terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
3. Essensialisme,
Menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi
anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum
yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan
seseorang mesti
memahami dirinya
sendiri. Aliran
ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa pengalaman
itu?
4. Progresivisme, m enekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan
belajar peserta didik aktif.
5. Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan
individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan
sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini
menekankan pada hasil belajar dari pada proses. 6.
Pendekatan Religi
Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada
ajaran agama. Di dalamnya berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber untuk
menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.
Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya
kepada akal atau ratio, dalam pendekatan religi, titik tolaknya adalah keyakinan keimanan. Pendekatan religi menuntut orang meyakini
dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian mengerti, bukan sebaliknya. Terkait dengan teori
pendidikan Islam, Ahmad Tafsir 1992 dalam bukunya “ Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu
pendidikan Islam yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan Hadis Rasulullah SAW sebagai
dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber utamanya
Al-Qur’an dan Hadis, yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-
aliran filsafat buatan manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.
Berkenaan dengan tujuan pendidikan Islam, World Conference on Muslim Education Hasan Langgulung, 1986 merumuskan
bahwa : “ Education should aim at balanced growth of the total personality of man through Man’s spirit, intelellect the rational self,
feelings and bodily senses. Education should therefore cater for the growth of man in all its aspects, spirituals, intelectual, imaginative,
physical, scientific, linguistic, both individually and collectively, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of
perfection. The ultimate aim of Muslim Education lies in the realization of complete submission to Allah on the level of individual,
the community and humanity at large.”
21
Sementara itu, Ahmad Tafsir 1992 merumuskan tentang tujuan umum pendidikan Islam yaitu muslim yang sempurna dengan
ciri-ciri : 1 memiliki jasmani yang sehat, kuat dan berketerampilan; 2 memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu
21
Hasan Langgulung,Teori-teori Islam, http:hilmanswork.wordpress.com20090415
menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki
dan mengembangkan filsafat dan 3 memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan perintah Allah
SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang berkemampuan dengan alam gaib.
22
Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan substansi pendidikan lainnya, seperti tentang
sosok guru yang islami, proses pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya. selengkapnya lihat pemikiran Ahmad Tafsir
dalam bukunya Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam. Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka
untuk menghasilkan teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan saja.
Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki hubungan
komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner.
Strategi pembelajaran Al-Qur’an mencakup delapan aspek, yaitu peragaan, minat, perhatian, apersepsi, korelasi konsentrasi, kooperasi,
indivudualisasi dan evaluasi, diantaranya : Peragaan, salah satu kegiatan yang tidak boleh diabaikan adalah dalam keseluruhan proses
pembelajaran adalah peragaan. Substansi peragaan adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru dengan maksud memberikan kejelasan
secara realita terhadap pesan yang disampaikan sehingga dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa. Maksud dari kegiatan ini
dilakukan terutama untuk menciptakan suasana pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan dengan menekankan
penerapan konsep belajar sambil melakukan. Tedapat dua peragaan yang dapat diterapkan guru dalam proses pembelajaran.
22
Ahmad Tafsir, Teori-teori Islam http:hilmanswork.wordpress.com20090415.
4. Pengertian Ekstrakurikuler