B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data aktivitas dan prestasi belajar siswa pada siklus I belum memenuhi kriteria keberhasilan pembelajaran dimana analisis data
aktivitas belajar siswa menunjukkan rata-rata skor aktivitas sebesar 44,03 tergolong “cukup aktif”, sedangkan analisis data prestasi belajar siswa
menunjukkan rata-rata nilai prestasi belajar siswa
X
sebesar 58,5, daya serap DS sebesar 58,5 dan ketuntasan belajar KB sebesar 37,5. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa rata-rata skor aktivitas belajar siswa, rata-rata nilai prestasi belajar siswa dan daya serap serta ketuntasan belajar belum memenuhi
syarat proses belajar mengajar yang optimal. Sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II.
Karena hasil tindakan pada siklus I belum memenuhi kriteria proses belajar mengajar PBM yang optimal, maka peneliti bersama guru dan teman
sejawat melakukan refleksi untuk mengetahui kendala-kendala yang menjadi penyebab kurang berhasilnya PBM yang dilaksanakan pada siklus I. Dari hasil
observasi yang dicatat dalam catatan lapangan bahwa: Kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I tersebut kemudian, dirumuskan perencanaan untuk
menanggulangi kendala-kendala pada siklus I. 1 Siswa belum bisa bekerja secara spontan saat diberi tugas diduga karena terpengaruh oleh situasi bising di
luar kelas, 2 Keberanian siswa bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat kepada guru masih sangat kurang, 3 Siswa belum terbiasa
menyelesaikan tugas tanpa mendapat contoh dari guru terlebih dahulu, sehingga siswa yang kurang mampu cenderung menunggu siswa yang mampu untuk
mengerjakan tugas tersebut dan 4 Siswa kurang lugas dalam menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Disamping adanya kendala-kendala tersebut, belum
optimalnya pembelajaran pada siklus I juga diduga disebabkan oleh belum maksimalnya penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran
volume kubus dan balok. Selanjutnya sebelum masuk ke siklus II, perlu diupayakan langkah-langkah
perbaikan agar kendala-kendala yang terjadi pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Adapun upaya-upaya perbaikan tersebut meliputi 1 guru memberitahu
siswa untuk lebih fokus saat mengerjakan tugas serta tidak menghiraukan suasana di luar kelas, 2 guru melakukan pendekatan dengan memberikan dorongan
motivasi dan membangkitkan rasa percaya diri pada siswa, 3 guru memotivasi siswa untuk membiasakan mengerjakan tugas-tugas yang tidak ada contoh
penyelesaiannya. Misalnya, guru lebih banyak memberikan contoh-contoh soal yang bervariasi dan 4 guru membimbing siswa dalam menyimpulkan materi
dengan menggunakan kata-kata dan bahasanya sendiri yang mudah dipahami. Disamping langkah-langkah perbaikan ini juga diupayakan agar langkah-langkah
penerapan NHT dalam pembelajaran bangun ruang dapat dilakukan semaksimal mungkin. Setelah upaya-upaya perbaikan dilakukan, kemudian siklus II
dilaksanakan. Dari penyempurnaan pelaksanaan tindakan pada siklus I, diperoleh hasil
observasi dalam catatan lapangan pada siklus II sebagai berikut: 1 Kebanyakan siswa sudah berani bertanya kepada guru maupun kepada temannya tentang
materi yang belum mereka pahami; 2 Kebanyakan siswa sudah memperhatikan penjelasan guru;
3 Kebanyakan siswa sudah mengerjakan pekerjaan rumah; 4 Sudah terjadi kerjasama dalam kelompok dan aktivitas belajar dalam kelompoknya semakin
aktif. Dengan upaya-upaya perbaikan tersebut, ternyata dapat mengatasi kendala
yang terjadi pada siklus I, hal ini nampak dengan tidak ada kendala berarti dan adanya peningkatan pada hasil belajar siswa yang dicapai pada siklus II.
Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil analisis data rata-rata skor aktivitas dan rata-rata nilai prestasi belajar siswa pada siklus II yaitu: rata-rata aktivitas belajar
siswa meningkat 44,03 dari 8,79 tergolong “cukup aktif” menjadi 12,66
tergolong “aktif”. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa X meningkat sebesar 32,48 dari 58,5 menjadi 77,5, daya serap DS siswa meningkat sebesar 32,48
dari 58,5 menjadi 77,5 dan ketuntasan belajar KB siswa meningkat sebesar 133,33 dari 37,5 menjadi 87,5, sehingga dapat disimpulkan PBM pada
siklus II telah berlangsung optimal karena telah memenuhi kriteria yang ditentukan. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif tipe NHT dalam pembelajaran volume kubus dan balok terjadi peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa.
Mengacu pada bab III bahwa pembelajaran dikatakan optimal apabila rata-rata nilai prestasi belajar siswa
≥ 65, daya serap DS ≥ 65, dan ketuntasan belajar KB ≥ 85 Depdikbud dalam Saryanti, 2010:47, tercapainya klasifikasi
penggolongan aktivitas belajar siswa minimal pada kategori aktif . Dari hasil
analisis data yang diperoleh pada siklus II, maka pembelajaran pada siklus II telah mencapai optimal karena memenuhi kriteria pembelajaran minimal yang telah
ditetapkan. Oleh karena pembelajaran telah optimal, maka penelitian ini dihentikan sampai siklus II.
Dari uraian di atas, penelitian ini dapat dikatakan berhasil karena aktivitas dan prestasi belajar siswa kelas V SD Negeri 22 Dangin Puri telah mengalami
peningkatan dimana aktivitas belajar siswa telah tergolong aktif dan prestasi belajar siswa telah mencapai kriteria minimal yang ditetapkan. Hal ini
mengindikasikan bahwa dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pembelajaran volume kubus dan balok terjadi peningkatan aktivitas dan
prestasi belajar siswa.
46
BAB V PENUTUP