Tujuan dan Manfaat Pengkajian
penghilangan atau penghapusan pengarang dari karya atau ciptaannya menjadi perdebatan panjang mengenai pendekatan ekspresif. Beberapa kritik tersebut
tentu menimbulkan kritik baru yang berupaya untuk melampauinya. Contoh mutakhir tentang mempertahankan dan menyelamatkan kedudukan penulis karya
sastra sebagai faktor yang mustahak dan menentukan dalam penafsiran karya sastra adalah buku P.D. Juhl yang berjudul Interpretation. An essay in the
Philosophy of Literary Criticism 1980. Buku ini dengan sangat tegas menentang
pendirian struktural dan otonomi yang melepaskan karya sastra dari niat penulisnya. Juhl pada pokoknya mempertahankan tiga dalil atau tesis ataupun
tuntutan, yang bukan tidak berkaitan satu sama lain sebagai berikut: 1.
Ada kaitan logis antara pernyataan mengenai arti sebuah karya dan pernyataan mengenai niat penulisnya.
2. Penulis adalah orang yang nyatanya terlibat dalam dan bertanggung jawab
atas proporsi yang diajukan dalam karyanya. 3.
Karya sastra hanya mempunyai satu arti. Niat bukanlah yang dinyatakan secara eksplisit oleh penulis mengenai rencana, motif, atau susunan
karyanya, melainkan yang diniatkan oleh kata-kata yang digunakan dalam karyanya. Niat bukanlah sesuatu yang dipikirkan sebelum penciptaan atau
penulisan karya sastra. Niat justru terwujud dalam proses perumusan kalimat-kalimat yang dipakai dalam karya.
8
Daya ekspresi pengarang senantiasa tumbuh dan berkembang sehingga muncul berbagai variasi teknik penulisan, gaya, dan berbagai jenis ekspresif.
Sastra dipandang memiliki sistem sendiri namun, tidak terlepas dari masalah penciptaan, masalah ekspresi, dan masalah penerimaan sastra oleh pembaca.
9
Bagi banyak orang sastra menjadi sarana untuk menyampaikan pesan tentang kebenaran, tentang apa yang baik dan yang buruk. Ada pesan yang sangat
jelas di sampaikan, ada pula yang bersifat tersirat secara halus. Karya sastra juga
8
A Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar Teori Sastra Jakarta: Pustaka Jaya, 1984 cet.1, h. 177.
9
Atar Semi, Metode Penelitian Sastra Bandung: Angkasa, 1993, cet.1, h.109.
dapat dipakai untuk menggambarkan apa yang ditangkap sang pengarang tentang kehidupan di sekitarnya.
10
Kemampuan sastra dalam menyampaikan pesan menempatkan sastra menjadi sarana kritik sosial.
11
Dipicu oleh kesadaran bahwa karya sastra harus difungsikan sama dengan aspek-aspek kebudayaan yang lain,
maka satu-satunya cara adalah mengembalikan karya sastra ke tengah-tengah masyarakat, memahaminya sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan system
komunikasi secara keseluruhan.
12
Dalam masyarakat primitif, misalnya, sastra sulit dipisahkan dari ucapan keagamaan, ilmu gaib, pekerjaan sehari, dan
permainan. Dalam membaca novel atau sajak kita masih bisa mendapatkan kenikmatan seperti yang didapatkan dari permainan. Kita pun mungkin bisa
merasa lega sehabis mengikuti upacara keagamaan. Dan apabila kita mampu memahami pesan yang terselubung di dalam karya sastra, batin kita lebih tetap
dalam menghadapi pekerjaan sehari-hari. Lebih jauh lagi, sastra bisa mengandung gagasan yang mungkin dimanfaatkan untuk menumbuhkan sikap sosial tertentu,
dan bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan teks yang dipakai sebagai objek penelitian, yaitu teks novel
Putri Cina karya Sindhunata,
2. Menentukan fokus penelitian yakni menelaah konteks nilai budaya Cina
dan Jawadalam novel Putri Cina karya Shindunata sebagai butir Pendidikan Karakter.
3. Menyusun dan membuat laporan penelitian.