Belajar dan Hasil Belajar

23 b. Ranah afektif Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. c. Ranah psikomotorik Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotor yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Pembelajaran sains pada prinsipnya mengembangkan tiga ranah kompetensi, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berupa konsep, prinsip, hukum dan teori. Ranah afektif berupa sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam menyingkapi rahasia alam. Sedangkan ranah psikomotor merupakan proses ilmiah, baik fisik maupun mental, dalam mencermati fenomena alam. Ranah psikologis siswa yang terpenting ialah ranah kognitif. Ranah yang berkedudukan di otak ini, dalam perspektif psiklogi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah lainnya, yakni ranah afektif rasa dan ranah psikomotorik karsa. Tidak seperti organ-organ tubuh lainnya, organ otak sebagai markas fungsi kognitif bukan hanya menjadi penggerak aktivitas akal pikiran melainkan juga menara pengontrol aktivitas perasaan dan perbuatan. Kedua fungsi psikologis yang lain yaitu afektif dan psikomotor siswa ini juga penting tetapi cukup dipandang sebagai buah keberhasilan atau kegagalan perkembangan dan aktivitas fungsi kognitif. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki oleh seseorang siswa berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai perubahan setelah mengalami proses belajar. 24 3. Fase-Fase dalam Proses Belajar Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui fase-fase yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Jerome S. Bruner, dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga fase yaitu 29 : a. Fase informasi Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki. b. Fase transformasi Informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada giliranya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. c. Fase evaluasi Seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah pengetahuan informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi. Sedangkan menurut Wittig 1981 dalam bukunya Psychology of Learning setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan, yaitu 30 : 29 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995, Cet keempatbelas, h. 113. 30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995, Cet keempatbelas, h. 114. 25 a. Aquisition penerimaan informasi Seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Pada tahap ini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. b. Storage tahap penyimpanan informasi Siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses aquisition. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan short term dan long term memory. c. Retrieval tahap mendapatkan kembali informasi Siswa akan mengaktifkan kembali fungsi-fungsi sistem memorinya. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Secara global faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu 31 : a. Faktor internal faktor dari dalam siswa, yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa b. Faktor eksternal faktor dari luar siswa, yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa c. Faktor pendekatan belajar 31 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995, Cet keempatbelas, h. 132. 26 Tabel 2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Ragam Faktor dan Elemennya Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan Belajar Siswa 1. Aspek Fisiologis - tonus jasmani - mata dan telinga 2. Aspek Psikologis - inteligensi - sikap - minat - bakat - motivasi 1. Lingkungan Sosial - keluarga - guru dan staf - masyarakat - teman 2. Lingkungan Nonsosial - rumah - sekolah - peralatan - alam 1. Pendekatan Tinggi - speculative - achieving 2. Pendekatan Sedang - analitical - deep 3. Pendekatan Rendah - Reproductive - surface Guided discovery learning membantu siswa menjadi lebih otonom, mandiri, dan bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri. Siswa akan mempunyai motivasi di dalam dirinya motivasi instrinstik ketika mereka belajar dengan menemukan sesuatu sendiri, bukan hanya dengan mendengar tentang hal sesuatu.

F. Pengertian Ilmu Kimia

Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan sains di SMAMA diharapkan menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan 27 alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari 32 . Ilmu kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana, gejala-gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, dinamika, transformasi dan energetika zat. Ilmu kimia merupakan produk pengetahuan kimia yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum temuan saintis dan proses kerja ilmiah. Oleh karena itu dalam penilaian dan pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses 33 . Kimia merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di lembaga pendidikan tingkat SMA atau MA. Adapun fungsi dan tujuan mata pelajaran kimia di SMA dan MA adalah sebagai berikut 34 : 1. Menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan kebesaran Tuhan YME. 2. Memupuk sikap ilmiah yang mencakup: a. sikap jujur dan objektif terhadap data b. sikap terbuka, yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa pandangannya tidak benar. c. Ulet dan tidak cepat putus asa Kritis terhadap pernyataan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa ada dukungan hasil observasi empiris. d. Dapat bekerja sama dengan orang lain 3. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui eksperimen atau percobaan, dimana siswa melakukan pengujian 32 Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, Jakarta:Depdiknas, 2003 33 Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas, 2003, h 7 34 Depdiknas, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah, Jakarta: Depdiknas, 2003, h. 7 28 hipotesis dengan merancang eksperimen melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan dan interpretasi data, serta mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis. 4. meningkatkan kesadaran tentang aplikasi sains yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. 5. Memahami konsep-konsep kimia dan saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari- hari. 6. Membentuk sikap yang positif terhadap kimia, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari kimia lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam, serta kemampuan kimia dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya dalam tekhnologi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar kimia merupakan kemampuan yang dimiliki oleh anak didik yang dapat berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor sebagai suatu perubahan yang dialaminya setelah menerima pengalaman belajar dalam pembelajaran kimia. Pada penelitian ini hasil belajar kimia yang diukur dibatasi hanya pada aspek kognitif.

G. Laju Reaksi

Reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Misalnya jika kita menyalakan korek api maka pentul korek api akan habis terbakar lebih cepat dibandingkan dengan batang kayunya. Kecepatan dalam suatu reaksi kimia sering disebut laju reaksi. 1. Konsep Laju Reaksi Laju Reaksi adalah besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi persatuan waktu. Perubahan ini biasa dinyatakan sebagai 29 perubahan konsentrasi molar molaritas sehingga laju reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi akhir hasil reaksi terhadap konsentrasi awal pereaksi per satuan waktu. Satuan laju reaksi kimia dinyatakan dengan molaritas per detik Mdetik. Secara matematika, laju reaksi dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan, diketahui reaksi : mA + nB pC + qD Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, laju reaksi dapat diartikan sebagai laju berkurangnya konsentrasi molar A atau B, laju pertambahan konsentrasi molar C atau D. Dengan demikian laju reaksi dapat dinyatakan 35 : Laju reaksi = t [A]    atau t    ] B [ Atau Laju reaksi = t    ] C [ atau t    ] D [ Koefisien reaksi sangat mempengaruhi laju reaksi, yang dapat dituliskan: Laju pengurangan B = m n x laju berkurangnya A Laju pertambahan C = m p x laju berkurangnya A 2. Stoikiometri Laju Reaksi Sebelum belajar lebih jauh lagi tentang laju reaksi kita harus memahami terlebih dahulu cara menghitung molaritas larutan. Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat yang terlarut dalam 1 liter larutan. Larutan adalah campuran homogen antara dua komponen zat atau lebih. Komponen yang jumlahnya banyak disebut pelarut, sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit disebut zat terlarut. 35 Unggul Sudarmo, Kimia SMA 2 untuk SMA Kelas XI, Jakarta: Erlangga, 2004, h. 62