilmu Pendidikan. Malang: Universitas
Negeri Malang. Imron, Ali. 2005. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta:
DP3M Depdiknas. Indrakusuma, Amir Daien. 1987. Administrasi Kesiswaan. Malang:
Jurusan AP FIP IKIP Malang Katz, Joseph, et. Al. 1973. Services of Student. San Fransisco:
Jossey-Bass Inc. Knezevich, Stephen J. 1961. Administration of Public Education. New
York: Harper and Brothers Publisher. Ragan, Wiliam B. 1966. Modern Elementary Curriculum. New York:
Holt, Rinehart and Wiston.
124
Sahertian, Piet A. 1982. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Malang: Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP
Malang. Smith, Edward W., Stanley W. Krause J.R. and Mark M Atkitson.
1965. The Educator’s Encyclopedia. New York: Prentice-Hall, Inc.
Sutopo, Hendyat. 1982. Dasar-dasar Administrasi Pendidikan. Malang: Departemen Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang.
Tahelele, J.F. 1975. Kepemimpinan Pendidikan. Malang: Sub Proyek Penulisan Buku Pelajaran, Proyek P3T IKIP Malang.
Terry, George R. 1960. Principles of Management. Homewood-Illinois Richard D. Irwin, Inc.
The Liang Gie. 1972. Kamus Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945 dan Perubahannya.
Jakarta: Penebar Ilmu. Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Yeager, William A. 1994. Administration and The Pupil. New York:
Harper and Brothers
125
BAB IV PENGATURAN PENGELOMPOKAN, SISTEM TINGKAT, DAN
ORGANISASI PESERTA DIDIK
A. Pengaturan Pengelompokan Peserta Didik 1. Urgensi Pengelompokan
Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai
kesamaan, juga mempunyai perbedaan. Kesamaan-kesamaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran penempatan pada
kelompok yang sama, sementara perbedaan-perbedaan yang ada pada peserta didik melahirkan pemikiran pengelompokan mereka
pada kelompok yang berbeda. Jika perbedaan antara peserta didik satu dengan yang lain
dicermati lebih mendalam, akan didapati perbedaan antara individu dan perbedaan intra individu. Yang pertama berkenaan dengan
berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-
masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang studi.
Perbedaan antar peserta didik dan intra peserta didik ini mengharuskan layanan pendidikan yang berbeda terhadap mereka.
Oleh karena layanan yang berbeda secara individual demikian dianggap kurang efisien, maka dilakukan pengelompokan
berdasarkan persamaan dan perbedaan peserta didik, agar kekurangan pada pengajaran secara klasikal dapat dikurangi. Dengan
perkataan lain, pengelompokan adalah konvergensi dari pengajaran sistem klasikal dan sistem individual.
126