UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kurangnya insulin yang dihasilkan dalam tubuh karena kerusakan pankreas diabetes tipe 1 atau akibat resistensi insulin diabetes tipe 2 International
Diabetes Federation, 2011. Penyakit diabetes ini 90 di dominasi oleh diabetes melitus tipe 2 WHO, 2013. Permasalahan penyakit diabetes melitus di Indonesia
menduduki peringkat ke empat dan di Jawa Barat prevalensinya mencapai 1,3 Riskesdas, 2013. Berdasarkan berita dari surat kabar, dr. Zulkarnain menyatakan
bahwa di kabupaten Garut pada tahun 2011 prevalensi diabetes mencapai 4-5 dari jumlah penduduk John, 2011.
Ditinjau dari sifat penyakitnya, diabetes melitus merupakan penyakit seumur hidup lifelong disease dengan resiko komplikasi yang tinggi sehingga
menyebabkan kematian, maka diperlukan perhatian lebih dalam perawatannya. Peningkatan kepedulian pasien diabetes sendiri diperlukan dalam menjaga dan
mengontrol kondisinya agar tetap dapat hidup lebih panjang dan sehat Sutandi Aan, 2012. Selain itu pengetahuan tentang obat diperlukan oleh pasien untuk
dapat menggunakan obat dengan benar, dengan tujuan memperoleh terapi yang maksimal dan efek samping obat yang minimal Amor et al, 2010 dan Mitchel et
al, 2011 dikutip dalam Nita Yunita, 2012. Hal tersebut menjadi bagian peran apoteker dalam segi pelayanan klinik dalam pemberian informasi obat dan
konseling yang harus dilakukan terutama untuk pasien dengan terapi jangka panjangpenyakit kronis seperti diabetes melitus Permenkes RI No.35, 2014.
Paparan fakta tersebut memicu ketertarikan peneliti untuk meneliti gambaran pelayanan klinik di Apotek terhadap resep antidiabetes di Apotek
Kecamatan Garut Kota, Kecamatan Tarogong kaler dan Kecamatan Tarogong kidul wilayah Kabupaten Garut yang menjadi wilayah dengan populasi Apotek
terbesar di antara Kecamatan lain Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, 2014.
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, pelayanan klinik merupakan praktik kefarmasian yang berpusat pada pasien dan membutuhkan Apoteker
sebagai penyedia layanan tersebut dan hal tersebut telah diatur dalam berbagai peraturan. Pelayanan klinik ini penting untuk dilaksanakan terutama kepada
pasien dengan penyakit kronik seperti diabetes melitus untuk mencapai tujuan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
terapi obat pasien, mencegah komplikasi, menurunkan pengeluaran biaya pasien, dan bahkan mencegah kematian akibat obat.
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya di beberapa kota besar wilayah Indonesia frekuensi kehadiran Apoteker selaku pemberi
pelayanan klinik di tempat kerja Apotek masih kurang sehingga pelayanan klinik juga menjadi kurang dan tingkat DTPs pada resep polifarmasi masih tinggi
di Apotek. Diabetes melitus adalah salah satu penyakit yang biasanya memerlukan obat dalam jumlah banyak polifarmasi. Berdasarkan uraian tersebut maka
dilakukan penelitian ini untuk menggambarkan bagaimana pelayanan klinik terhadap resep antidiabetes di Apotek Kecamatan Garut Kota, Kecamatan
Tarogong kaler dan Kecamatan Tarogong kidul wilayah Kabupaten Garut dengan membandingkan antara pedoman pelayanan klinik berdasarkan peraturan yang
ada dengan pelayanan klinik di lapangan.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelayanan klinik di Apotek Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota wilayah Kabupaten
Garut. 1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui gambaran kehadiran Apoteker di tempat kerja Apotek di Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut
Kota wilayah Kabupaten Garut.
2. Untuk mengetahui gambaran pemberi pelayanan klinik, pelaksanaan pelayanan klinik, dan kualitas pelayanan klinik pada resep antidiabetes di Apotek
Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul dan Kecamatan Garut Kota wilayah Kabupaten Garut.
