“Iya kak, tapi masa aku ngamen terus kak. Nggak lah kak, aku pengen juga nanti punya kerjaan yang lain.”
W2P1B253-255Hal.20 RS merasa bahwa dirinya adalah anak yang pandai mencari uang jika
dibandingkan dengan kakaknya yang juga anak jalanan karena orang-tuanya yang mengatakan demikian. Namun kekurangan RS adalah malas belajar yang
kelihatannya sulit untuk diubah. “Aku kak? Hehe... nggak tahu juga kak. Kalau kata mamak aku pintar cari
duit, gak kayak kakakku si Elita, dia sedikit kalau dapatnya duit. Nanti mau kan aku dapat dua puluh, tapi si Elita cuma dapat tiga ribu.”
W3P1B127-131Hal.24 “Eee apa ya kak. Kurasa ya malas belajar lah kak. Hahaha...”
W3P1B138-139Hal.24
3. Interpretasi Intra Subjek
Di bagian ini akan dijelaskan mengenai aspek-aspek pada partisipan 1 RS yang berhubungan dengan permasalahan penelitian. Aspek-aspek tersebut
dihubungkan dengan teori yang telah dikemukakan di Bab II.
Tabel 3 Interpretasi RS
Tema Kesimpulan Konfirmasi Teoritis
Klasifikasi anak jalanan
● RS berumur 12 tahun dan melakukan kegiatan di jalanan
mengamen, menyapu, menyemprot dan berjualan
aqua setiap hari selama 5-8 jam.
● Seseorang dapat dikatakan anak jalanan bila berumur
dibawah 18 tahun, yang menggunakan jalan sebagai
tempat mencari nafkah dan berada di jalan lebih dari enam
Universitas Sumatera Utara
● RS masih memiliki kedua orang-tua dan tinggal bersama
dengan orang-tua serta keluarganya.
● RS masih bersekolah dan duduk di kelas I SMP serta
masih memiliki keluarga dan selalu pulang ke rumah setelah
selesai mencari uang di jalanan. RS mencari uang untuk
membantu orang-tuanya dan uang yang diperolehnya akan
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari keluarganya serta
untuk keperluan sekolah RS. jam sehari dan enam hari
seminggu Suwardi, 2007. ● Anak jalanan terbagi ke
dalam empat tipe yaitu anak jalanan yang masih memiliki
orang tua dan tinggal dengan orang tua, anak jalanan yang
masih memiliki orang tua tapi tidak tinggal dengan orang
tua, anak jalanan yang sudah tidak memiliki orang tua tapi
tinggal dengan keluarga, anak jalanan
yang sudah tidak memiliki orang tua dan tidak
tinggal dengan keluarga Suwardi, 2007.
● Kategori anak jalanan termasuk ke dalam Children
on the Street yaitu anak masih memiliki keluarga dan pulang
ke rumah, bahkan sebagian masih bersekolah. Penghasilan
orang tua yang menurun karena gelombang PHK dan
krisis ekonomi yang melanda. Membantu orang tua termasuk
membiayai sendiri biaya sekolah menjadi salah satu
alasan mereka bekerja di jalan Tata Sudrajat dalam
Mulandar, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Latar belakang anak jalanan
RS berasal dari keluarga besar dengan sebelas bersaudara
namun 4 orang yang tinggal bersama RS karena 3 orang
telah berkeluarga dan 3 orang lagi pergi merantau. Orang-tua
RS bekerja sebagai petani dengan jumlah penghasilan
yang dirasa kurang untuk mencukupi mereka sekeluarga
sehingga RS harus ikut mencari uang untuk membantu beban
orang-tuanya. RS tinggal di daerah persawahan dimana
anak-anak di daerah tersebut banyak yang menjadi anak
jalanan juga. Tiga tingkat yang
menyebabkan munculnya fenomena anak jalanan :
Tingkat mikro immediate causes yaitu faktor-faktor
yang berhubungan dengan situasi anak dan keluarganya,
Tingkat meso underlying causes yaitu faktor-faktor
yang ada di masyarakat tempat anak dan keluarga
berada, Tingkat makro basic causes
yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan struktur
makro dari masyarakat seperti ekonomi, politik dan
kebudayaan Tata Sudrajat dalam Mulandar, 1996.
