pada  dirinya  terdapat  suatu  keteladanan  yang  mencerminkan kandungan  Al-Qur’an  secara  utuh.  Contoh  bentuk  Metode
Keteladanan, yaitu :
a. Keteladanan Disengaja
Peneladanan kadangkala
diupayakan dengan
cara disengaja,  yaitu  pendidik  sengaja  memberi  contoh  yang  baik
kepada  para  peserta  didiknya  supaya  dapat  menirunya. Umpamanya  guru memberikan contoh untuk membaca yang baik
agar  para  murid  menirunya,  imam  membaikkan  shalatnya  dalam mengerjakan  shalat  yang  sempurna  kepada  ma’mumnya,  dan
sebagainya.
b. Keteladanan Tidak Disengaja
Dalam  hal  ini,  pendidik  tampil  sebagai  figur  yang  dapat memberikan  contoh-contoh  yang  baik  dalam  kehidupan  sehari-
hari.  Bentuk  pendidikan  semacam  ini  keberhasilannya  banyak bergantung  kepada  kualitas  kesungguhan  realitas  karakteristik
pendidikan  yang  diteladani,  seperti  kualitas  keilmuannya, kepemimpinannya,  keikhlasannya,  dan  lain  sebagainya.  Dalam
kondisi  pendidikan  seperti  ini,  pengaruh  teladan  berjalan  secara langsung  tanpa  disengaja.  Oleh  karena  itu,  setiap  orang  yang
diharapkan termasuk
guru hendaknya
memelihara tingkahlakunya, disertai kesadaran bahwa ia bertanggungjawab di
hadapan  Allah  dalam  segala  hal  yang  diikuti  oleh  orang  lain termasuk murid sebagai pengagumnya.
f Metode Qiro’ati
Metode  qiro’ati  adalah  cara  mengajar  membaca  al-qur’an dengan buku qiraati dan menawarkan pengajaran yang sistematis dan
mendetail.  Metode  ini  diantaranya  mengajarkan  bacaan  gharib bacaan yang langkaaneh dalam al-qur’an yang tidak terdapat dalam
metode  yang  lain.  Metode  qiro’ati  adalah  yang  mujawwad  murattal mengajarkan  tajwid  dan  cara  baca  tartil,  dilakukan  secara  klasikal
yaitu  beberapa  murid  membaca  dan  menyimak  bersama  dalam  satu ruangan. Adapun sasarannya adalah untuk anak sekitar 4-6 tahun, 6-
12  tahun  dan  mahasiswa.  Metode  pembelajaran  qiro’ati  memiliki cirri-ciri  sebagai  berikut  :  a.  Praktis,  b.  Sederhana  realis,  tidak
teoris, c. Sedikit demi sedikit tidak menambah sebelum bisa dengan lancar.  d.  Merangsang  murid  untuk  saling  berpacu.  e.  Tidak
menuntun  membaca.  f.  Waspada  atau  teliti  dalam  bacaan  salah terutama pada bacaan yang salah kaprah.
47
9. Manfaat Baca Tulis Al-Qur’an