Tidak ada biaya transaksi seperti biaya komisi ataupun biaya transfer. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

13 sempurna, investor bersifat rasional dan adanya kepastian yang sempurna perfect certainty. Asumsi-asumsi tersebut menjadikan suatu pasar mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Tidak ada pihak yang dapat mempengaruhi harga. b. Adanya informasi yang simetris untuk semua pihak.

c. Tidak ada biaya transaksi seperti biaya komisi ataupun biaya transfer.

d. Tidak ada perbedaan pajak antara dividen dengan capital gain ataupun profit yang didistribusikan dengan profit yang tidak didistribusikan. e. Investor menginginkan lebih banyak kekayaan dibanding sedikit kekayaan.

f. Investor bersifat indifferent antara dividen dan capital gain.

g. Setiap investor memiliki kepastian investasi di masa depan dan atas profit perusahaan di masa depan. h. Dengan adanya kepastian tersebut, seluruh perusahaan hanya mengeluarkan satu jenis sekuritas, yaitu common stock. 2.1.1.2 Bird In The Hand Theory Sementara itu, menurut Gordon dan Litner 1956, dalam Risaptoko, 2007: 25, “tingkat keuntungan yang disyaratkan akan naik apabila pembagian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal capital gain yang akan dihasilkan dari laba yang ditahan”. Modigliani dan Miller 1961 berpendapat dan telah dibuktikan secara matematis bahwa investor merasa sama saja apakah menerima dividen saat ini atau menerima capital gain di masa yang akan datang. Dengan kata lain, tingkat keuntungan yang disyaratkan tidak dipengaruhi oleh dividend payout ratio. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 Pendapat Gordon dan Litner 1956 oleh Modigliani dan Miller 1961 diberi nama bird in the hand fallacy. Gordon dan Litner dalam beranggapan investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga daripada seribu burung di udara. Sementara Modigliani dan Miller berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki risiko yang sama. Oleh sebab itu, tingkat risiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh dividend payout ratio tetapi ditentukan oleh tingkat risiko investasi baru.

2.1.1.3 Tax Preference Theory

Jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya, jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Namun demikian pajak atas dividen karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika investor hanya membeli saham untuk jangka waktu satu tahun, maka tidak ada bedanya antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield yang tinggi daripada saham dengan dividen yield yang rendah. Oleh karena itu, teori ini menyarankan bahwa, “perusahaan sebaiknya menentukan dividend payout ratio yang rendah atau Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 15 bahkan tidak membagikan dividen” Litzenberger dan Ramaswamy, 1979 dalam Risaptoko, 1999: 26.

2.1.1.4 Signaling Theory

Signaling teori menyatakan bahwa perubahan pada kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai kekuatan dari earning-nya. Perubahan dividen telah lama dianggap mengandung informasi. Bhattacharya 1979, John and Williams 1985 dan Miller Rock 1985 membangun hipotesis sinyal dari kebijakan dividen, yang mengatakan bahwa perubahan dividen, mengandung informasi yang berguna tentang keadaan masa depan cash flow perusahaan. Hipotesis signaling mengandung dua prediksi. Pertama, hubungan yang positif antara perubahan yang positif dan reaksi harga awal diharapkan pada saat pengumuman. Prediksi ini sudah didukung oleh Pettit 1972, Aharony dan Swary 1980, Brickely 1983 dan Kalay dan Loewenstein 1986. Prediksi yang kedua mengasumsikan peningkatan dividen berhubungan dengan profitabilitas perusahaan di masa depan atau peningkatan earning. Sementara Nissim dan Ziv 2001 menyatakan bahwa peningkatan dividen berhubungan positif dengan abnormal earning setelah disesuaikan dengan pengukuran eror, jadi penelitian meeka mendukung hipotesis signaling. Para pendukung dari signaling theory ini percaya bahwa kebanyakan dividen perusahaan digunakan sebagai metode pemberian pesan yang memiliki biaya yang lebih rendah daripada alternative metode lainnya. Menurut Bhattacharya 1979, pendapatan dividen dikenakan pajak personal, tingkat dari Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 16 pajak mempunyai hubungan positif dengan kekuatan dari sinyal dividen. Tingkat pajak yang lebih tinggi seharusnya memberikan insentif bagi manajer perusahaan untuk memberikan informasi yang sebenarnya tentang cash flow yang diharapkan dari perusahaan. Oleh karena itu, dividen yang dikenakan pajak adalah sinyal yang bagus dan kredibel tetapi mahal bagi perusahaan dengan kinerja buruk untuk dapat meniru tindakan tersebut. Menurut William L. Megginson, corporate insiders secara umum mempunyai informasi yang lebih baik mengenai aktivitas perusahaan yang sekarang dan prospek perusahaan di masa depan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa, pasar modal bukan pasar sempurna karena adanya insider trading, jadi bagi outside investor dividen merupakan sinyal yang mahal. Bagi perusahaan yang berkualitas baik, dividen merupakan sinyal yang potensial walaupun mahal, karena perusahaan dengan kualitas yang buruk akan sulit menirukannya. Salah satu contoh kegunaan dividen sebagai sinyal yang berguna bagi perusahaan berkualitas tinggi adalah pembayaran dividen yang tinggi. Strategi pemberian sinyal dengan dividen yang besar tersebut tidak dapat ditirukan oleh perusahaan dengan kualitas yang rendah. Sementara Grullon, Michaely dan Swaminathan 2002 berargumen bahwa peningkatan dividen adalah sinyal bagi pasar bahwa perusahaan tersebut bergerak dari tingkat pertumbuhan yang tinggi ke arah tingkat pertumbuhan yang rendah mature, daripada peningkatan dividen tersebut diartikan sebagai sinyal akan profitabilitas. Kesempatan investasi yang sedikit dan penurunan tingkat re- investasi dapat menurunkan resiko dan kelebihan kas, yang mengisyaratkan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 17 bahwa peningkatan dividen dapat berhubungan dengan penurunan resiko di masa depan. Senada dengan Grullon, Michaely dan Swaminathan 2002, Klaus Gugler 2000 telah membuktikan bahwa dividen secara negatif mempengaruhi capital investment dan RD. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan yang tidak mempunyai tingkat pertumbuhan yang baik dan tidak menginvestasikan pendapatannya di RD mempunyai dividen payout ratio yang lebih besar. Jika kebijakan dividen dapat merefleksikan pandangan manajer akan profitabilitas, maka aka nada kemungkinan bahwa dividen dapat memprediksikan pendapatan masa depan perusahaan. Lintner 1956 menemukan bahwa dividen hanya akan meningkat jika manajemen percaya bahwa pendapatan akan meningkat secara permanen. Sementara Modigliani dan Miller 1959, menyatakan hipotesis mereka bahwa pengumuman dividen dapat diartikan indikasi bahwa pendapatan masa depan akan mengecewakan. Watts 1973 menemukan bukti bahwa hubungan positif antara dividen saat ini dan pendapatan masa depan 310 perusahaan dengan periode tahun 1946-1967.