Tugas-tugas yang dihadapi anak jalanan berkaitan dengan aspek-aspek self-efficacy
Magnitude Level RS merasa dirinya mampu
untuk melakukan semua tugas- tugasnya yaitu mencari uang,
belajar serta pekerjaan- pekerjaan rumah yang juga
harus dikerjakannya karena hal tersebut memang sudah
menjadi tugasnya dan RS tidak memiliki pilihan yang lain.
Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang akan
kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu dari
peristiwa yang dihadapi dalam hidupnya dan hal ini akan
mendorong suatu keinginan serta akan berpengaruh dalam
pemilihan perilaku, usaha dan ketekunan seseorang Bandura
Universitas Sumatera Utara
Generality
Strength
RS merasa lebih mampu untuk melakukan tugasnya mencari
uang daripada tugasnya sebagai pelajar yaitu belajar.
Meskipun banyak rintangan dan tantangan yang dihadapi
RS namun RS merasa bahwa dirinya mampu melakukan
semua tugas baik tugas sebagai pelajar maupun anak jalanan
walaupun tugasnya sebagai pelajar kurang baik hasilnya
karena RS kurang termotivasi untuk memiliki prestasi yang
lebih baik. dalam Feist Feist, 2002.
Aspek self-efficacy “generality” yang berkaitan
dengan luas bidang perilaku dimana seseorang merasa
yakin bahwa dirinya mampu untuk mengerjakan suatu
tugas baik pada setiap bidang yang biasa dijalaninya
maupun pada bidang yang belum pernah dilakukannya
Bandura, 1997. Aspek self-efficacy “strength”
yang berkaitan dengan ketahanan dan keuletan
individu dalam pemenuhan tugasnya. Individu yang
memiliki keyakinan dan kemantapan yang kuat
terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu
tugas akan terus bertahan dalam usahanya meskipun
banyak mengalami kesulitan dan tantangan
Bandura, 1997.
Faktor pendukung self-
efficacy
● Orang-tua RS kurang memperhatikan prestasi belajar
dan nilai-nilai pelajaran RS sehingga RS tidak begitu
memedulikannya, namun ● Sumber self-efficacy antara
lain Enactive Mastery Experiences Pengalaman
Keberhasilan yaitu umpan balik terhadap hasil kerja
Universitas Sumatera Utara
mereka memberikan sanksi pada RS apabila RS mendapat
nilai jelek tapi tidak untuk sebaliknya.
● RS kurang mendapat dukungan untuk belajar dari
orang-tua dan saudaranya namun untuk hal mencari uang
ia mendapat dukungan sehingga RS lebih bersemangat
mencari uang daripada belajar.
● RS memiliki saudara dan teman yang juga seorang anak
seseorang merupakan sumber informasi yang paling
berpengaruh terhadap self- efficacy. Bila seseorang
berhasil mencapai kesuksesan yang diinginkan, maka akan
dapat meningkatkan keyakinan terhadap
kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, bila seseorang
mengalami kegagalan dalam mencapai sesuatu yang
diinginkan, maka akan dapat mengurangi keyakinan
terhadap kemampuan dirinya Bandura, 1997.
● Faktor yang mempengaruhi self-efficacy individu adalah
“informasi tentang kemampuan diri” dimana
seseorang akan memiliki self- efficacy yang tinggi jika ia
memperoleh informasi yang positif mengenai dirinya dan
akan memiliki self-efficacy yang rendah jika memperoleh
informasi yang negatif mengenai dirinya
Bandura, 1997. ● Sumber self-efficacy antara
lain Vicarious Experience
Universitas Sumatera Utara
jalanan tetapi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dari
dirinya. Namun hal tersebut tidak menjadi masalah baginya
dan tidak membuat dirinya menjadi lebih rajin belajar.
Pengalaman Orang Lain yaitu melihat orang lain yang
sama dengan dirinya dalam memperoleh keberhasilan,
maka akan meningkatkan harapan individu untuk
melakukan tugas yang sama pula. Individu akan menilai
bahwa dirinya juga mampu melakukan hal yang sama.
Sementara jika individu tersebut melihat orang lain
yang dinilai memiliki kemampuan yang sama
dengan dirinya mengalami kegagalan, maka hal tersebut
dapat merendahkan penilaian terhadap kemampuan dirinya
sendiri Bandura, 1997.
B. Partisipan 2 LN