Bapak Pimpinan Cabang
“Prosesnya cepat dan mudah. Kalau dokumen dan persyaratannya sudah lengkap dan memenuhi persyaratan, satu dua hari langsung diproses. Jadi
intinya proses administrasinya tidak rumit. Mengenai biaya kami juga menetapkannya sesuai standar, tidak ada biaya tambahan atau yang
dilebih-lebihkan.”
Debitur KUR Bapak Katiyo
“Saya rasa cukup mudah dan cepat. Mungkin yang agak lama waktu mengecek keadaan usaha saya untuk mempertimbangkan kelayakannya.”
Berdasarkan jawaban dari para responden mengenai proses administrasi
yang dilakukan oleh BRI Cabang Stabat dalam pelaksanaan KUR dapat kita lihat bahwa proses tersebut sudah baik. Hal ini bisa ditinjau dari hal kemudahan dan
kecepatannya serta tidak berbelit-belit dan membingungkan debitur. Melihat kutipan jawaban-jawaban dari para informan di atas serta berbagai
penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat kita ketahui bahwa disposisi yang dimiliki oleh pegawai BRI Cabang Stabat dalam pelaksanaan KUR
sudah sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari kejujuran, disiplin, komitmen, dan sikap untuk melayani dari para pegawai yang terlibat dalam pelaksanaan KUR
tersebut.
4.1.4. Struktur Organisasi
KUR lahir sebagai respons dari Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 Tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah khususnya di bidang Reformasi Sektor Keuangan. Instruksi Presiden tersebut ditindaklanjuti dengan ditandatanganinya
Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah, Lembaga Penjaminan, dan Perbankan pada tanggal 09 Oktober 2007 sebagaimana kemudian diubah dengan
Universitas Sumatera Utara
addendum pada tanggal 14 Mei 2008 tentang Penjaminan KreditPembiayaan kepada UMKM dan Koperasi atau yang lebih populer dengan istilah Kredit Usaha
Rakyat KUR. Dalam Nota Kesepahaman tersebut, pihak perbankan ditunjuk oleh Pemerintah sebagai pihak yang menyalurkan KUR yaitu sebagai pihak yang
melakukan penilaian kelayakan usaha dan memutuskan pemberian kreditpembiayaan sesuai ketentuan yang berlaku pada lembaga bank.
Penulis ingin mengetahui bagaimana mekanisme prosedur atau Standar Operasional Prosedur SOP BRI Cabang Stabat dalam melakukan penilaian
kelayakan usaha dan pemberian kreditpembiayaan KUR. Untuk itu penulis mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bapak Pimpinan Cabang, Bapak
Account Officer KUR, Ibu Petugas Administrasi Kredit dan beberapa orang debitur KUR.
Pertanyaan pertama yaitu mengenai tahapan yang harus dilalui oleh calon debitur KUR untuk memperoleh pinjaman KUR. Pertanyaan tersebut diajukan
penulis kepada Bapak Pimpinan Cabang, Bapak Account Officer KUR, Ibu Petugas Administrasi Kredit, dan beberapa orang debitur KUR. Berikut ini
kutipan jawaban dari Bapak Account Officer KUR. “Tahapannya adalah calon debitur datang ke bank mengajukan
permohonan secara tertulis, lalu kemudian melengkapi dokumen yang dipersyaratkan. Kemudian kami analisis dan apabila memenuhi kriteria
dan layak untuk diberikan pinjaman, maka akan diputuskan oleh Pimpinan Cabang dan selanjutnya akan dicairkan dananya.”
Berdasarkan jawaban dari para informan yang penulis wawancarai,
diketahui bahwa tahapan-tahapan yang harus dilalui oleh para calon debitur KUR adalah dimulai dengan melengkapi surat-surat dan syarat-syarat untuk melakukan
pinjaman, kemudian pihak BRI melakukan penilaian kelayakan, dan apabila layak
Universitas Sumatera Utara
maka diputuskan oleh Pimpinan Cabang bahwa usaha tersebut layak untuk dibiayai. Dari wawancara penulis dengan para debitur, tidak terdapat adanya
keluhan dari para debitur mengenai tahapan-tahapan tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa tahapan-tahapan pengajuan kredit tersebut mudah dan
tidak berbelit-belit. Selanjutnya penulis bertanya mengenai analisis kredit yang dilakukan oleh
BRI Cabang Stabat dalam proses pemberian KUR. Berikut ini disajikan kutipan jawaban dari salah satu informan mengenai pertanyaan tersebut.
