Self-Efficacy pada Anak Jalanan

c. Cepat menyerah saat menghadapi rintangan. d. Aspirasi yang rendah dan komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam situasi yang sulit cenderung akan memikirkan kekurangan dirinya. e. Lambat untuk memulihkan kembali perasaan mampu setelah mengalami kegagalan Bandura, 1997. Bandura dalam Warsito, 2004 menambahkan individu yang memiliki self- efficacy yang rendah akan menghindari semua tugas dan menyerah dengan mudah ketika masalah muncul. Mereka menganggap kegagalan sebagai kurangnya kemampuan yang ada. Dalam kaitannya dengan keyakinan akan kemampuan ini, orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi berusaha atau mencoba lebih keras dalam menghadapi tantangan sebaliknya orang yang memiliki self-efficacy yang rendah akan mengurangi usaha mereka untuk bekerja dalam situasi yang sulit.

C. Self-Efficacy pada Anak Jalanan

Menurut Tauran 2000, anak jalanan harus memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas atau kegiatan dalam menghadapi kehidupannya karena mereka akan menghabiskan waktunya untuk bekerja antara lima sampai dua belas jam dalam sehari antara lain sebagai pengamen jalanan, pedagang asongan ataupun pembersih mobil dan angkot. Dalam realitanya, anak jalanan banyak berinteraksi dengan orang dewasa dan berhadapan dengan kekerasan hidup, masalah keuangan dan bagaimana memenuhi kebutuhan konsumtif mereka. Universitas Sumatera Utara Menurut Hurlock 1999, jika dikaitkan dengan tugas perkembangan seorang anak jalanan dimana pada penelitian ini berumur 7 – 12 tahun, maka dapat dilihat bahwa hal tersebut bukan merupakan tugas perkembangan dari anak jalanan karena di usia kanak-kanak akhir 6 – 12 tahun tersebut seharusnya anak berada dalam lingkungan bermain, belajar serta menghabiskan banyak waktu di sekolah. Anak akan menghadapi tugas untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan konsumtif mereka pada masa dewasa awal 18 – 40 tahun. Pada fenomena yang ada, anak jalanan memang masih melakukan tugas perkembangannya sebagai seorang pelajar di sekolah formal namun dapat dikatakan mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menjadi anak jalanan agar mendapatkan uang sebagai penghasilan tambahan bagi orangtua mereka. Di rentang usia tersebut anak-anak seharusnya lebih banyak bergaul dan berteman dengan anak seusia mereka namun pada kenyataannya, mereka justru lebih banyak bergaul dan berhubungan dengan orang-orang yang lebih tua dari mereka. Anak jalanan melakukan tugas-tugas yang seharusnya belum dilakukan di usia mereka yaitu mencari nafkah di jalanan karena akan dapat membahayakan diri mereka sendiri sebab anak-anak jalanan akan berhadapan dengan rintangan- rintangan kehidupan agar dapat menghasilkan sesuatu. Menurut Suwardi 2007, pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan anak-anak jalanan karena mereka harus mendapatkan penghasilan untuk dapat memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya agar dapat tetap bertahan hidup. Baron Byrne dalam Akbar Hawadi, 2004 mengatakan bahwa hal tersebut sesuai dengan definisi dari self- efficacy yaitu merupakan penilaian individu terhadap kemampuan atau Universitas Sumatera Utara kompetensinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan dan mengatasi rintangan untuk menghasilkan sesuatu. Anak jalanan memiliki tugas untuk mencari nafkah guna mencapai tujuan yaitu mendapatkan penghasilan atau uang, dan untuk memenuhi tugas dan tujuan tersebut, anak jalanan harus dapat mengatasi rintangan-rintangan kehidupan yang akan dihadapi mereka antara lain kekerasan seksual dan fisik yang dilakukan pada anak jalanan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, bahaya merokok, seks bebas, minuman keras akibat dari pergaulan dan sebagainya ketika menjalankan tugas untuk mencapai tujuannya. Bandura dalam Santrock, 1998 mengatakan bahwa self-efficacy berhubungan dengan keyakinan individu dalam mengatasi suatu situasi kehidupan. Dalam kaitannya dengan anak jalanan adalah bahwa anak jalanan yang berada di masa kanak-kanak akhir 6 – 12 tahun, selain mereka harus tetap menyelesaikan pendidikan sebagai seorang pelajar di sekolah formal, mereka juga harus dapat berhadapan dengan situasi-situasi kehidupan dan tugas untuk mencari nafkah yang seharusnya belum dilakukan untuk rentang usia tersebut. Menurut Bandura dalam Warsito, 2004 individu yang memiliki self-efficacy yang tinggi merupakan individu yang mampu bertahan serta memiliki usaha yang keras dalam menghadapi situasi dan tantangan hidup yang sulit. Sebaliknya, individu yang memiliki self-efficacy yang rendah akan gagal menyesuaikan diri dalam situasi sosial dan mereka juga akan mengurangi usahanya untuk bekerja ketika mereka berhadapan dengan situasi dan tantangan hidup yang sulit. Anak jalanan yang memiliki self-efficacy yang tinggi, akan merasa mampu mengatasi situasi dan Universitas Sumatera Utara rintangan-rintangan kehidupan yang mereka hadapi dan dapat memenuhi tugasnya untuk bersekolah dan mencari nafkah sedangkan anak jalanan yang memiliki self- efficacy yang rendah akan merasa kurang mampu mengatasi situasi dan rintangan- rintangan kehidupan. Self-efficacy yang rendah dapat menyebabkan anak jalanan tersebut merasa gagal memenuhi tugasnya untuk bersekolah dan mencari nafkah karena mereka mengurangi usaha ketika berhadapan dengan rintangan dan situasi kehidupan yang sulit. Universitas Sumatera Utara

D. Paradigma Self-Efficacy pada Anak Jalanan