2. Kesadaran naif naival consciousness , keadaan yang dikategorikan dalam
kesadaran ini adalah lebih melihat aspek manusia menjadi akar penyebab masalah masyarakat.
3. Kesadaran Kritis critical consciousness, kesadaran ini lebih melihat
aspek sistenm dan struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan struktural menghindari blaming the victims dan lebih menganalisis. Untuk secara
kritis menyadari struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi, budaya, dan akibatnya pada keadaan masyarakat.
Salah satu tujuan pendidikan karakter ialah keadilan. Keadilan berasal dari fakta bahwa fase-fase perkembangan merupakan sebuah ukuran universal untuk
menilai eksistensi manusia. Karena keadilan berasal dari proses dialogis yang melahirkan pertumbuhan. 18 butir nilai pendidikan karakter dapat menjadi prinsip
dalam pertumbuhan kesadaran manusia dalam menjalani kehidupan sebagai warga negara Indonesia.
BAB III DESKRIPSI UMUM TENTANG NOVEL PUTRI CINA
A. Tinjauan Umum terhadap Novel Putri Cina
Pada bagian pengantar dari novel ini disebutkan bahwa novel ini didedikasikan untuk mengenang ibunya yang juga seorang keturunan Cina.
Pengarang menjelaskan bahwa novel ini merupakan sebuah katalog berjudul Babad Putri Cina
yang ditulis untuk mengiringi Pameran Lukisan Putri Cina karya Hari Budiono pada Mei 2006.kemudian pengarang mengembangkan
kembali ide dan cerita tersebut hingga akhirnya menjadi sebuah novel dengan judul Putri Cina. Kemudian pada bagian lainnya pengarang mengisahkan kembali
cerita mengenai Jaka Prabangkara yang ia sadur dari buku Menyurat yang Silam Menggurat yang Menjelang
karya Nancy K. Florida pada tahun 2003. Sebagian dari cerita Putri Cina ini pernah dipentaskan dalam ketoprak dengan lakon “Putri
Cina” oleh grup ketoprak Tjap Tjonthong Djogjakarta. Pada dasarnya novel ini memuat berbagai problematika sosial yang cukup
kompleks dalam kaitannya dengan sejarah kebudayaan nusantara. Kisah yang ditampilkan selalu merujuk pada penggalan sejarah para kerajaan yang pernah
berjaya di bumi nusantara. Pengarang mengisahkan cerita sejarah kebudayaan tersebut secara terperinci dan meyakinkan para pembacanya untuk ‘menyelam’
bersama alur cerita yang disajikan. Novel dengan tebal 303 halaman ini merupakan cerita tragika anak manusia
keturunan Cina. Sindunata berhasil menerjuni tragika itu dalam pelbagai lika- likunya. Ia mendalami tragika itu lewat pengetahuannya yang luas dan kaya
tentang filsafat dan mitos, baik Jawa maupun Cina. Tragika itu juga ditelusurinya lewat babad dan sejarah. Kemudian dijalinnya semua itu dalam sebuah sastra
tentang Putri Cina. Putri Cina adalah sebuah sastra tragedi yang indah dan kaya akan permenungan hidup. Pengarang menuturkan dengan gaya yang khas, novel
ini akan membawa pembacanya ke dalam sebuah alam, dimana mitos dan kenyataan historis sedemikian bersinggungan tanpa pernah terpisahkan. Di sini
sejarah seakan hanyalah panggung, tempat tragika mitos mementaskan dirinya. Dengan amat menyentuh novel ini berhasil melukiskan bagaimana di panggung
sejarah yang tragis itucinta sepasang kekasing yang tak ingin terpisahkan oleh daging dan darah pun akhirnya hanya menjadi tragedi yang mengharukan hati.
Putri Cina karya Sindhunata ini merupakan novel sejarah epik nusantara
yang dirangkai dalam sajian budaya yang memukau.Pada beberapa segmentasinya tergambar jelas mengenai nilai-nilai moral yang terkandung dalam kisah
kebudayaan tersebut.Maka pantas jika novel ini dapat menyuguhkan para pembacanya pada pesona budaya yang kental khususnya budaya Jawa.Deskripsi
budaya yang ditampilkan meliputi kebudayaan kerajaan Majapahit yang wilayah kekuasaannya terbentang luas di tanah nusantara.Novel Putri Cina telah berhasil
‘menyihir’ pembacanya untuk larut dalam segmen kisahnya yang dibawakan secara memukau oleh pengarang.Novel yang diterbitkan November 2007 ini
memulai kisahnya dengan pengembaraan hidup seorang wanita cantik keturunan Tionghoa yang hidup di tanah jawa. Dalam perjalanan awalnya itu sang wanita
malah kebingungan akan jati dirinya yang semakin menimbulkan tanda tanya. Manusia ini tak punya akar.
Dia diterbangkan kemana-mana Seperti debu yang berhamburan di jalanan.
Ke segala arah, bertumbukan dengan angin Ia jatuh terguling-guling.
Memang hidup kita ini sangatlah pendek Kita datang ke duian ini sebagai saudara;
Tapi mengapa kita meski diikat pada daging dan darah? Sindhunata, 2007: 9
Berikut adalah petikan sajak T’ao Ch’ien yang menjadi gambaran awal cerita sang wanita ini menjadi garis besar kisah dalam novel Putri Cina yang
dikarang oleh Sindhunata. Petikan sajak tersebut memberikan wajah yang muram tentang arti sebuah kehidupan. Sajak tersebut dalam novel ini menjadi ujung