15 sementara dan orang yang mempunyai kecerdasan adversity yang rendah akan
menganggap bahwa kesulitan yang dihadapi adalah sesuatu yang bersifat abadi, dan sulit untuk diperbaiki.
Berdasarkan uraian diatas tersebut di atas, peneliti mengambil aspek-aspek dasar dari kecerdasan adversity sebagai faktor untuk mengembangkan pada
instrumen kecerdasan adversity.
4. Faktor-faktor pembentuk Kecerdasan Adversity
Faktor-faktor pembentuk kecerdasan adversity menurut Stoltz 2000: 92 adalah sebagai berikut :
a. Daya saing Kecerdasan adversity yang rendah dikarenakan tidak adanya daya saing ketika
menghadapi kesulitan, sehingga kehilangan kemampuan untuk menciptakan peluang dalam kesulitan yang dihadapi.
b. Produktivitas Penelitian yang dilakukan di sejumlah perusahaan menunjukkan bahwa
terdapat korelasi positif antara kinerja karyawan dengan respon yang diberikan terhadap kesulitan. Artinya respon konstruktif yang diberikan
seseorang terhadap kesulitan akan membantu meningkatkan kinerja lebih baik, dan sebaliknya respon yang destruktif mempunyai kinerja yang rendah.
c. Kreativitas Kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang ditimbulkan oleh hal-hal yang
tidak pasti.Seseorang yang tidak mampu menghadapi kesulitan menjadi tidak
16 mampu berkreativitas, sebaliknya dalam menghadapi kesulitan mampu kreatif
maka dapat menyelesaikan permasalahan terutama masalah belajar. d. Motivasi
Seseorang yang mempunyai motivasi yang kuat mampu menciptakan peluang dalam kesulitan, artinya seseorang dengan motivasi yang kuat akan berupaya
menyelesaikan kesulitan dengan menggunakan segenap kemampuannya. e. Mengambil resiko
Seseorang yang mempunyai kecerdasan adversity tinggi lebih berani mengambil resiko dari tindakan yang dilakukan. Hal itu dikarenakan
seseorang dengan kecerdasan adversity tinggi dapat merespon kesulitan secara lebih konstruktif.
f. Perbaikan Seseorang dengan kecerdasan adversity yang tinggi senantiasa berupaya
mengatasi kesulitan dengan langkah konkrit, yaitu dengan melakukan perbaikan dalam berbagai aspek agar kesulitan tersebut tidak menjangkau
bidang-bidang yang lain. g. Ketekunan
Kemampuan untuk terus menerus berusaha, bahkan mana kala dihadapkan pada situasi kegagalan. Seseorang yang merespon kesulitan dengan baik akan
senantiasa akan bertahan. Sebaliknya apabila merespon kurang baik ketika dihadapkan dengan kesulitan maka seseorang itu akan mudah menyerah.
17 h. Belajar
Menurut Carol Dweck Stoltz,2000: 95 membuktikan bahwa anak yang merespon secara pesimististerhadap kesulitan tidak akan banyak belajar dan
berprestasi jika dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki pola optimis. Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dilihat beberapa faktor-faktor
pembentuk kecerdasan adversity seseorang di dalam kegiatan belajar sehingga bisa mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. Hasil prestasi belajar yang tinggi
dapat dilihat dari beberapa faktor-faktor diatas yang mencangkup keseluruhan karena sangat berperan penting dalam kegiatan belajar.
5. Teori-teori Pendukung Kecerdasan Adversity
Kecerdasan adversity dibangun dengan memanfaatkan tiga cabang ilmu pengetahuan Stoltz, 2000: 115, yaitu :
a. Psikologi kognitif Psikologi kognitif merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang
memperoleh, mentransformasikan, mempresentasikan, menyimpan, dan menggali kembali pengetahuan, dan bagaimana pengetahuan tersebut dapat
dipakai untuk merespon atau memecahkan kesulitan, berfikir dan berbahasa. b. Neuropsikologi
Neuropsikologi adalah bagian psikologi terapan yang berhubungan dengan bagaimana perilaku dipengaruhi oleh disfungsi otak. Ilmu ini
menyumbangkan pengetahuan bahwa otak secara ideal dilengkapi sarana pembentuk kebiasaan-kebiasaan, sehingga otak segera dapat mendadak