dari pengoperasian bus Medan-Pangaribuan, perusahaan menderita kerugian sebesar selisih harga jual pendapatan per km dengan biaya per km dikalikan
dengan tingkat produksi km per bulan yaitu sebesar Rp. 2.100,135 – Rp 1.832,76 x 134.202,86 km = 35.882.932 per bulan.
6.5.2. Tanpa Memasukkan Biaya Penyusutan
Besarnya F biaya tetap untuk pengoperasian bus CV. Moria Medan- Pangaribuan adalah sebesar Rp. 74.472.766,00 per bulan dan biaya variabel tanpa
biaya penyusutan adalah sebesar Rp. 139.474.975,26 per bulan pada tingkat produksi kilometer per bulan 134.202,86. Dengan membagi biaya variabel per
bulan dengan produksi kilometer per bulan, diperoleh biaya variabel per kilometer v sebesar Rp. 1.039,28km. Selanjutnya harga jual per kilometer P diperoleh
dengan mengalikan harga jual per penumpang dengan rasio antara produksi penumpang per bulan dan produksi kilometer per bulan. Sehingga diperoleh nilai
P untuk pengoperasian bus sebesar Rp. 1.832,76 km Dengan model BEP yang dikemukakan pada Bab 2, yaitu pada persamaan
2.2 diperoleh Titik Kembali Pokok BEP dalam rupiah per bulan sebesar Rp. 172.016.763 per bulan. Sedangkan BEP dalam kilometer per bulan sebesar
93.856,861 kmbulan. Perhitungan tanpa memasukkan biaya penyusutan untuk mengoperasikan bus diperoleh titik kembali pokok dalam kilometer per bulan
sebesar 93.856,861 atau jika dinyatakan dalam rupiah diperoleh Rp. 172.016.763 bulan. Selanjutnya dengan melihat produksi km per bulan sebesar 134.202,86
maka produksi kembali pokok telah tercapai.
Universitas Sumatera Utara
172.016.763
74.472.766 150.000.000
93.856,861 BEP
TR TC
Rp
km
Gambar 5.2. Grafik Titik Kembali Pokok Tanpa Memasukkan Biaya Penyusutan
Perhitungan tanpa memasukkan biaya penyusutan menunjukkan tingkat produksi BEP yang telah terlampaui, berarti dari pengoperasian bus, perusahaan
memperoleh keuntungan sebesar selisih harga jual pendapatan per km dengan biaya per km dikalikan dengan tingkat produksi km per bulan, yaitu sebesar Rp.
Rp 1.832,76 - 1.281,76 x 134.202,86 km = 73.944.386,44 per bulan
6.5.3. Usulan Kebijakan-kebijakan
Bila dikaitkan dengan rata-rata tarif tahun 20082009 sebesar Rp. 46.000 per pnp, pada tingkat produksi Kmbulan sebesar 134.202,86 km menyerap biaya
sebesar Rp. 255.442.228,26bulan atau biaya per Km sebesar Rp 1.903,40. Biaya tersebut berada diatas tarif per km sebesar Rp. 1.832,76 sehingga bus pada trayek
masih menderita kerugian. Pada tingkat tarif tersebut untuk mencapai titik pulang
Universitas Sumatera Utara
pokok BEP, tingkat produksi Km yang harus dicapai adalah sebesar 153.781 kmbulan. Dengan dicapainya produksi tersebut, maka perusahaan mampu
menutupi semua biaya termasuk biaya penyusutan, sehingga perusahaan akan mampu meremajakan armadanya.
Kebijakan yang hanya diukur dengan keuntungan yang diperoleh namun melupakan kelangsungan pelayanan akan dapat membahayakan perusahaan. Hal
ini disebabakan karena keterbatasan sarana produksi untuk mempertahankan pelayanan, sehingga diperlukan peremajaan melalui investasi kendaraan dan
peningkatan kualitas pelayanan yang akhirnya akan meningkatkan kinerja pelayanan dan meningkatkan laba. Untuk itu diusulkan jumlah kendaraan atau bus
minimal yang siap operasi per bulannya yaitu : Jumlah kendaraan yang dibutuhkan adalah :
Dimana Load Factor Break even point :
Dihasilkan Load Factor Break Even Point dengan BOK sebesar Rp. 255.442.228,26 per bulan dan pendapatan sebesar Rp. 277.830.023,8 per bulan
serta Load Factor rata-rata bus 50,09 adalah :
Sehingga jumlah minimal kendaraan untuk bus besar yang dibutuhkan adalah :
Universitas Sumatera Utara
Sehingga diusulkan jumlah kendaraan atau bus minimal yang siap operasi perbulannya yaitu 16 bus dari kondisi saat ini yang hanya mempunyai rata-rata
bus siap operasi sebesar 14 bus. Untuk itu diusulkan menambahkan jumlah armada baik penambahan bus untuk jenis bus besar ataupun dapat menambahkan
armada bus besar. Demikian pula bila jumlah rit naik 20 sehingga tingkat produksi Km menjadi 161.043 kmbulan dan telah mencapai titik pulang pokok
BEP sebesar 153.781 kmbulan. Investasi kendaraan ini dapat dilakukan 2-3 tahun sekali. Hal lain yang
dapat dilakukan adalah melakukan rute baru dan mencari sumber pembiayaan baru.
6.5.4. Penilaian Investasi