pengaruh kebudayaan, corak bangunan, candi, patung dan seni. Budaya Jawa termasuk unik karena membagi tingkat bahasa Jawa menjadi beberapa tingkat
yaitu Ngoko, Madya Krama. Ada yang berpendapat budaya Jawa identik feodal dan sinkretik. Pendapat itu kurang tepat karena budaya feodal ada di semua negara
termasuk Eropa. Budaya Jawa menghargai semua agama dan pluralitas sehingga dinilai sinkretik oleh budaya tertentu yang hanya mengakui satu agama tertentu
dan sektarian. Jawa adalah kancah pertemuan dari berbagai agama dan budaya.
Pengaruh budaya India adalah yang datang pertama kali dengan agama Hindu- Siwa dan Buddha, yang menembus secara mendalam dan menyatu dengan tradisi
adat dan budaya masyarakat Jawa. Para brahmana kerajaan dan pujangga istana mengesahkan
kekuasaan raja-raja
Jawa, serta
mengaitkan kosmologi Hindu dengan susunan politik mereka. Meskipun kemudian agama Islam menjadi
agama mayoritas, kantong-kantong kecil pemeluk Hindu tersebar di seluruh pulau. Terdapat populasi Hindu yang signifikan di sepanjang pantai timur dekat
pulau Bali, terutama di sekitar kota Banyuwangi. Sedangkan komunitas Buddha umumnya saat ini terdapat di kota-kota Besar terutama dari kalangan Tionghoa
Indonesia. Sekumpulan batu nisan Muslim yang berukiran halus dengan tulisan dalam
bahasa Jawa Kuna dan bukan bahasa Arab ditemukan dengan penanggalan tahun sejak 1369 di Jawa Timur. Damais menyimpulkan itu adalah makam orang-orang
Jawa yang sangat terhormat, bahkan mungkin para bangsawan. M.C. Ricklefs berpendapat bahwa para penyebar agama Islam yang berpaham sufi-
mistis, yang mungkin dianggap berkekuatan gaib, adalah agen-agen yang menyebabkan perpindahan agama para elit istana Jawa, yang telah lama akrab
dengan aspek mistis agama Hindu dan Buddha. Sebuah batu nisan seorang Muslim bernama Maulana Malik Ibrahim yang bertahun 1419 822 Hijriah
ditemukan di Gresik, sebuah pelabuhan di pesisir Jawa Timur. Tradisi Jawa menyebutnya sebagai orang asing non-Jawa, dan dianggap salah satu dari
sembilan penyebar agama Islam pertama di Jawa Walisongo, meskipun tidak ada bukti tertulis yang mendukung tradisi lisan ini.
Saat ini lebih dari 90 persen orang Jawa menganut agama Islam, dengan sebaran nuansa keyakinan antara abangan lebih sinkretis dan santri lebih
ortodoks. Dalam sebuah pondok pesantren di Jawa, para kyai sebagai pemimpin agama melanjutkan peranan para resi di masa Hindu. Para santri dan masyarakat
di sekitar pondok umumnya turut membantu menyediakan kebutuhan- kebutuhannya. Tradisi pra-Islam di Jawa juga telah membuat pemahaman Islam
sebagian orang cenderung ke arah mistis. Terdapat masyarakat Jawa yang berkelompok dengan tidak terlalu terstruktur di bawah kepemimpinan tokoh
keagamaan, yang menggabungkan pengetahuan dan praktik-praktik pra-Islam dengan ajaran Islam.
Sejarah kerajaan Jawa juga banyak menghiasi perjalanan peradaban di Jawa. Banyaknya konflik dan pertikaian di Jawa membuat paradigma tersendiri yang
unik mengenai Jawa. Konflik tersebut lebih cenderung pada konflik internal. Konflik internal tersebut yang menimbulkan krisis di Jawa khususnya Yogyakarta
pada waktu itu. Akibatnya kemerdekaan kerajaan di Jawa perlahan mulai hancur. Hal ini ditandai oleh datangnya orang-orang Eropa ke Jawa untuk tujuan
menjajah. Simbol kesejahteraan Jawa baru muncul saat Hamengkubuwono II memimpin Yogyakarya. Penduduk Jawa mulai menikmati kesejahteraan dalam
pelbagai segi, dan Yogyakarta khususya merupakan sebuah kerajaan yang sangat kuat.
23
D. Hakikat Novel
Novel sebagai salah satu jenis prosa dari karya sastra semakin popular di kalangan masyarakat Indonesia. Sebagai bacaan cerita yang memiliki alur, novel
dapat memberikan efek ekspresi dan apresiasi bagi pembacanya, bahkan tidak sedikit pembaca yang terkagum dan mengikuti karakter sang tokoh dalam novel.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘novel’ berarti karangan prosa yang
23
M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008 Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2008 cet.1, h.239.
panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang- orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap perilaku.