Bapak Account Officer KUR
“Kami memakai prinsip 5C of Credit yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition of Economy. Kami memeriksa semua poin ini
dengan cermat. Tapi yang teristimewa bagi kami dan menjadi patokan kami dalam menilai ada dua, yaitu yang pertama adalah karakter si
debitur dan yang kedua adalah kapasitas usahanya. Walaupun yang ketiga lainnya juga penting, namun yang paling penting adalah karakter dan
kapasitas tadi. Karena dengan karakter tadi, apabila suatu saat kreditnya macet, kita bisa melakukan pendekatan secara personal terhadap debitur
tersebut untuk melunasi pinjamannya. Jika mereka bisa disentuh secara personal, mudah-mudahan risiko macet itu akan kecil.”
Selanjutnya, berdasarkan jawaban dari Bapak Account Officer KUR di atas
mengenai analisis kredit, maka penulis tertarik untuk mengetahui sedikit tentang bagaimana menilai risiko dan kapasitas serta karakter debitur. Maka beliau
menjelaskan bahwa risiko dapat dilihat dari besarnya jumlah pinjaman dibandingkan dengan besar usaha yang menjadi jaminan. Sedangkan kapasitas
diketahui dengan cara menilai besarnya skala usaha dan memperkirakan kesanggupan calon debitur untuk melunasi kreditnya. Untuk menilai karakter, hal
itu dapat dilihat dari sisi personal calon debitur. Suatu usaha yang akan dibiayai oleh Kredit Usaha Rakyat benar-benar
diperhitungkan untuk mendapatkan gambaran tentang seberapa besar dana yang
Universitas Sumatera Utara
dapat dipinjamkan kepada debitur. Berikut ini adalah foto dari usaha rumah makan salah satu debitur KUR BRI Cabang Stabat.
Berdasarkan jawaban dari informan di atas, dapat kita ketahui bahwa BRI Cabang Stabat sudah memiliki standar operasional prosedur dalam melakukan
analisa kredit sebelum kredit tersebut diputuskan. Aspek penilaian yang paling ditekankan dalam analisis kredit yang dilakukan oleh BRI Cabang Stabat adalah
Karakter dari calon debitur dan kapasitas usaha yang hendak dibiayai tersebut. Dengan karakter yang baik dari calon debitur diharapkan calon debitur tersebut
memiliki kesadaran untuk melunasi pinjamannya sedangkan kapasitas usaha menunjukkan seberapa besar dana yang boleh dipinjamkan kepada calon debitur.
Analisis kredit inilah yang menjadi salah satu penyebab sampai saat ini tidak ada KUR yang macet pada BRI Cabang Stabat.
Gambar 4.5. Usaha Rumah Makan Salah Satu Debitur KUR BRI Cabang
Sumber: Penelitian Tahun 2013
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya penulis ingin mengetahui mengenai bagaimana kebijakan yang diberlakukan oleh BRI Cabang Stabat terhadap debitur yang bermasalah
kreditnya macet dan debitur yang kreditnya lancar. Oleh sebab itu penulis meminta keterangan dari Bapak Pimpinan Cabang, Account Officer KUR, Petugas
Administrasi Kredit, dan beberapa debitur KUR. Dan berikut ini disajikan kutipan jawaban beberapa informan tersebut.
Bapak Pimpinan Cabang
“Bagi yang kreditnya macet atau bermasalah, yang pertama dilakukan adalah ditegur dan dilakukan pembinaan. Tapi kalau sampai called ke 4
tidak dilunasi juga, kami akan melakukan klaim ke lembaga penjaminan. Jadi pada intinya kami minta pengertian dari mereka debitur kalau tidak
ditanggapi juga ya kami klaim ke lembaga penjamin.” Selanjutnya penulis menyisipkan pertanyaan mengenai penyitaan, dan
Bapak Pimpinan Cabang menjawab sebagai berikut “Sampai saat ini belum ada yang pernah disita, karena memang belum
ada debitur yang bermasalah. Tapi jika mungkin nanti ada yang bermasalah, saya rasa tidak akan sampai kepada tahap penyitaan. Waktu
itu memang ada satu debitur yang agak macet, tapi akhirnya bisa dilunasinya juga. Mungkin karena kami benar-benar memeriksa debitur
dengan cermat pada saat analisis kredit sehingga tidak ada yang sampai bermasalah. Tapi yang saya lihat, masyarakat di Langkat ini masih ada
rasa tanggung jawabnya dan juga rasa malu. Jadi didekati secara pribadi saja sudah bisa.”
“Untuk debitur yang kreditnya lancar, kami menyediakan opsi untuk meningkatkan kreditnya kepada jenis kredit komersial dengan plafon yang
lebih besar.”
