Dengan memasukkan Biaya Penyusutan

Analisa titik kembali pokok dapat dipergunakan bila biaya-biaya dapat dipisahkan kedalam biaya tetap dan biaya variabel karena data dalam penelitian ini adalah data tahun 2008 dan tahun 2009 Triwulan I, II dan III dan selama periode waktu tersebut pada bulan agustus 2008. Selama periode waktu tersebut tarif yang di tetapkan oleh Pemprovsu melalui Peraturan Gubernur Pergub Sumut No. 6 tahun 2008 untuk bus ekonomi AKDP adalah Rp. 115 per penumpang per km. Sedangkan tarif dasar bawah Rp. 92 per penumpang per Km dan tarif dasar atas Rp. 150 per penumpang per km. Analisis titik kembali pokok ini akan dilakukan dalam dua kondisi yaitu : - Kondisi dengan memasukan biaya penyusutan - Kondisi tanpa memasukkan biaya penyusutan Karena biaya penyusutan merupakan biaya yang tidak langsung dikeluarkan ketika sebuah kendaraan dioperasikan. Sehingga biaya penyusutan tersebut dapat mempengaruhi perhitungan analisis titik kembali pokok.

6.5.1. Dengan memasukkan Biaya Penyusutan

Tarif yang di tetapkan oleh Pemprovsu untuk bus ekonomi AKDP adalah Rp. 115 per penumpang per km,tetapi tarif yang ditetapkan oleh perusahaan untuk perjalanan Medan-Pangaribuan menggunakan tarif dasar atas yaitu sebesar Rp. 150 per penumpang per km. Sehingga tarif yang ditetapkan untuk Medan- Pangaribuan yang berjarak 306 km adalah Rp 150 x 306 = Rp 46.000. tetapi pada kenyataannya tarif tersebut tidak tetap, pasalnya ketika jumlah penumpang Universitas Sumatera Utara meningkat tariff tersebut dapat dinaikkan sampai mencapai Rp. 60.000. Tapi dalam perhitungan titik kembali pokok ini, akan digunakan tarif normal yaitu Rp. 46.000,00.- Kemudian dengan menggunakan pengujian hubungan linear biaya pada Sub Bab 5.1. dan model biaya variabel pada Sub Bab 5.2. dapat diketahui besarnya F biaya tetap untuk bus Medan-Pangaribuan adalah sebesar Rp. 74.472.766,00 per bulan dan biaya variabel sebesar Rp. 180.969.462,26 per bulan pada tingkat produksi kilometer per bulan 134.202,86. Dengan membagi biaya variabel per bulan dengan produksi kilometer per bulan, diperoleh biaya variabel per kilometer v sebesar Rp. 1.348,48km. Selanjutnya harga jual per kilometer P diperoleh dengan mengalikan harga jual per penumpang dengan rasio antara produksi penumpang per bulan dan produksi kilometer per bulan. Sehingga diperoleh nilai P untuk pengoperasian bus sebesar : Dengan model BEP yang dikemukakan pada Bab 2, yaitu pada persamaan 2.2 diperoleh Titik Kembali Pokok BEP dalam rupiah per bulan sebesar Rp. 281.844.083 per bulan. Sedangkan BEP dalam kilometer per bulan sebesar 153.781,53 kmbulan. Lebih jelasnya dapat dlihat pada gambar 5.1. dibawah ini. Universitas Sumatera Utara 281.844.083 74.472.766 150.000.000 153.781,53 BEP TR TC Rp km Gambar 5.1. Grafik Titik Kembali Pokok dengan Memasukkan Biaya Penyusutan Garis vertikal sumbu Y pada gambar 5.1. adalah garis yang menunjukkan biaya dan juga hasil penjualan total dalam rupiah. Sedangkan garis alas sumbu x menunjukkan kuantitas yang dijual juga menunjukkan kapasitas kuantitas produksi dalam hal ini produksi kilometer. Dari perhitungan dengan menggunakan BEP persamaan 2.2 untuk pengoperasian bus Medan-Pangaribuan diperoleh titik kembali pokok BEP dalam km per bulan sebesar 153.781,53 km atau jika dinyatakan dalam rupiah diperoleh Pendapatan Kembali Pokok yaitu sebesar Rp. 281.844.083. Selanjutnya dengan melihat produksi km per bulan sebesar 134.202,86 km maka produksi kembali pokok belum tercapai. Perhitungan dengan memasukkan biaya penyusutan menunjukkan tingkat produksi BEP yang belum terlampaui, berarti Universitas Sumatera Utara dari pengoperasian bus Medan-Pangaribuan, perusahaan menderita kerugian sebesar selisih harga jual pendapatan per km dengan biaya per km dikalikan dengan tingkat produksi km per bulan yaitu sebesar Rp. 2.100,135 – Rp 1.832,76 x 134.202,86 km = 35.882.932 per bulan.

6.5.2. Tanpa Memasukkan Biaya Penyusutan