Kesimpulan Self-Efficacy Pada Anak Jalanan

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Bab ini akan menyimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian. Selanjutnya, kesimpulan didiskusikan berdasarkan teori dan hasil penelitian metodologis yang berguna bagi penelitian dengan tema kecemasan pada wanita bekerja dewasa awal yang belum menikah.

A. Kesimpulan

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada Bab I sebelumnya, maka dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Klasifikasi anak jalanan Mengingat salah satu tugas perkembangan dewasa awal adalah memilih pasangan hidup, namun keempat responden yang sudah usia kepala 3 belum juga berumah tangga. Alasan keempat responden dalam penelitian ini belum juga menikah, yaitu belum menemukan calon pendamping hidup yang sesuai. Hidup keempat responden pun diwarnai dengan kecemasan, dimana faktor yang menimbulkan kecemasan dari keempat responden diantaranya adalah sulitnya untuk menemukan calon pendamping yang juga belum menikah, kondisi orangtua yang semakin tua, kriteria calon pendamping hidup seperti apa yang didapatnya, dorongan orangtua, sistem reproduksi kewanitaan yang kurang optimal, dan adanya ketakutan ditinggal oleh teman-teman dekat yang sudah menikah. Hal ini Universitas Sumatera Utara dapat terlihat ketika bentuk reaksi kecemasan yang mereka rasakan, seperti jantung berdebar-debar, malas bertemu dengan orang-orang, merasa sakit perut, tidak selera makan, badan terasa panas, bingung, khawatir, lupa, tangan keringatan, merasa suntuk, uring-uringan, dan kepikiran dengan statusnya terjadi pada mereka. Ternyata, menjalani karir pekerjaan yang dilakukan pada keempat responden memiliki peran yang signifikan terhadap kehidupan mereka, dimana keempat responden dapat melupakan perasaan cemas mereka dengan melakukan pekerjaan mereka di kantor. Akan tetapi, kondisi yang membuat keempat responden mengingat statusnya, mereka akan kembali merasakan kecemasan tersebut. Oleh karena itu, mereka melakukan berbagai macam upaya untuk mengatasi kecemasan yang mereka rasakan dengan status belum menikah. Mereka berupaya mengatasi kecemasan mereka dengan melakukan berbagai kegiatan positif baik di dalam maupun di luar rumah, seperti tidak masuk kerja, pergi jalan- jalan, berbagi cerita dengan sahabat atau ibu, introspeksi diri, beribadah, dan melakukan kegiatan yang mereka sukai. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy. Keempat responden dalam penelitian ini merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah dan memiliki beberapa perbedaan faktor penyebab kecemasan tersebut. Faktor penyebab kecemasan pada responden I adalah sulitnya untuk menemukan calon pendamping yang juga belum menikah, kondisi orangtua yang semakin tua, dan kriteria calon pendamping hidup seperti apa yang didapatnya. Dengan usia yang sudah kepala 3, belum pernah merasakan pernikahan, dan ia Universitas Sumatera Utara juga cemas akan masa depan yang mungkin menjalani hidup sendiri tanpa menikah menjadi faktor penyebab kecemasan responden II. Selain usia, yang menjadi faktor penyebab kecemasan responden III adalah dorongan orangtua, sistem reproduksi kewanitaan yang kurang optimal, dan kesempatan mendapat calon pendamping hidup yang juga belum menikah dan masih muda. Kecemasan responden IV disebabkan adanya ketakutan ditinggal oleh teman-teman dekat yang sudah menikah. Perbedaan faktor penyebab kecemasan dari keempat responden tersebut dapat dilihat sebagai berikut. a. Dengan usia yang sudah kepala 3 membuat F.K merasa sulit untuk menemukan pendamping yang juga belum menikah dan memilih pasrah. Kondisi orangtua yang semakin tua dan kriteria calon pendamping hidup yang seperti apa yang akan didapat oleh F.K juga menjadi faktor penyebab kecemasan. F.K yang