Menurut Nurgiyantoro, Dunia kesusastraan mengenal prosa Inggris: prose sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Prosa dalam
pengertian kesusastraan juga disebut fiksi fiction, teks naratif narrative text atau wacana naratif narrative discourse. Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti
cerita rekaan disingkat: cerkan atau cerita khayalan.
24
Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan cerpen. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model
kehidupan yang diidealkan, dinia imajinatif, yang dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain,
yang kesemuannya tentu bersifat naratif. Novel berasal dari bahasa Italia,novella, yang dalam bahasa jerman Novelle,
dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung pengertian yang sama dengan
istilah Indonesia novelette Inggris: novelette, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu
pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus.
25
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan
orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
E. Hakikat Pendidikan
Pengertian pendidikan yang dikemukakan para pakar tentu berbeda satu dengan yang lainnya.Pengertian tersebut didasarkan pada pemahaman, budaya,
bangsa, dan lain sebagainya.Maka dalam menentukan pengertian pendidikan perlu kita mengambil beberapa pengertian dari pakar tersebut untuk kemudian
dipadukan dan ditarik kesimpulan yang sesuai dengan pengertian atau definisi
24
Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi Yogyakarta: UGM Press, 2000 cet.1, h. 1
25
Ibid., cet.1, h. 9.
yang diberikan oleh para pakar tersebut. Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara memberikan definisi pendidikan sebagai berikut:
Pendidikan umumnja berarti daja-upaja untuk memadjukan bertumbuhnja budi pekerti kekuatan batin, karakter, pikiran intellect dan tubuh anak;
dalam pengertian Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-baian itu, agar supaja kita dapat memadjukan kesempurnaan hidup, jakni
kehidupan dan penghidupan anak-anak jang kita didik selaras dengan dunianja.
26
Sehubungan dengan pembahasan ini Alvin Toffler seperti yang dikutip oleh Louis Leahy 1991 mengungkapkan bahwa:
Gelombang guncangan revolusi industri telah membongkar bangunan nilai-nilai lama.Kondisi-kondisi baru menuntut suatu tata nilai baru, tetapi
para pendidik malah menghindarinya. Sebagai reaksi terhadap cara pendidikan yang bersifat klerikal, pengajaran fakta-fakta untuk
“membiarkan murid bebas berfikir sesuai dengan kehendaknya sendiri” telah menjadi nilai tertinggi bagi paham progresif. Pendidikan masih tetap
mempunyai makna pembentuk kepribadian , namun para pendidik telah membuang gagasan penanaman nilai-nilai.
Pada kesempatan lain, kita dapat menuturkan beberapa pengertian pendidikan dari para pegiat di bidang pendidikan.
27
Secara definitif, pendidikan diartikan sebagai berikut:
a. John Dewey
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kea rah alam dan sesame manusia.
b. Langeveld
Mendidik adalah mempengaruhi anak dalam usaha membimbingnya supaya menjadi dewasa.Usaha membimbing adalah adalah usaha yang
didasari dan dilaksanakan dengan sengaja antara orang dewasa dengan anak yang belum dewasa.
c. Hoogeveld
26
Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Karja Ki Hadjar Dewantara: Bagian Pertama; Pendidikan
Jogjakarta: Pertjetakan Taman Siswa, 1962, h.14-15.
27
Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Jakarta: Rineka Cipta, 2003, cet.2, h.69.
Mendidik adalah
membantu anak
supaya ia
cukup cakap
menyelenggarakan tugas hidupnya atas tanggung jawabnya sendiri. d.
Rousseau Pendidikan adalam memberi kita pembekalan yang tidak ada pada masa
anak-anak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa. Secara garis besar pendidikan Indonesia mengarah pada definisi yang
tertuang pada Undang-Undang No.20 tahun 2003, bahwa pendidikan adalah Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagmaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
F. Pengertian Karakter
Pengertian karakter secara etimologis berasal dari kata Latin, yaitu “kharakter,”“kharassein,”
dan “kharax,” yang bermakna “tools for marking,” “to angrave,”
dan “pointed stake.” Kata ini mulai banyak digunakan dalam bahasa Perancis sebagai “caractere” pada abad ke-14. Ketika masuk ke dalam
bahasa Inggris, kata “caractere” ini berubah menjadi “character.” Selanjutnya dalam bahasa Indonesia kata “character” ini menjadi “karakter.”
Pada pemahaman yang lebih luas, karakter itu didefinisikan sebagai kualitas-kualitas yang teguh dan khusus, yang dibangun dalam kehidupan
seseorang, yang menentukan responnya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada. Secara ringkas, karakter merupakan istilah yang menunjuk kepada aplikasi nilai-
nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Jadi, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lain. Karakter juga bisa dipahami sebagai tabiat atau watak. Dengan demikian, orang berkarakter adalah orang yang memiliki
kepribadian atau berwatak.