Penyakit DM merupakan sindrom metabolik yang disebabkan peningkatan gula darah hiperglikemia yang dapat meningkatkan risiko
PJK secara signifikan. Kondisi hiperglikemia meningkatkan risiko PJK melalui beberapa mekanisme, diantaranya peningkatan tekanan oksidatif,
aktivasi protein kinase yang menyebabkan inflamasi dan thrombosis dalam pembuluh darah. Kondisi inflamasi dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan penumpukan klot darah yang akhirnya menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung dan infark miokard Glynn
Rosner, 2005; Huxley et al., 2006; Davidson Parkin, 2009; Naga, 2012.
Pada penderita Stroke terdapat kondisi patofisiologis seperti aterosklerosis dan tingginya kolesterol dalam darah yang juga dapat
menyebabkan terjadinya PJK. Tingginya kolesterol dalam darah berisiko menyumbat aliran darah dan mengakibatkan arterosklerosis, sehingga
dapat menyebabkan kejadian PJK Mattace-Raso et al., 2006; WHO, 2011.
D. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner
Hasil analisis menunjukan efek proteksi OR1 tingkat aktivitas fisik sedang OR 0.376, 95 CI 0.316-0.447 dan tinggi OR 0.394, 95 CI
0.361-0.429 terhadap kejadian PJK. Aktivitas fisik secara substansial dapat menurunkan risiko PJK karena dengan beraktivitas fisik secara rutin dapat
membantu dalam mengendalikan risiko PJK yang disebabkan hipertensi, tingginya kadar gula darah dan kolesterol serta Obesitas Sofi et al., 2007.
Individu yang beraktivitas fisik sedang memiliki risiko 62 lebih rendah terkena PJK sedangkan pada individu yang beraktivitas fisik tinggi memiliki
risiko 60 lebih rendah terkena PJK. Maka hasil analisis ini menunjukan risiko PJK lebih rendah pada tingkat aktivitas fisik sedang dibandingkan
tingkat aktivitas fisik tinggi. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menunjukan penurunan risiko PJK paling rendah pada individu dengan
aktivitas fisik sedang serta ditemukan peningkatan angka kejadian PJK yang lebih banyak pada kelompok individu yang beraktivitas fisik rendah dan
tinggi Reddigan et al., 2011; Carnethon, 2009. Secara substansial aktivitas fisik sedang menunjukan penurunan risiko
yang lebih kuat. Hal ini disebabkan aktivitas fisik yang dilakukan terlalu sering dapat menyebabkan inflamasi dalam pembuluh darah sehingga dapat
meningkatkan risiko thrombosis dan iskemik akut yang merupakan pemicu patofisiologis dari PJK. Selain itu, studi klinis menunjukan aktivitas fisik
yang berlebihan memicu tubuh menghasilkan radikal bebas lebih banyak dibandingkan aktivitas fisik sedang, sehingga aktivitas fisik sedang lebih
baik dalam meningkatkan fungsi pembuluh darah dalam pencegahan PJK Selain itu, aktivitas fisik sedang cenderung memberikan manfaat pada
individu meskipun individu tersebut memiliki faktor risiko terhadap PJK Sofi et al., 2007; Ignarro et al., 2007.
Aktivitas fisik sedang didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan energi dalam menggerakan tubuh dengan otot rangka. Aktivitas fisik dengan
intensitas sedang dapat dicapai dengan skor MET kecukupan aktivitas fisik
minimum 600 MET dengan jumlah aktif beraktivitas fisik selama lima 5 hariminggu WHO, 2011. Kecukupan aktivitas fisik sedang yang dapat
memberikan manfaat dalam pencegahan PJK dapat dicapai dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya; berjalan, jogging, menggunakan
tangga, bersepeda, berenang, berkebun ataupun mengerjakan pekerjaan rumah Ignarro et al., 2007; CDC, 2015; WHO, 2011. Menurut
intensitasnya, kegiatan tersebut memiliki skor 3-6 MET atau setara dengan 3,5-7 kcalmin. Maka diperlukan waktu sekitar 150 menitminggu atau setara
dengan jumlah hari 5-7 hariminggu dengan lama waktu 20-30 menithari untuk mencapai tingkat aktivitas fisik sedang WHO, 2011; CDC, 2015.
E. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner