Pengertian Karakter KAJIAN TEORETIS

Bagan2.1: Skema Pendidikan Karakter Pendidikan di negeri ini butuh mentransforamsikan kehidupan ke arah yang lebih dinamis dengan berbagai perangkat kehidupan yang bisa menunjang perkembangan zaman. Pendidikan karakter dihadirkan sebagai salah satu pandangan yang menawarkan semangat meraih masa depan pendidikan yang gemilang. Menurut Suyanto, setidaknya ada sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal sebagai berikut: 30 a. Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya. b. Kemandirian dan tanggung jawab. c. Kejujuranamanah. d. Hormat dan santun. e. Dermawan, suka menolong, dan kerja sama. f. Percaya diri dan pekerja keras. g. Kepemimpinan dan keadilan. h. Baik dan rendah hati. i. Toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Kesembilan pilar karakter di atas hendaknya diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan yang hiolistik. Apabila kesembilan pilar tersebut benar- benar dipahami, dirasakan kebaikan dan perlunya dalam kehidupan dan 30 Ibid , h.29. diwujudkan dalam perilaku sehari-hari, inilah sesungguhnya pendidikan karakter yang diharapkan.

2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Ada 18 butir nilai-nilai pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabatkomunikatif,cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Tabel2.1: Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada filsafat pendidikan Paulo Freire, pendidikan karakter juga dapat ditafsirkan sebagai pendidikan penyadaran terhadap tugas dan tanggung jawab sebagai manusia. Freire menyebutnya dengan istilah Conscientizacao. Pada konsepsinya tentang pendidikan yang mashyur ini Freire menggolongkan kesadaran manusia menjadi tiga bagian, antara lain: 31 1. Kesadaran Magis magical consciousness, yaitu suatu kesadaran masyarakat yang tidak mampu melihat kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Misalnya masyarakat miskin yang tidak mampu melihat kaitan antara kemiskinan mereka dengan sistem politik dan kebudayaan. Kesadaran magis lebih melihat faktor di luar manusia—natural maupun supra natural—sebagai penyebab. 31 William A. Smith, Conscientizacao: Tujuan Pendidikan Paulo Freire Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 cet.2, h.117. 2. Kesadaran naif naival consciousness , keadaan yang dikategorikan dalam kesadaran ini adalah lebih melihat aspek manusia menjadi akar penyebab masalah masyarakat. 3. Kesadaran Kritis critical consciousness, kesadaran ini lebih melihat aspek sistenm dan struktur sebagai sumber masalah. Pendekatan struktural menghindari blaming the victims dan lebih menganalisis. Untuk secara kritis menyadari struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi, budaya, dan akibatnya pada keadaan masyarakat. Salah satu tujuan pendidikan karakter ialah keadilan. Keadilan berasal dari fakta bahwa fase-fase perkembangan merupakan sebuah ukuran universal untuk menilai eksistensi manusia. Karena keadilan berasal dari proses dialogis yang melahirkan pertumbuhan. 18 butir nilai pendidikan karakter dapat menjadi prinsip dalam pertumbuhan kesadaran manusia dalam menjalani kehidupan sebagai warga negara Indonesia.