UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
direkomendasikan. Latihan fisik ini diperlukan karena dapat meningkatkan metabolisme karbohidrat, meningkatkan sensitivitas terhadap insulin dan
meningkatkan fungsi kardiovaskular Sweetman.S., 2009. Bila dalam 3 bulan pemberian terapi non farmakologi tidak menunjukkan
perubahan pada pasien diabetes melitus maka penambahan terapi farmakologi berupa pemberian obat antidiabetes oral bisa dilakukan. Terdapat dua golongan
utama obat antidiabetes oral yang bisa diberikan yaitu kelas sulfonilurea dan kelas biguanid Sweetman.S, 2009.
Umumnya pengobatan awal untuk penyakit diabetes ini adalah kombinasi dari perubahan gaya hidup lebih sehat dengan penggunaan obat metformin Maric
Andreja, 2010. Metformin ini menimbulkan efek hipoglikemia yang rendah namun mudah menyebabkan terjadinya laktat asidosis pada pasien yang
mengalami kerusakan ginjal Sweetman.S., 2009. Metformin menurunkan glukosa darah dengan cara menghambat produksi glukosa hepatik dan
menurunkan resistensi terhadap insulin. Penggunaan metformin secara tunggal, mampu menurunkan HbA1c sampai 1,5 Maric Andreja. 2010.
Dosis awal metformin 500 mg adalah dua atau tiga kali per hari atau 850 mg satu atau dua kali perhari setelah makan Sweetman.S., 2009. Metformin
digunakan saat sedang makan untuk mengurangi efek samping yang berhubungan dengan pencernaan McEvoy, 2002. Metformin ini mampu mengalami interaksi
bila digabungkan dengan obat lain, contohnya simetidin. Penggunaan simetidin dan metformin secara bersamaan bisa menyebabkan penurunan ekskresi
metformin oleh ginjal sehingga bisa menyebabkan lactic acidosis. Maka bila kedua obat ini harus di gunakan dalam waktu yang sama atau berdekatan maka
turunkan dosis metformin untuk mencegah interaksi tersebut Baxter Karen, 2008.
2.8. Pelayanan Kefarmasian Pada Pasien Diabetes
Secara prinsip, pelayanan kefarmasian terdiri dari beberapa tahap yang harus dilaksanakan secara berurutan Depkes RI, 2005:
a. Penyusunan informasi dasar atau database pasien
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Penyusunan database dilakukan dengan menyalin nama, umur, berat badan pasien serta terapi yang diberikan yang tertera pada resep. Mengenai masalah
medis diagnosis, gejala yang selanjutnya dikonfirmasikan ulang kepada pasien dan dokter bila perlu. Riwayat alergi, riwayat obat riwayat penggunaan obat satu
bulan terakhir. Hal ini diperlukan untuk memprediksikan efek samping dan efek yang disebabkan masalah terapi obat lainnya, serta untuk membantu pemilihan
obat. b. Evaluasi atau Pengkajian Assessment
Tujuan yang ingin dicapai dari tahap ini adalah identifikasi masalah yang berkaitan dengan terapi obat. Pelaksanaan evaluasi dilakukan dengan
membandingkan problem medik, terapi, dan database yang telah disusun, kemudian dikaitkan dengan pengetahuan tentang farmakoterapi, farmakologi dan
ilmu pengetahuan lain yang berkaitan. c. Penyusunan rencana pelayanan kefarmasian RPK
Rekomendasi terapi, rencana monitoring monitoring efektivitas terapi, Monitoring Reaksi Obat Berlawanan ROB dan rencana konseling
d. Implementasi RPK dan monitoring implementasi Kegiatan ini merupakan upaya melaksanakan Rencana Pelayanan
Kefarmasian RPK yang sudah disusun. Rekomendasi terapi yang sudah disusun dalam RPK, selanjutnya dikomunikasikan kepada dokter penulis resep, lalu
lakukan monitoring. e. Tindak Lanjut
Tindak lanjut merupakan kegiatan yang menjamin kesinambungan pelayanan kefarmasian sampai pasien dinyatakan sembuh atau tertatalaksana
dengan baik. Kegiatan yang dilakukan dapat berupa pemantauan perkembangan pasien baik perkembangan kondisi klinik maupun perkembangan terapi obat
dalam rangka mengidentifikasi ada atau tidaknya Masalah Terapi Obat MTO yang baru. Bila ditemukan MTO baru, maka selanjutnya apoteker menyusun atau
memodifikasi RPK. Kegiatan lain yang dilakukan dalam follow-up adalah memantau hasil atau
outcome yang dihasilkan dari rekomendasi yang diberikan. Hal ini sangat penting bagi Apoteker dalam menilai ketepatan rekomendasi yang diberikan. Kegiatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
follow-up memang sulit dilaksanakan di lingkup farmasi komunitas, kecuali pasien kembali ke Apotek yang sama, apoteker secara aktif menghubungi pasien
atau pasien menghubungi Apoteker melalui telepon.
2.9. Peran Apoteker dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus