Dari hasil penghitungan posttest uji normalitas untuk kelas eksperimen didapat χ
2 hitung
≤ χ
2 tabel
yaitu 5,867 ≤ 11,1 dan untuk kelas
kontrol χ
2 hitung
≤ χ
2 tabel
yaitu 5,867 ≤ 12,6. Dalam hal ini derajat
kebebasan db = k – 1 = 7 – 1 = 6 dan taraf kesalahan 0,05.
Dengan ketentuan: jika
χ
2 hitung
≥ χ
2 tabel
artinya distribusi data tidak normal jika
χ
2 hitung
≤ χ
2 tabel
artinya distribusi data normal Berdasarkan data diatas didapatkan
χ
2 hitung
≤ χ
2 tabel
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat dikatakan bahwa kedua
kelas memiliki data berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas posttest Pengujian homogenitas data posttest kelompok eksperimen dan
data posttest kelompok kontrol menghasilkan harga F
hitung
sebesar 1,4 sedangkan F
tabel
sebesar 1,69. Pengujian homogen disajikan pada lampiran 18. Berikut ini adalah hasilnya:
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest
No Kelompok Varians F
hitung
F
tabel
Keterangan
1 Eksperimen
91 1,4
1,69 Kedua kelas
berasal dari populasi yang
homogen 2
Kontrol 65
Sama halnya dengan pengambilan keputusan pada uji normalitas, pada uji homogenitas juga didasarkan pada ketentuan
pengujian hipotesis homogenitas yaitu jika nilai F
hitung
≤ F
tabel
maka data memiliki varians homogen. Sebaliknya jika F
hitung
F
tabel
maka data memiliki varians tidak homogen.
Dari hasil penghitungan uji homogenitas data posttest kelompok eksperimen dan data posttest kelompok kontrol di dapat harga F
hitung
≤ F
tabel
yaitu 1,4 ≤ 1,69 dengan taraf kesalahan 0,05. Berdasarkan data
diatas didapatkan F
hitung
≤ F
tabel
, maka dapat dikatakan bahwa kedua kelas memiliki data yang homogen
Berdasarkan hasil pengujian prasyaratan analisis terhadap data dari kedua kelompok diatas, maka pengujian hipotesis dalam
penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji-t Pretest Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil pretest
berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian uji-t dengan dk = n1 + n2
– 2 = 34 + 35 – 2 = 67 dan taraf kesalahan 5 didapatkan t-hitung lebih kecil dibandingkan dengan t-tabel yaitu 0,2 2 perhitungan lengkap lihat
lampiran 20. Maka dapat dikatakan bahwa kemampuan siswa tidak jauh berbeda sebelum diberikan perlakuan. Berikut ini adalah rekapan hasilnya:
Tabel 4.12 Hasil Uji-t Data Pretest
Kelompok n
Rata- rata
t
hit
t
tab
kesimpulan Eksperimen
34 25,23
0,2 2
Ha ditolak Ho diterima Kontrol
35 24,86
2. Uji-t Posttest
Setelah diketahui dan dinyatakan bahwa data hasil posttest berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil pengujian uji-t dengan dk = n1 + n2 – 2 = 34 + 35 – 2 = 67 dan taraf kesalahan 5 didapatkan t-hitung lebih
besar dibandingkan dengan t-tabel yaitu 8,8 2 perhitungan lengkap lihat lampiran 21. Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila t-hit
≤ t-tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, sedangkan bila t-hit
≥ t-tabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
terdapat pengaruh hasil belajar yang cukup signifikan antara kelas yang
menggunakan guided discovery learning dengan kelas yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Berikut ini adalah rekapan hasilnya:
Tabel 4.13 Hasil Uji-t Data Posttest
Kelompok n
Rata- rata
t
hit
t
tab
kesimpulan
Eksperimen 34 72,8
8,8 2
Ha diterima dan Ho ditolak
Kontrol 35
54,86
Adapun kriterianya adalah: Ho
= Tidak terdapat pengaruh hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran guided discovery learning dengan
model pembelajaran konvensional. Ha
= Terdapat pengaruh hasil belajar antara kelas yang menggunakan model pembelajaran
guided discovery learning dengan model pembelajaran konvensional.
D. Interpretasi Data
1. Hasil Pretest
Perolehan nilai pretest pada kedua kelompok, walaupun terdapat perbedaaan namun tidak terlalu besar. Dalam hal ini kelompok
eksperimen memperoleh nilai rata-rata pretest kontrol yang sedikit lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu 25,23 untuk kelompok
eksperimen dan 24,86 untuk kelompok kontrol. Karena perbedaan rata- rata kedua kelompok tidak terlalu besar maka dapat disimpulkan kedua
kelas memiliki kemampuan yang sama. Hal ini diperkuat dengan uji kehomogenannya dengan cara membandingkan nilai pretest kedua
kelompok tersebut
dengan menggunakan
analisis statistik
perbandingan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh bahwa ternyata hasil pretest kedua kelas tersebut tidak berbeda secara
signifikan sehingga pengambilan kedua kelas ini sebagai sampel penelitian adalah layak. Perhitungan statistik pada lampiran
2. Hasil Posttest
Berbeda dengan hasil perolehan pretest justru hasil perolehan posttest pada kelas eksperimen mencapai rata-rata lebih tinggi daripada
rata-rat kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar pada kelompok eksperimen setelah diberikan perlakuan berupa
penerapan guided discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional.
3. Nilai Normalized Gain g
Pengamatan berdasarkan perbedaan peningkatan nilai rata-rata pretest dan posttest pada setiap kelompok menunjukkan kelompok
eksperimen lebih tinggi, diperjelas dengan memperhatikan nilai g yang diperoleh kedua kelompok. Dari hasil perhitungan g tampak
nilai rata-rata g kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol. Yaitu g untuk kelas eksperimen sebesar 0,64 sedangkan g
untuk kelas kontrol sebesar 0,39. 4.
Hasil Uji Hipotesis Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
dignifikan pada guided discovery learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi.
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 72 Jakarta Utara, diperoleh perhitungan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA 1 kelas
eksperimen dengan penerapan model pembelajaran guided discovery learning sebesar 72,8 dan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA 2 kelas
kontrol dengan penerapan model pembelajaran konvensional sebesar 54,86.
Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik yaitu dengan melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji
homogenitas. Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dan diperoleh hasil t
hit
sebesar 8,8 ternyata lebih besar dari t
tab
sebesar 2. Terbukti bahwa hipotesis alternatif Ha yang diajukan secara signifikan
dapat diterima. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara model guided discovery
learning terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep laju reaksi. Penerapan guided discovery learning menggunakan metode yang
variatif, interaktif, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar dan aktif dalam
proses pembelajaran
dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional dimana guru hanya menggunakan metode pembelajaran
yang cenderung monoton, interaksinya satu arah dan instruktif. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen dengan
menerapkan model guided discovery learning siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil, melakukan praktikum, demonstrasi, diskusi dan
pemanfaatan LKS. Dengan kata lain, proses pembelajaran model guided discovery learning mengarahkan siswa untuk membangun sendiri konsep
atau prinsip dari materi laju reaksi sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar akan meningkat.
Pada tahap awal guru mengemukakan tujuan serta gambaran mengenai materi laju reaksi, kemudian memberikan LKS kepada siswa.
LKS ini disusun secara sistematik agar dapat membantu siswa memahami prinsip atau konsep secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir siswa
terhadap materi laju reaksi. Pada tahap selanjutnya siswa melakukan praktikum kemudian mendiskusikan hasil praktikum serta menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKS kemudian siswa mengemukakan prinsip atau konsep baru.
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas kontrol dengan menerapkan model pembelajaran konvensional menggunakan metode
ceramah dan praktikum. Pada tahap awal guru memberikan LKS kepada siswa, dalam LKS tersebut tidak hanya berisi latihan soal melainkan
terdapat beberapa tahapan praktikum mengenai materi laju reaksi yang