2.1.1.5 Clientele Effect Theory

Dalam Keown, Martin dan Scott Jr. 2003 : 4, dijelaskan bahwa masing- masing investor memiliki preferensi tersendiri atas return akan saham yang mereka miliki. Return tersebut diperoleh dalam dua bentuk yaitu capital gain dan dividen. Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual, terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar sekunder. Investor individual dan institusional yang memiliki kebutuhan yang mendesak atas current income akan lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 18 memberikan pembayaran dividen kas yang besar. Sedangkan investor lainnya, terutama yang cenderung menghindari pajak, lebih memilih berinvestasi pada perusahaan-perusahaan yang memberikan dividen kecil namun capital gain yang besar. Menurut argument ini, kebijakan dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Kebijakan dividen tertentu akan menarik segmen tertentu. Kemudian tugas perusahaan manajer keuangan adalah melayani segmen tersebut. Stice et.al 2005 dalam Suharli 2005: 11 mengartikan, “dividen sebagai pembagian laba kepada para pemegang saham perusahaan sebanding dengan jumlah saham yang dipegang oleh masing-masing pemilik”. Dividen dapat berupa uang tunai maupun saham. Terkait dengan dividen terdapat tiga tanggal penting yaitu pengumuman, pencatatan, dan pembayaranpembagian. Dividen tunai cash dividend umumnya lebih menarik bagi pemegang saham dibandingkan dengan dividen saham stock dividend. Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi pada masa yang akan datang. Dalam kebijakan dividen, terdapat trade off dan merupakan pilihan yang tidak mudah antara membagikan laba sebagai dividen atau menahan untuk diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan akan berdampak negatif terhadap harga saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan dividen maka pasar akan melihat sebagai sinyal negatif atas Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 19 prospek perusahaan. “Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan pandangan pesimis prospek perusahaan di masa yang akan dating” Aharony dan Swary, 1980 dalam Fira Puspita, 2009: 26. Irianto 1995 mengacu pada berbagai penulis diantaranya Levy dan Sarnat 1990 serta Van Horne 1986 menyajikan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan dividen, meliputi : 1. Peraturan atau Perundangan Ada tiga hal ditekankan sehubungan dengan pembayaran dividen : a. Peraturan laba bersih yang menyatakan bahwa dividen dibayarkan dari laba bersih saat ini atau tahun lalu. b. Larangan pengurangan modal yang menekankan bahwa dividen tidak boleh dibayarkan dengan modal untuk melindungi para kreditur. c. Peraturan kepailitan menyatakan bahwa pada saat pailit, perusahaan dilarang membayar dividen untuk melindungi kreditur. 2. Posisi Likuiditas Angka yang tercantum dalam laporan keuangan untuk pos laba ditahan, belum tentu sama dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Meskipun suatu perusahaan mempunyai catatan mengenai laba, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen kas karena posisi likuiditasnya. Suatu perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan dana yang besar dalam perkembangannya sehingga meskipun memperoleh keuntungan besar dana Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 20 tersebut digunakan untuk pembiayaanperusahaan. Dan dalam kondisi seperti ini meungkin saja perusahaan tidak membayarkan dividennya. 3. Kebutuhan Dana untuk Melunaskan Hutang Suatu perusahaan yang memiliki utang pada saat pembayaran dividen dihadapkan pada dua pilihan yaitu pertama, perusahaan dapat membayar utang itu pada saat jatuh tempo dan menggantikannya dengan surat berharga lain atau yang kedua perusahaan melunasi utang tersebut. Apabila perusahaan mengambil keputusan untuk melunasi utang tersebut maka jumlah dividen yang dibayarkan akan berkurang karena labanya digunakan untuk melunasi hutang perusahaan. 4. Larangan dalam Perjanjian Hutang Dalam perjanjian hutang, ada larangan bagi debitur sehubungan dengan pembayaran dividen dengan tujuan untuk melindungi kepentingan pihak kreditur sehubungan dengan dana yang dipinjamkan. 