Kerangka Berfikir KAJIAN TEORI

52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian tindakan kelas atau classroom action research. Menurut Kemmis Taggart Sukardi, 2003: 210 “Action research is the way group of people can organize the conditions under which they can learn from their own experiences and make their experience to others” yaitu dengan kata lain penelitian tindakan merupakan cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasikan suatu kondisi sehingga dapat mempelajari pengalaman dan membuat pengalaman tersebut dapat dipelajari oleh orang lain. Elliot Nurul Zuriah, 2001: 66 berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah kajian tentang situasi sosial dengan maksud meningkatkan kualitas kegiatan di dalamnya, seluruh prosesnya meliputi telaah, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan. Berdasarkan dua pendapat tersebut maka penelitian tindakan kelas adalah suatu cara untuk menemukan fakta dan pemecahan masalah dalam suatu kelas guna meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan kolaborasi dan kerjasama antara peneliti dan guru kelas sejak disusunnya suatu perencanaan sampai pelatihan terhadap tindakan nyata, untuk memperbaiki kondisi kelas. 53 Desain penelitian tindakan kelas yang dipakai adalah model Kemmis Taggart 1988. Visualisasi model Kemmis Mc Taggart dapat dilihat pada gambar 2 di bawah. Gambar 1. Model Kemmis Mc Taggart Model Kemmis Mc Taggart yang terdapat pada gambar 2 di atas terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi Andi Prastowo, 2011: 234-235. Desain ini berbentuk siklus sistem spiral dimana setelah refleksi dilakukan, maka akan diputuskan tindakan selanjutnya yaitu mengakhiri siklus jika target telah tercapai atau menambah siklus karena target belum tercapai.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti yang berupa benda, gerak, manusia, tempat dan sebagainya. Menurut Saifuddin Azwar 2013:78 subyek penelitian adalah bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya. Dalam pengambilan subyek, peneliti menggunakan cara purposive sampling yaitu pengambilan 54 sampel secara sengaja atau menentukan sendiri sampel yang diambil karena ada pertimbangan tertentu. Alasan pemilihan teknik ini untuk memperoleh sampel penelitian dengan karakteristik yang sama. Subjek dalam penelitian ini adalah 32 siswa SMA N 7 Yogyakarta Kelas XI IPA 4 yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA N 7 Yogyakarta Jl. MT. Haryono no. 47, Kota Yogyakarta, DIY 55141 pada bulan Mei sampai dengan Juni 2015.

D. Rencana Tindakan

1. Pra Tindakan

Sebelum melakukan rencana tindakan, peneliti terlebih dahulu melakukan beberapa langkah pra tindakan agar dapat mengetahui kondisi awal mengenai rendahnya strategi coping pada subyek sebelum diberi tindakan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah: a. Peneliti mengidentifikasi kondisi awal rendahnya strategi coping pada subyek penelitian melalui wawancara, observasi. b. Membentuk tim peneliti yang terdiri dari guru pembimbing, rekan mahasiswa dan observer peneliti utama c. Peneliti memberikan informasi kepada guru pembimbing mengenai cara melakukan tindakan. 55 d. Permintaan izin penelitian kepada pihak sekolah.

2. Pemberian Tindakan

a. Perencanaan Perencanaan tindakan dalam meningkatkan strategi coping siswa adalah melalui metode expressive writing dan focus group discussion. Sebelum tindakan ini dilakukan perlu dilakukan beberapa langkah yaitu: 1 Menyusun dan menyiapkan skala pre test untuk mengetahui bagaimana kondisi strategi coping pada siswa kelas XI IPA 4 SMA N 7 Yogyakarta. 2 Peneliti berkordinasi dengan guru pembimbing mengenai hal-hal yang berhubungan dengan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian. 3 Menyusun jadwal dan menentukan tempat pelaksanaan dalam melakukan tindakan penelitian. b. Tindakan Tindakan pertama dilakukan dalam beberapa kegiatan, kegiatan- kegiatan itu antara lain: pertama, menjalin hubungan yang baik dengan peserta, hal ini merupakan salah satu bagian penting dalam penelitian karena dengan hubungan baik yang terjalin diawal kegiatan maka peserta akan lebih merasa nyaman dan dapat mengikuti kegiatan secara maksimal. Kedua, membantu peserta memahami apa yang dimaksud dengan expressive writing. Dalam kegiatan ini selain 56 melalui penjelasan secara langsung tetapi juga melalui sebuah kegiatan yaitu mempraktekkan langsung. Dengan begitu diharapkan peserta lebih memahami apa yang dimaksud dengan expressive writring. Tindakan kedua adalah membantu siswa untuk dapat mengungkapkan perasaan dan pengalaman dan masalahnya yang selama ini dipendam melalui tulisan atau expressive writing. Siswa mengungkapkan perasaan, masalah atau hal traumatis yang pernah dialami siswa dalam 3 sesi dengan waktu 15-20 menitsesi. Sesi pertama menulis tentang masalah yang berkaitan dengan masalah pribadi dan sosial, setelah itu siswa menulis masalah yang berkaitan dengan keluarga dan yang terakhir tentang masalah belajar. Siswa menuliskan dan menyusun masalahnya, kemudian siswa diberikan tugas untuk membaca kembali masalahnya masing-masing secara mendalam. Dalam hal ini siswa mampu merefleksi diri, yaitu dimana individu mengalami proses merenung, menganalisis tulisannya sehingga individu dapat melihat apa yang terjadi dalam dirinya dan memperbaiki menjadi lebih baik. Mengeksternalisasi masalah, sehingga individu dapat mengekpresikan emosinya secara tepat, meningkatkan insight, mengurangi munculnya gejala-gejala negatif. Meningkatkan motivasi untuk berubah, melalui tulisan individu dapat belajar menganalisis kesalahan sehingga individu memiliki motivasi untuk berubah menjadi individu yang lebih baik.