Aspek-aspek Kecerdasan Adversity Kajian Tentang Kecerdasan Adversity 1. Pengertian Kecerdasan Adversity

17 h. Belajar Menurut Carol Dweck Stoltz,2000: 95 membuktikan bahwa anak yang merespon secara pesimististerhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan berprestasi jika dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola optimis. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dilihat beberapa faktor-faktor pembentuk kecerdasan adversity seseorang di dalam kegiatan belajar sehingga bisa mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. Hasil prestasi belajar yang tinggi dapat dilihat dari beberapa faktor-faktor diatas yang mencangkup keseluruhan karena sangat berperan penting dalam kegiatan belajar.

5. Teori-teori Pendukung Kecerdasan Adversity

Kecerdasan adversity dibangun dengan memanfaatkan tiga cabang ilmu pengetahuan Stoltz, 2000: 115, yaitu : a. Psikologi kognitif Psikologi kognitif merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang memperoleh, mentransformasikan, mempresentasikan, menyimpan, dan menggali kembali pengetahuan, dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat dipakai untuk merespon atau memecahkan kesulitan, berfikir dan berbahasa. b. Neuropsikologi Neuropsikologi adalah bagian psikologi terapan yang berhubungan dengan bagaimana perilaku dipengaruhi oleh disfungsi otak. Ilmu ini menyumbangkan pengetahuan bahwa otak secara ideal dilengkapi sarana pembentuk kebiasaan-kebiasaan, sehingga otak segera dapat mendadak 18 diubah. Neuropsikologi merupakan speciality bidang keahlian khusus, tetapi juga dapat dilihat sebagai bagian psikologi kesehatan. c. Psikoneuroimunologi Ilmu ini menyumbangkan bukti-bukti adanya hubungan fungsional antara otak dan sistem kekebalan, hubungan antara apa yang individu pikirkan dan rasakan terhadap kesulitan dengan kesehatan mental fisiknya. Kenyataannya pikiran dan perasaan individu juga dimediasi oleh neurotranmitter dan neuromodulator yang berfungsi mengatur ketahanan tubuh. Ketiga penopang teoritis tersebut bersama-sama membentuk kecerdasan adversity dengan tujuan utama yaitu seseorang dapat merespon kesulitan, maka jangkauan kendali mereka akan menderita, sedangkan yang menganggap kesulitan itu mudah berlalu, maka ia akan maju dengan sukses dalam meningkatkan efektivitas seseorang dalam menghadapi segala bentuk kesulitan hidup.

6. Karakteristik manusia berdasarkan tinggi rendahnya Kecerdasan Adversity

Didalam merespon suatu kesulitan terdapat tiga kelompok tipe manusia ditinjau dari tingkat kemampuannya Stolz,2000: 18 yaitu : a. Quitters Mereka yang berhenti adalah seseorang yang memilih untuk keluar, menghindari kewajiban, mundur dan berhenti apabila menghadapi kesulitan. Quitters mereka yang berhenti, orang-orang jenis ini berhenti ditengah proses pendakian, gampang putus asa, menyerah. Orang dengan tipe ini cukup 19 puas dengan pemenuhan kebutuhan dasar atau fisiologis saja dan cenderung pasif, memilih untuk keluar menghindari perjalanan, selanjutnya mundur dan berhenti. Para quitters menolak menerima tawaran keberhasilan yang disertai dengan tantangan dan rintangan. Orang yang seperti ini akan banyak kehilangan kesempatan berharga dalam kehidupan. b. Campers Campers atau satis-ficer dari kata satisfied = puas dan suffice = mencukupi. Golongan ini puas dengan mencukupkan diri dan tidak mau mengembangkan diri. Tipe ini merupakan golongan yang sedikit lebih banyak, yaitu mengusahkan terpenuhinya kebutuhan keamanan dan rasa aman pada skala hirarki Maslow. Kelompok ini juga tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh ketakutan dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan. Campers setidaknya telah melangkah dan menanggapi tantangan, tetapi setelah mencapai tahap tertentu, campers berhenti meskipun masih ada kesempatan untuk lebih berkembang lagi. Berbeda dengan quitters, campers sekurang-kurangnya telah menanggapi tantangan yang dihadapinya sehingga telah mencapai tingkat tertentu. c. Climbers Climbers pendaki mereka yang selalu optimis, melihat peluang-peluang, melihat celah, melihat harapan di balik keputusasaan, selalu bergairah untuk maju. Climbers merupakan kelompok orang yang selalu berupaya mencapai puncak kebutuhan aktualisasi diri pada skala hirarki Maslow. Climbers adalah

Dokumen yang terkait

Hubungan Antara Adversity Quotient (AQ) Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

3 66 97

Hubungan antara minat belajar dengan prestasi belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam : studi penelitian pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Pamulang

0 3 117

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METROTAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 4 76

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP N 1 SAMBONG Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi BElajar Pada Siswa Kelas VII Di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora.

0 4 20

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP NEGRI 1 SAMBONG Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi BElajar Pada Siswa Kelas VII Di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora.

0 2 17

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTSN Ngemplak Boyolali.

1 2 20

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII MTSN Ngemplak Boyolali.

0 0 16

Dwi Rita Nurdiana S.811108010

1 11 107

BACA DULU cara membuka KTI Skripsi kode074

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR

0 0 9