Deskripsi Hasil Wawancara Partisipan 3 GG

melainkan GG sendirilah yang menetapkannya dengan alasan agar GG bisa memberikan uang dari hasil ngamennya kepada ibunya. Menurut pengakuan GG, ia merasa kegiatannya di jalanan tidaklah mengganggu kegiatannya di sekolah dan GG juga mengaku bahwa ia lebih tertarik untuk menjadi anak jalanan daripada belajar di sekolah karena di jalanan selain GG dapat memperoleh uang dari mengamen, GG juga dapat memperoleh banyak pengalaman yang tidak diperolehnya dari sekolah. Namun meskipun demikian, GG memiliki keinginan untuk dapat menyelesaikan sekolahnya sampai tamat apabila orang-tuanya memiliki biaya untuk sekolahnya tersebut. Tabel 8 Waktu Wawancara Partisipan 3 GG Partisipan HariTanggal wawancara Waktu wawancara Tempat wawancara GG Senin02 Nopember 2009

17.00 -18.30 WIB Rumah makan

GG Selasa03 Nopember 2009 15.30 - 16.30 WIB Rumah singgah GG Sabtu14 Nopember 2009 16.00 - 16.50 WIB Rumah makan

2. Deskripsi Hasil Wawancara

GG terlahir 12 tahun yang lalu sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara. Ayahnya telah meninggal sekitar tiga tahun yang lalu sementara itu Ibunya adalah seorang pedagang. GG tinggal bersama dengan ibu dan saudara laki-lakinya sedangkan saudara perempuannya tinggal bersama pamannya setelah ayahnya meninggal karena ibunya merasa tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan mereka. GG bersekolah di SMP 21 kelas satu. Pada pagi hari GG berangkat ke sekolah dan pulang ke rumah sekitar pukul 14.00. Setelah itu, GG pergi ke jalanan Universitas Sumatera Utara di daerah Simpang Pos untuk mencari uang dengan cara mengamen. Setiap harinya GG berusaha untuk mendapatkan minimal uang Rp20.000,- barulah GG pulang ke rumah pukul 19.00 ataupun bahkan pada pukul 22.00 tergantung dari jumlah uang yang telah diperolehnya.