memiliki status belum menikah tidak merasa mengancam keberadaan dirinya saat ini. Menurut F.K dengan statusnya yang belum menikah dan bekerja, memungkinkan F.K lebih banyak akses kemana F.K inginkan. Selain itu, F.K juga didukung oleh orangtuanya. Akan tetapi, F.K sesekali merasa terganggu dan jenuh dengan berbagai macam pertanyaaan dari orang lain, baik saudara- saudara yang seumuran dengan F.K maupun tetangga mengenai status F.K yang belum menikah, sehingga F.K menjadi malas untuk bertemu dengan orang dan malas datang ke acara-acara formal. Hal-hal yang meningkatkan kecemasan F.K dengan statusnya yang belum menikah adalah terlalu memikirkan pertanyaan yang banyak dari orang lain perihal dirinya yang belum menikah. Universitas Sumatera Utara b. Faktor penyebab kecemasan pada R.R terhadap statusnya yang belum menikah adalah usia yang sudah kepala 3, belum pernah merasakan pernikahan, masa depan yang mungkin menjalani hidup sendiri tanpa menikah. Status R.R yang belum menikah tidak mengancam keberadaan dirinya, karena masih bisa melanjutkan hidup walau tidak menikah. R.R terkadang merasa terganggu dengan berbagai macam pertanyaan dari orang lain mengenai statusnya yang belum menikah yang menurut R.R bersifat mengejek, tapi pada akhirnya memaklumi karena menurut R.R berarti orang-orang di sekeliling R.R memperhatikannya. Hal yang meningkatkan perasaan cemas pada R.R adalah ketika sedang sendirian dan terus-menerus memikirkan statusnya yang belum menikah. c. Selain usia, yang menjadi faktor penyebab kecemasan pada diri Y.D adalah dorongan orangtua, sistem reproduksi kewanitaan yang kurang optimal, dan kesempatan mendapat calon pendamping hidup yang juga belum menikah dan masih muda. Dengan status Y.D yang belum menikah tidak mengancam keberadaan dirinya, karena bagi Y.D menikah bukan untuk mengejar status melainkan kebutuhan. Y.D merasa sangat terganggu dengan berbagai macam pertanyaan dari orang lain mengenai statusnya yang belum menikah, sehingga Y.D berprasangka terhadap penggunaan bahasa yang orang lain gunakan untuk bertanya, apakah memang bersimpati atau justru mengejek. Hal-hal yang meningkatkan kecemasan Y.D adalah ketidakstabilan emosi seperti mudah tersinggung dan merasa segala sesuatu yang berada di lingkungan Y.D pada saat merasa cemas adalah suatu hal yang mengganggu Y.D. Universitas Sumatera Utara d. Adanya ketakutan akan ditinggal oleh teman-teman yang sudah menikah lebih dulu mulai menjauh darinya dengan kesibukan atau dengan keluarganya adalah faktor penyebab kecemasan yang dirasakan F.Y. Selain itu, F.Y merasa cemas pada saat sedang sendirian. Ia juga merasa terganggu dengan berbagai macam pertanyaan perihal diri yang belum menikah dari orang yang tidak dikenal dekat dengannya. Status F.Y yang belum menikah mengancam keberadaan diri F.Y, karena F.Y mengkhawatirkan masa depan dengan calon pendamping hidupnya, apakah masih ada yang mau dengan F.Y. Baginya yang terpenting adalah ia tidak menyusahkan orang lain, selalu percaya dengan dirinya, dan selalu yakin bahwa Tuhan itu akan memberikan yang terbaik untuk F.Y. F.Y pun merasa terganggu dengan berbagai macam pertanyaan perihal dirinya yang belum menikah dari orang yang tidak dikenal dekat olehnya. 3. Tugas-tugas anak jalanan Berbagai macam bentuk reaksi kecemasan yang ditunjukkan dari keempat responden dalam penelitian ini. Bentuk reaksi kecemasan yang ditunjukkan dari keempat responden ini berbeda-beda, namun terdapat beberapa persamaan diantara mereka. Bentuk reaksi kecemasan pada responden I berdebar-debar hingga menangis dan malas bertemu dengan orang-orang. Secara biologis, responden II merasa sakit perut, tidak selera makan, dan badan terasa panas. Selain bingung, khawatir, dan lupa, responden III mengalami tangan keringatan Universitas Sumatera Utara