1.4. Manfaat penelitian
1.4.1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan serta wawasan tentang pelayanan klinik di Apotek.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.4.2. Secara Metodelogi
Metode penelitian ini dapat menjadi referensi untuk diaplikasikan pada
penelitian farmasi klinis sejenis di Apotek daerah lain. 1.4.3.
Secara Aplikatif
Hasil penelitian berupa gambaran pelayanan klinik di Apotek ini dapat digunakan menjadi informasi tentang sejauh mana penerapan pelayanan klinik
yang berpusat pada pasien telah terlaksana di Apotek dan menjadi masukan tersendiri untuk para ahli profesi farmasi dalam melaksanakan peranannya sebagai
tenaga kesehatan.
1.5. Ruang Lingkup
Penelitian ini berjudul Gambaran Pelayanan Klinik Terhadap Resep Antidiabetes di Apotek Kecamatan Tarogong Kaler, Kecamatan Tarogong Kidul
dan Kecamatan Garut Kota Wilayah Kabupaten Garut, yang dimaksud pelayanan klinik adalah pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat PIO,
konseling, pelayanan kefarmasian di rumah Home Pharmacy Care, pemantauan terapi obat PTO dan monitoring efek samping obat MESO. Namun dalam
penelitian ini hanya dilakukan survei dengan melakukan wawancara terstruktur dan observasi dengan metode simulasi untuk mendeskripsikan pelayanan klinik
berupa dispensing berupa kesesuaian penyerahan obat dengan resep, pelayanan informasi obat terhadap resep antidiabetes dan konseling. Penelitian ini dilakukan
di Kecamatan Tarogong Kaler, Tarogong kidul dan Garut Kota wilayah Kabupaten Garut yang dilakukan selama 1 bulan pada bulan Maret 2015. Sampel
penelitian ini adalah 35 Apotek dari populasi 71 Apotek di wilayah Kecamatan Tarogong Kaler, Tarogong kidul dan Garut Kota. Sasaran dalam penelitian ini
adalah Apoteker atau petugas apotek non Apoteker yang berada di Apotek saat
penelitian. Desain penelitian ini adalah ex post facto.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Kabupaten Garut
Kabupaten Garut adalah wilayah yang secara geografis berdekatan dengan Kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat. Kabupaten Garut memiliki
luas wilayah administratif sebesar 306.519 Ha 3.065,19 km
2
dengan batasan sebelah utara dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang, sebelah
timur dengan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia dan sebelah barat dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur.
Kabupaten Garut memiliki 42 Kecamatan dengan jumlah penduduk 3.003.004 jiwa pada tahun 2013 Pemerintah Daerah Kabupaten Garut, 2013.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, jumlah seluruh Apotek di Kota Garut pada tahun 2014 adalah 139 Apotek. Distribusi Apotek terbesar
berada di Kecamatan Garut Kota sebanyak 41 Apotek, Kecamatan Tarogong Kidul sebanyak 22 Apotek dan Kecamatan Tarogong Kaler sebanyak 8 Apotek.
Data Pemerintah Daerah Kabupaten Garut pada tahun 2013 menunjukkan jumlah penduduk di Kecamatan Tarogong Kaler 93.563 jiwa, jumlah penduduk di
Kecamatan Tarogong Kidul 131.118, dan jumlah penduduk di Kecamatan Garut Kota 170.875 jiwa.
2.2. Perkembangan Profesi Kefarmasian
Secara historis, perubahan-perubahan dalam profesi kefarmasian dapat
dibagi dalam 4 tahap Ross W. Holland dan Christine M. Nimmo, 1999:
a. Tahap 1 : Tugas utama farmasi adalah memproduksi. Pada tahap ini farmasi muncul sebagai industri rumahan yang melayani masyarakat. Apoteker
membuat obat patennya sendiri dengan resep yang dibuat sendiri, kemudian dijual dari Apotek mereka sendiri. Pasien akan datang ke Apoteker untuk
membeli obat dan meminta bimbingan dalam pemilihan dan penggunaan obat yang akan digunakan. Apotek pada periode ini setara dengan industri farmasi
saat ini dan pada saat itu, farmasi memiliki nilai sosial yang jelas.