Aspek–Aspek Strategi Coping
29
mungkin memperoleh manfaat dari expressive writing sebagai mekanisme coping.
Selain itu, menurut Pontoski dalam Intan Imannawati, 2013 expressive writing merupakan sebuah pengungkapan emosi, pengungkapan
pengalaman dari peristiwa traumatis yang dianggap untuk membantu orang mengatur, menghadapi dan membuat makna keluar dari pengalaman, hingga
akhirnya mengarah mereka mengatasi masalah atau pengalaman traumatis. Farida Harahap dalam Intan Imannawati, 2013 menyatakan bahwa
manfaat expressive writing adalah: a. Mengeksternalisasi masalah, sehingga individu dapat mengekpresikan
emosinya secara tepat, meningkatkan insight, mengurangi munculnya gejala-gejala negatif.
b. Meningkatkan motivasi untuk berubah, melalui tulisan individu dapat belajar menganalisis kesalahan sehingga individu memiliki motivasi
untuk berubah menjadi individu yang lebih baik. c. Mengurangi rasa frustasi karena keinginan yang tak terpenuhi atau tidak
tercapai. Individu dapat mencurahkan perasaan negatifnya melalui tulisan agar individu memiliki emosi positif, berpikir rasional, dapat
berkartasis dan meredakan perasaan individu. d. Refleksi diri. Individu mengalami proses merenung, menganalisis
tulisannya sehingga individu dapat melihat apa yang terjadi dalam dirinya dan memperbaiki menjadi lebih baik.
30
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik expressive writing dapat digunakan dalam kegiatan bimbingan dan
konseling. Menulis ekspresif dapat digunakan dalam kegiatan bimbingan di kelas atau klasikal. Tujuan akhir dari expressive writing sebagai teknik
dalam bimbingan dan konseling adalah meningkatkan keterampilan menuliskan masalah siswa, siswa menjadi belajar lebih terbuka terhadap diri
sendiri, siswa secara bebas dapat mengekspresikan perasaannya, siswa dapat menerimadiri apa adanya, mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam
menghadapi masalah,. Oleh karena itu expressive writing bermanfaat bagi peningkatan strategi coping menyelesaikan masalah pada siswa.