Membandingkan Metode Time Charter dengan Metode Freight

5.2.5. Membandingkan Metode Time Charter dengan Metode Freight

Untuk mendapatkan sistem operasi terbaik, dimana sistem pengelolaan kapal yang menghasilkan keuntungan yang lebih besar dari sistem sebelumnya. Untuk perbandingan melalui metode time charter dan metode freight dapat dilihat pada Tabel 5.25. Tabel 5.25. Laporan Perbandingan Metode Time Charter Dengan Metode Freight Pendapatan –Biaya = Laba rugi Time Charter dalam rupiah Metode Freight dalam rupiah I. Pendapatan 1. Pendapatan Freight 109.200.000.000 2. Pedapatan charter 496.800.000 3. Pendapatan lain-lain B. Biaya Tetap 1 Gaji Crew 51.177.750 51.177.750 2 Uang Makan Crew 12.750.000 12.750.000 3 Docking IS +SS 62.500.000 62.500.000 4 Perawatan 10.000.000 10.000.000 5 Survey 2.083.333 2.083.333 6 Sertifikasi 1.250.000 1.250.000 7 Asuransi Hull Machinery 6.500.000 6.500.000 8 Asuransi Protect Indemnity 35.500.000 35.500.000 9 Asuransi Crew 1.500.000 1.500.000 10 Penyusutan 100.000.000 100.000.000 Jumlah [B] 283.261.083 283.261.083 C. Biaya Variabel 1 Bahan Bakar Minyak 1.338.7500.000 2 Minyak Pelumas 12.000.000 12.000.000 3 Air Tawar 2.000.000 2.000.000 4 Pelabuhan 466.462.266 5 Bongkar Muat 5.961.600 5.961.600 6 Pajak Penghasilan Pph 25 15.000.000 15.000.000 7 Entertainment 1.500.000 1.500.000 Jumlah [C] 49.961.600 13.890.423.866 D. Biaya Tetap + VariabelR [B + C] 318.222.683 13.903.923.866 E. Biaya Ops. Perusahaan 10.750.000 10.750.000 F. Ang. Bank [Pokok + Bunga] 137.489.583 137.489.583 G. Total Biaya [D+E+F] 466.462.266 14.052.163.449 H. LabaRugi [A-G] 30.337.733 94.878.075 Dari perbandingan diatas dapat diperhatikan bahwa pendapatan yang didapatkan lebih besar didapatkan dari metode freight, dimana setiap uang tambang yang dikenakan, berdasarkan kesepakatan para pemilik pelayaran, yaitu Rp. 5700.000,- kl. Sehingga setiap muatan yang mungkin dibawa oleh kapal tanker akan dikenai ongkos sebesar diatas. Selain itu perbandingan untuk metode freight, karena tidak terikat dengan waktu sewa kepada pihak Pertamina. Memungkinkan menjalin kerjasama dengan perusahaan lain untuk mengangkut muatan lain, ketika pada perjalanan pulang ke depot asal, untuk selisih keuntungan didapatkan sebesar Rp.64.540.342,hal ini membuktikan bahwa metode operasi yang paling tepat adalah metode uang tambang freight.

BAB VI ANALISA PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisa Pemecahan Masalah Penentuan Variabel-Variabel yang Berpengaruh Kepada Operasional Kapal

Variabel-variabel yang berpengaruh kepada operasional kapal termasuk kepada kecepatan , jarak dan waktu kecepatan kapal dibagi menjadi dua bagian yaitu kecepatan kapal saat berlayar dan kecepatan kapal ketika bongkar muat. Kedua kecepatan ini sangat mempengaruhi efesiensi waktu kapal, tetapi dalam hal ini kecepatan kapal diusahakan selalu konstan yaitu pada saat kapal bermuatan, kecepatan kapal diatur hanya sampai 10 knot perjam, hal ini dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan kapal yang bermuatan cairan yaitu BBM cair, sedangkan pada saat kapal tidak bermuatan kecepatan kapal menjadi 10,5 knot, untuk menjaga keseimbangan kapal yang tidak terisi BBM lagi, kapal diisi dengan air ballast agar mampu menambah bobot kapal didalam air. Kecepatan kapal ini dampak lain selain agar keseimbangan kapal terjaga, hal ini juga menghindari pemakaian bahan bakar kapal yang berbanding lurus dengan kecepatan habisnya bahan bakar cair. Untuk kecepatan bongkar muat, dipengaruhi oleh kecepatan pompa penyalur BBM dan waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan muatan yang diperlukan. Kecepatan pompa merupakan faktor yang berada di luar sistem kapal, dimana pompa berasal dari pihak pabean yaitu pihak pertamina yang bertugas untuk menyediakan pompa dan seluruh fasilitas untuk menyalurkan BBM. Untuk jarak, kapal menempuh perjalanan dengan jarak antar pelabuhan yang masing-masing berbeda, jarak juga merupakan salah satu variabel yang sangat berpengaruh kepada perjalanan kapal, yaitu jarak yang ditempuh kapal pada saat mendistribusikan BBM dan