a. Klasifikasi anak

jalanan GG yang saat ini berusia 12 tahun pertama kali terjun menjadi anak jalanan ketika berusia sekitar 10 tahun karena ia melihat pengalaman seorang temannya yang telah lebih dahulu menjadi anak jalanan. “ Umur berapa lah itu ya? Eee sepuluh tahun lah kurasa itu. Karena kan pertama kali itu kan ada kawanku tukang semir. ” W1P3B017-019Hal.48 Ketika pertama kali menjadi anak jalanan, GG melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan temannya yaitu menyemir sepatu. Meskipun GG merasa kurang mampu untuk melakukan hal itu, namun ia tidak gampang menyerah, ia meminta bantuan pada temannya tersebut juga pada ibunya. “ Iya, kutanya-tanya lah dia. Trus diajaknya lah aku ikut nyemir juga. Baru kan waktu pertama kali aku nyemir, dapatku langsung empat belas ribu. Kawanku itu, waktu pertama kali nyemir, cuma dapat dua ribu. ” W1P3B023-027Hal.48 Ayah GG telah meninggal ketika ia berusia sekitar 10 tahun dan setelah ayahnya meninggal barulah GG berpikir untuk menjadi anak jalanan untuk mencari uang dan membantu sedikit beban ibunya dan ibunya menyetujui serta mendukung keinginan GG tersebut dengan membelikan GG peralatan untuk menyemir. Universitas Sumatera Utara “ Tahu kak, kan mamak itu yang belikan alat-alat semirku, trus kutanya mamak kan, boleh nggak aku nyemir kayak si Heru mak, boleh katanya tapi harus hati-hatilah aku. Trus kutanya mamak, kek mana lah nyemir itu ya mak, udah berdoa ajalah kau sama Tuhan biar dikasih kita rejeki, trus berdoa lah aku berdoa-berdoa tiap malam. Trus kan kak, pertama nyemir itukan enak kali itu kurasa, dapatku langsung empat belas ribu. Trus kukasih lah sama mamakku. ” W3P3B075-085Hal.70 “ Iya, waktu pertama-tama kali dulu kan, aku nggak tahu juga. Kek mana lah nyemir ini. Trus datang mamakku, dibilangnya berdoa ajalah kau biar dapat rejeki. Berdoalah aku kan kak. Berdoa, berdoa aku tiap hari dalam kamar. ” W1P3B034-039Hal.48 Masalah ekonomi merupakan alasan utama GG menjadi anak jalanan. Setelah GG merasakan menjadi anak jalanan, ia merasa sangat menyukainya karena dengan melakukan kegiatan di jalanan tersebut ia dapat memperoleh uang. “ Iya, kubilanglah biar dapatku nanti duit banyak dari nyemirku itu. Trus waktu aku nyemir itu kan kak, di sampri yang disitu itu, ada kawan bapakku dulu, dikasihnyalah aku goceng. Udah, pulang aku dari sana, nggak da yang kasih seribu, dua ribu semua. Jadi itulah kak makanya bisa dapatku empat belas ribu. ” W1P3B041-048Hal.48 “ Ya, enak aja kutengok kak, tinggal dilap-lap sepatu itu kek gini-gini kan, trus dapat seribu, gopek, kadang kalau dapat yang baik orangnya, dikasih goceng. ” W3P3B057-060Hal.70 Sewaktu pertama kali turun ke jalanan, GG melakukan kegiatan menyemir sepatu namun karena GG merasa bosan dengan kegiatan itu maka GG mulai mengamen. Setiap harinya GG berusaha untuk mendapatkan uang sedikitnya Rp20.000,- agar ia dapat memberikan uang tersebut pada ibunya. Akan tetapi GG mengaku bahwa jumlah tersebut bukanlah ditetapkan oleh ibunya melainkan dirinya sendiri yang menetapkan. “ Bukan, aku sendirinya itu kak. Nantikan kalau udah dapatku dua puluh ribu kan, trus kucarilah goceng lagi untuk ongkosku pulang sama untuk jajan. ” W1P3B360-363Hal.54 Universitas Sumatera Utara “Iya kak, itu waktu belum punya gitar aku. Sekarang kan udah punya aku gitar sendiri, jadi bisa banyak dapatku. Aku kan kak, kalau belum dapatku dua puluh, kucari terus. Ngamen terus.” W1P3B345-249Hal.54 Pendapatan GG biasanya selalu diberikannya kepada ibunya dan sebagian akan ditabungnya. Uang tersebut digunakan untuk keperluan sehari-hari GG dan bahkan untuk membiayai keperluan sekolah GG seperti membeli buku pelajaran. “ Itulah kak, yang kubilang itu. Untuk makan, jajanku, karena aku kan kak, nggak bisa aku kalau nggak jajan, trus bayar uang buku ku juga, kadang abangku jogal otaknya, mau juga dimintany duitku. Trus kan kak, kutabung juga uangku buat jalan-jalan kami nanti pas tahun baru sama anak-anak RM. ” W2P3B130-136Hal.66 “ Heh? Beli buku? Aku kan kak, kadang-kadangnya kubeli buku. Kalau ada uangku kubeli…. ” W1P3B563-565Hal.58 “ Sebagian lah kak, sebagian kutabung juga karena kan kak pas tahun baru nanti kami mau jalan-jalan ke Sibolangit sama anak-anak RM. ” W1P3B366-369Hal.55 Selain menjadi anak jalanan, GG masih tetap bersekolah setiap harinya dan GG telah duduk di bangku kelas I satu SMP. Pada pagi hari GG berangkat ke sekolah dan sekitar pukul 14.00 GG pulang ke rumah untuk mengganti pakaiannya kemudian setelah itu barulah GG pergi ke jalanan untuk mengamen. “ Hampir jam dua gitu lah kak. ” W1P3B477Hal.57 Setiap harinya GG pergi ke jalanan pada siang hari termasuk hari Minggu dan akan pulang ke rumah apabila GG telah memperoleh uang sejumlah Rp20.000,-. Hal tersebut dapat mengakibatkan GG pulang ke rumah hingga larut malam karena ia belum mendapatkan uang yang cukup untuk diberikan pada ibunya. Universitas Sumatera Utara “ Nggak tentu juga kak. Mau jam sembilan itu, pernah juga jam sepuluh aku baru pulang. Tapi kadang, kalau udah dapatku dua puluh ribu, mau aku pulang sore-sore itu. ” W1P3B351-355Hal.54 “Iya, biar bisa kukasih mamak.” W1P3B357Hal.54