Bapak Account Officer KUR
“Jika ada debitur yang kreditnya macet atau bermasalah, kebijakan pertama yang akan kami lakukan adalah mendekati secara personal. Kita
dekati secara baik-baik dan untuk selanjutnya apabila tidak ditanggapi juga, maka kami melakukan klaim kepada Askrindo atau Jamkrindo untuk
mengurangi risiko beban yang ditanggung bank. Tapi sebenarnya jika memang si debitur memanfaatkan kredit yang diperolehnya secara baik-
baik dan memang menggunakannya untuk tujuan usaha, ditambah lagi dengan pengelolaan usah yang benar, saya yakin risiko kerugian itu akan
sangat kecil. Tapi memang selain itu ada juga faktor-faktor lain yang tak terduga yang memang tidak bisa kita elakkan.”
Universitas Sumatera Utara
“Jika kreditnya lancar, kami akan memberikan masukan dan pembinaan pada mereka tentang bagaimana pengembangan usaha mereka ke
depannya. Bisa juga ditingkatkan menjadi kredit komersial. Walaupun istilahnya kami hanya sekedar melakukan guidance kepada mereka, tapi
saya rasa mereka sangat senang dan menganggap itu sebagai sebuah penghargaan.”
Berdasarkan jawaban dari para informan di atas diketahui bahwa apabila
terjadi kredit macet atau bermasalah, maka pihak BRI Cabang Stabat akan melakukan penagihan dan pembinaan. Namun apabila debitur tetap tidak sanggup
melunasi, maka pihak BRI Cabang Stabat akan melakukan klaim kepada lembaga penjamin kredit untuk meminimalkan beban bank. Sedangkan bagi yang kreditnya
lancar, debitur dapat meningkatkan kreditnya menjadi jenis kredit komersial. Yang terakhir, penulis ingin mengetahui mengenai apakah ada agunan
tambahan yang diberikan BRI Cabang Stabat terhadap debitur. Mengingat yang beredar selama ini bahwa KUR tidak memiliki agunan. Untuk itu penulis meminta
konfirmasi hal ini kepada Pimpinan Cabang, Account Officer KUR, Petugas Administrasi Kredit serta meminta tanggapan dari para debitur KUR. Berikut
kutipan jawaban dari beberapa informan tersebut.
Bapak Pimpinan Cabang
“Agunan pokok dari KUR adalah usaha itu sendiri. Tapi kami juga ada beberapa mengenakan agunan tambahan. Tap ingat ya, itu tidak wajib,
case by case saja. Kami kan melihat kondisi si peminjam, kalau sekiranya berisiko, ya kami minta agunannya. Tapi sekali lagi, itu tidak wajib.
Agunan itu bukan untuk apa-apa, hanya untuk menumbuhkan tanggung jawab moral dari si debitur agar ia merasa telah meminjam dan harus
dikembalikan.”
Bapak Account Officer KUR
“Agunan pokok adalah usaha itu sendiri. Kami memberlakukan agunan tambahan, tapi tidak wajib untuk dipenuhi, misalnya tanah atau bangunan
atau yang lainnya, dan itu pun bukan menjadi syarat yang mengikat. Dari pemerintah sendiri melalui lembaga penjamin kredit sudah menjamin
sebanyak 70 sehingga saya rasa itu sudah cukup untuk mengcover
Universitas Sumatera Utara
pinjaman apabila macet. Tapi saya terangkan di sini bahwa persepsi kalian tentang agunan mungkin berbeda dengan kami. Agunan itu tetap
harus disertakan, tapi tidak harus mengcover sampai dengan total plafon kredit. Karena menurut saya, jika 5C tadi sudah terpenuhi, mudah-
mudahan tidak ada yang macet. Intinya agunan tambahan itu bukan sesuatu yang wajib dan pokok, tapi hanya sebagai pengikat moral bagi
debitur agar mereka sadar bahwa mereka sedang meminjam.” Berdasarkan jawaban dari beberapa informan di atas, kita ketahui bahwa
agunan tambahan bukanlah sesuatu yang wajib. Menurut pihak BRI Cabang Stabat, agunan tambahan yang diberlakukan kepada debitur hanya berfungsi
sebagai pengikat moral kepada debitur agar debitur tahu bahwa ia sedang meminjam. Lagi pula, pemberlakuan agunan tambahan tersebut tidak diterapkan
kepada seluruh debitur melainkan hanya beberapa debitur yang dinilai berisiko. Melihat kutipan jawaban-jawaban dari para informan dan penjelasan-
penjelasan sebelumnya, maka dapat dilihat bahwa struktur organisasi berupa standar operasional prosedur sudah dimiliki oleh BRI Cabang Stabat dalam
pelaksanaan KUR dan standar operasional tersebut telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sesuai ketetapan.
Universitas Sumatera Utara
BAB V ANALISIS DATA