dan jantung berdebar-debar. Responden IV merasa suntuk, uring-uringan, dan kepikiran dengan statusnya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut. a. F.K merasa malas untuk bertemu dengan orang ketika merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah. Pada kondisi lingkungan dengan interaksi orang yang kurang, F.K merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah, apalagi dengan orang yang jarang ditemui dan banyak menanyai F.K perihal belum menikah, sehingga membuat F.K merasa kesal. Secara biologis, yang F.K rasakan ketika merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah adalah berdebar-debar, kemudian F.K menangis karena mengingat teman sudah menikah dan usia orangtua yang sudah lanjut. F.K pun menjadi malas untuk bertemu dengan orang ketika merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah. b. Reaksi kecemasan yang dirasakan R.R adalah bingung ketika menghadapi masalahnya yang belum memiliki pasangan dan khawatir dengan calon pendamping yang sesuai. Selain itu R.R merasa malas untuk melakukan hal apapun seperti kehilangan gairah hidup. Secara biologis, yang dirasakan R.R ketika merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah adalah sakit perut, tidak selera makan, dan badan terasa panas. c. Reaksi kecemasan yang dirasakan Y.D dengan statusnya yang belum menikah adalah bingung, khawatir, dan lupa. Selain itu, Y.D juga uring-uringan yang ia sendiri tidak mengerti apa penyebabnya. Secara biologis, yang dirasakan Y.D ketika merasa cemasa dengan statusnya yang belum menikah adalah adanya Universitas Sumatera Utara hasrat untuk memiliki pendamping hidup seperti tangan keringatan dan jantung berdebar-debar. d. Perasaan cemas dengan status belum menikah yang dirasakan F.Y memunculkan perasaan yang tidak enak, merasa suntuk, uring-uringan, dan kepikiran dengan statusnya. Panik yang dialami F.Y ketika merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah seperti perasaan ketakutan karena bingung dan tidak tahu harus berbuat apa. Bentuk reaksi F.Y ketika merasa cemas dengan statusnya yang belum menikah adalah dalam bentuk kekhawatiran yang biasanya berpikiran jelek perihal diri F.Y belum menemukan pendamping hidupnya dan memikirkan pengalaman terhadap teman prianya dulu. 4. Permasalahan yang dihadapi anak jalanan a. Kecemasan yang dirasakan dari keempat responden dalam penelitian ini memiliki dampak bagi kehidupan mereka. Adapun diantara responden yang merasakan dampak yang negatif dan justru positif bagi kehidupan mereka. Dalam hal menilai diri, mereka menilai diri mereka berbeda-beda. Dampak kecemasannya adalah negatif bagi responden I dan III, namun menilai diri cukup positif, sedangkan responden III menilai dirinya menyedihkan. Responden II dan IV, merasa positif dan negatif, serta menilai diri sebagai orang yang apa adanya. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut. 1. Dampak kecemasan yang F.K rasakan dengan statusnya yang belum menikah adalah negatif, yaitu F.K menjadi takut orangtuanya menjadi Universitas Sumatera Utara susah melihat anaknya yang belum menikah, takut mendapat suami duda atau menjadi istri kedua, dan takut hamil yang akan berisiko tinggi baginya, serta takut mendapat sebutan ‘perawan tua’. Meskipun demikian, F.K menilai dirinya dengan status belum menikah dan bekerja pada saat ini cukup positif, yaitu tidak tergantung dengan orang lain dan F.K orang yang tegar. Akan tetapi, F.K menilai dirinya negatif, yaitu sebagai orang yang penyedih dan mudah emosi. 2. Dampak positif dari kecemasan yang dirasakan R.R dengan statusnya yang belum menikah adalah R.R semakin berusaha untuk menemukan calon pendamping, tidak mudah menyerah, dan lebih dekat dengan Tuhan. Sementara, dampak negatif yang dirasakan R.R adalah R.R menjadi stres dan minder kalau datang ke pesta perkawinan. R.R menilai dirinya dengan status yang belum menikah dan bekerja pada saat ini bukanlah akhir dari segalanya, karena menurut R.R ada hal-hal lain yang lebih penting yang harus dipikirkan. 