b. Latar belakang anak jalanan

Ayah GG telah meninggal ketika GG berusia 10 tahun dan semasa hidupnya ayahnya bekerja sebagai seorang supir mulai dari supir bus sampai supir taksi. “ Iya kak. Mobil-mobil besar pertama itu. Baru habis itu kan mobil Sampri. Sampri ini kak, disitu semua kawan bapak. Baru terakhir taksi. Taksi itu baru lah meninggal bapak. ” W1P3B390-394Hal.55 Di sekitar daerah tempat tinggal GG yang berada di Luka Pintu Air, GG memiliki teman yang juga menjadi anak jalanan sehingga membuat GG berpikir untuk menjadi anak jalanan juga. “ Itulah kan kak, yang kubilang kawan satu gang ku, si Heri itu. ” W3P3B029-030Hal.69 GG memutuskan untuk menjadi anak jalanan setelah ayahnya meninggal. Keluarganya merasa kesulitan ekonomi karena hanya ibunya yang mencari uang untuk menghidupi GG dan dua orang saudaranya dengan cara berjualan barang- barang kebutuhan sehari-hari. “ Mana cukup duit mamak itu. Karena kan kak, waktu itu kan, baru-baru mati itu bapak, nggak ada lah duit kami. Mamak pun kan kerjanya jualan ajanya. Jual durian, kelapa, baju monja. Kasihan aku nengok mamak, makanya jadinya aku ikut kawanku itu nyemir, biar dapatku duit kan. ” W3P3B064-070Hal.70 “ Semua lah kak. Ada itu musim duren, dijualnya duren. Ada musim mangga, rambutan, dijualnya lah mangga, rambutan. Tapi kalau nggak da lagi musim kan, baju monja dijualnya. Kalau nggak gitu, ikan, semua dijualnya. ” W1P3B409-414Hal.55 Universitas Sumatera Utara GG merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Namun tidak lama setelah ayah GG meninggal, ibu GG merasa tidak sanggup untuk membiayai tiga orang anak sehingga kakak GG yang sekarang duduk di kelas tiga SMP diberikan pada paman GG agar dapat mengurangi beban ibu GG. “ Dua saudaraku. Tapi satu ikut udaku di Pangururan karena nggak sanggup mamak lagi ya kan. ” W1P3B451-453Hal.56 “ Tiga lah kak, sama mamak, karena kan kakak kan pigi ke...karena nggak sanggup mamak. ” W1P3B447-449Hal.56 Penghasilan ibu GG dirasa masih belum bisa mencukupi kebutuhan GG dan abangnya, sehingga terkadang ibunya meminta uang dari hasil GG mengamen. “ Sikitnya itu kak, nggak tahu juga aku berapa, tapi kan kak kalau mamak nggak da uang mamak, mau dimintanya tabunganku. Gom, minta dulu uangmu. Trus kukasih lah kak. ” W1P3B441-445Hal.56 Sementara itu, abang GG tidak ada melakukan pekerjaan apa-apa yang dapat menghasilkan uang sehingga GG juga harus mau berbagi pendapatannya dengan abangnya. “ Nggak ada dia kak. Dia itu kan jogal kali otaknya. Nanti kan kak, mau itu dimintanya duitku kalau aku pulang. Gom berapa dapatmu? Bagi dulu aku goceng. ” W1P3B509-512Hal.57 “ Itupun kadang kak. Kalau nggak ada lagi duitnya, diambilnya duitku. ” W1P3B517-518Hal.57

c. Tugas-tugas yang dihadapi anak jalanan berkaitan dengan aspek-aspek

self-efficacy 1. Magnitude Level Universitas Sumatera Utara Sewaktu pertama kali menjadi anak jalanan, GG mencari uang dengan cara menyemir sepatu. Namun lama-kelamaan GG merasa kurang menyukai kegiatan tersebut karena sulit dan tidak menyenangkan sehingga GG melakukan kegiatan lain yang ia rasa lebih menyenangkan yaitu mengamen. “ Ah, karena da bosan kali aku kak. Capek kali lagi. Harus kek gini tanganku, megang-megang sepatu itu. Capek, istirahat, jajan. Habis jadinya uangku. Terpaksalah minum minum minum es, jajan, beli nasi, karena capek kali itu. ” W1P3B098-103Hal.50 Sebagai seorang bungsu dari tiga bersaudara, GG juga mendapat tugas untuk melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu ataupun menyuci piring. “Aku kan kak, agak jogal aku memang, kadang kan di suruh mamak memang aku nyapu, kadang ya kusapu lah rumah, kadang cuci piring juga. Tapi kadang mau juga aku nggak kukerjakan kak. Karena kan otakku ini otak jogalnya.” W2P3B023-028Hal.64 GG mengaku bahwa ia masih tetap mengerjakan tugas sekolahnya di malam hari setelah ia pulang mengamen meskipun GG merasa bahwa dirinya lebih kesulitan untuk mengerjakan tugas sekolahnya daripada kegiatannya di jalanan. “ Aku kan kak, pulang sekolah, mandi, makan, pigi kesini kak. Baru udah malam-malamnya kan, kuliat kalau ada PR-ku kukerjakan, kalau nggak ada PR pilih roster. Kalau udah siap, maen-maenlah aku. ” W1P3B533-537Hal.58 “Kadang nggak pandai aku kak, kalau nyari duitkan gampangnya tinggal nyanyi-nyanyi aja, kek gini kan, atau nggak nyemprot pas lagi hujan, udahlah dapat aku duit. Nggak kek ngerjain pr.” W2P3B174-178Hal.67 GG merasa mampu untuk melakukan semua tugas-tugasnya tersebut walaupun terkadang ia malas untuk melakukannya. GG merasa bahwa ia memang harus mencari uang demi membantu beban orang-tuanya yang bekerja sendiri untuk membiayai kehidupan mereka sekeluarga karena ayahnya telah meninggal. Universitas Sumatera Utara “Yaa, sanggup nggak sanggup lah kak, karena kan kak, nanti nggak cukup uang mamak buat makan kami, biar bisa lah aku bayar uang buku.” W2P3B124-127Hal.66 “Eee, ya sanggup lah kak, karena bisa sambil main-main juganya kak.” W3P3B136-137Hal.71

2. Generality