3. Dampak kecemasan yang Y.D rasakan dengan statusnya yang belum menikah adalah negatif, yaitu semakin merasa takut akan kesempatan untuk merasakan pernikahan, takut akan masa depan tanpa kehadiran suami, beban pikiran yang semakin berat karena dorongan dari ibu dan nenek Y.D, dan perkataan orang terhadap dirinya. Y.D menilai dirinya menyedihkan dengan statusnya yang belum menikah dan bekerja pada saat ini. Y.D merasa sudah mapan baik dari segi pekerjaan, pendidikan, maupun finansial, namun belum juga memiliki pendamping hidup. Universitas Sumatera Utara 4. Dampak kecemasan yang dirasakan F.Y positif dengan status yang belum menikah adalah F.Y lebih mengingatkan diri untuk menikah, mendekatkan diri pada Tuhan dan keluarga. Dampak kecemasan yang dirasakan F.Y negatif dengan status yang belum menikah adalah F.Y menjadi mendengarkan pendapat miring tentang wanita yang tidak menikah, merasa tidak nyaman dengan pertanyaan perihal belum menikah dari orang yang tidak dikenal dekat, merasa minder diantara teman-teman responden yang sudah menikah dan takut kehilangan teman-teman yang sudah menikah. F.Y menilai dirinya sebagai diri yang apa adanya. F.Y merasa tenang dengan pekerjaannya tanpa ada tekanan. Sama halnya dengan menikah, tidak ada tekanan dari yang lain untuk menikah. F.Y mampu bersosialisasi dengan orang lain, dapat membantu orang karena pekerjaan F.Y sebagai pekerja sosial, menikmati pekerjaan, dan menikmati kehidupan keluarga dan kantor yang mendukung hidup F.Y. b. Terdapat berbagai upaya bagaimana keempat responden dalam penelitian ini mengatasi kecemasannya. Pada umumnya keempat responden mengatasi kecemasan mereka dengan melakukan berbagai kegiatan positif baik di dalam maupun di luar rumah, namun dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat sebagai berikut. 1. Dalam mengatasi kecemasannya, F.K memperbanyak kegiatan, seperti mengajar, tidak masuk kerja dan pergi jalan-jalan. Selain itu, berbagi cerita Universitas Sumatera Utara dengan sahabatnya. F.K pun berupaya dengan memperbanyak teman, tidak menutup diri, dan mengikuti kegiatan. 2. R.R mengatasi perasaan cemasnya dengan menarik nafas dalam-dalam, beristighfar, introspeksi diri, dan melakukan hal yang disukainya seperti menonton film, membaca buku, makan, jalan-jalan, atau mengerjakan pekerjaan rumah, kemudian berdoa dan memohon petunjuk kepada Tuhan, lalu menangis, dan mencari hiburan dengan melihat televisi, menghubungi sahabat atau pergi berbelanja. R.R pun berupaya dengan tetap berpikiran positif dan mengambil hikmah dari kondisinya saat ini. 3. Dengan melakukan berbagai kegiatan positif dan mencari teman serta mencurahkan isi hati ke ibunya agar beban pikirannya menjadi berkurang merupakan cara Y.D dalam mengatasi kecemasannya. Y.D pun berupaya dengan berdoa karena Y.D merasa pergaulannya sudah cukup luas, dari segala kalangan juga ditemani oleh Y.D. 4. F.Y mengatasi kecemasan yang dirasakannya melalui komunikasi dengan teman melalui telepon atau internet, membaca buku, beriibadah shalat, dan keluar rumah untuk berbelanja atau ke toko buku. F.Y pun berupaya dengan mengikuti kegiatan di luar rumah yang berpeluang untuk bertemu dengan orang banyak seperti menghadiri resepsi pernikahan, mengikuti seminar-seminar dan pendidikan kilat, jalan-jalan ke mall dan mengunjungi tempat rekreasi dengan teman dan makan bersama. Selain itu, upaya F.Y juga meminta bantuan teman dan keluarga untuk dicarikan Universitas Sumatera Utara calon pendamping, kemudian F.Y membuka diri untuk berkenalan dengan orang lain, dan berdoa.

B. Diskusi