5. Tingkat Ekonomi Perusahaan Semakin berkembang suatu perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk membiayai ekspansi. Untuk itu, perusahaan cenderung membiayai dengan sumber intern yaitu dengan jalan memperbesar laba yang ditahan sehingga dividen yang dibayarkan menjadi lebih kecil. 6. Tingkat Keuntungan Pengertian tingkat keuntungan di sini adalah tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan. Hal ini menentukan perusahaan untuk membayar Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 21 dividen kepada pemegang saham atau menggunakannya dalam perusahaan yang bersangkutan. 7. Stabilitas Perusahaan Perusahaan yang telah mapan dan labanya stabil akan mampu mengestimasi besarnya laba di tahun-tahun mendatang sehingga berani menetapkan rasio pembayaran dividen yang relative tinggi karena tingkat kepastian untuk memperoleh laba yang diharapkan tinggi. 8. Kemampuan Memasuki Pasar Modal Perusahaan yang sehat dan posisi likuiditas, rentabilitas, serta solvabilitas baik, akan mampu mencari dana tujuan ekspansi melalui pasar modal sehingga akan semakin besar dividen yang dibayarkan. 9. Perilaku Kelompok Pengendalian Perusahaan Kekhawatiran berkurangnya kekuasaan kelompok dominan dalam mengendalikan perusahaan cenderung untuk memperbesar laba yang ditahan untuk keperluan ekspansinya yang berarti akan memperkecil pembayaran dividennya. 10. Posisi Pemegang Saham sebagai Wajib Pajak Pada umumnya, mereka yang memegang sebagian besar saham tergolong kelompok berpendapatan tinggi dan pembayar pajak tinggi. Karena kendali perusahaan dipegang oleh kelompok ini, maka perusahaan cenderung untuk membayar dividen yang rendah dengan tujuan menghindarkan kelompok tersebut dari pajak penghasilan tinggi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 22 11. Pajak atas Keuntungan yang Salah Diakumulasikan Untuk mencegah perusahaan menahan keuntungan hanya untuk menghindari tarif pajak pribadi tinggi, dikeluarkan peraturan yang membebani pajak tambahan terhadap keuntungan yang diakumulasikan secara tidak benar. 12. Tingkat Inflasi Kecenderungan kenaikan harga termasuk harga aktiva tetap menyebabkan akumulasi penyusutan tidak lagi mencukupi untuk mengganti aktiva tetap yang aus karena proses produksi. Karena itu, perusahaan akan memperbesar porsi laba ditahan yang berarti porsi untuk dividen berkurang.

2.1.2 Langkah-langkah Pembayaran Dividen

“Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tanggal pengumuman dividen” Ang, 1997, dalam Fira Puspita, 2009: 26. Adapun rincian tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen adalah sebagai berikut : a. Tanggal pengumuman declaration date Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni: tangggal pencatatan, tanggal pembayaran, besarnya dividen kas per lembar. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 23 b. Tanggal pencatatan date of record Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham tersebut diberi hak, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen. c. Tanggal cum-dividend Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham. d. Tanggal ex-dividend Tanggal perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen. e. Tanggal pembayaran payment date Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham yang telah mempunyai hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut, para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten dividen tunai.dividen saham.

2.1.3 Pola Pembayaran Dividen

Keputusan mengenai dividend payout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 24 pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividend payout ratio perusahaan Ang, 1997, yaitu: 1. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya. 2. Stable Dividend per-share Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap stable amount dari tahun ke tahun. 3. Stable Payout Ratio Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasarkan suatu presentase tetap constant dari laba earnings. Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi. 4. Regular Dividend plus Extras Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 25 perusahaan memberikan dividen ekstra bonus kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham. 5. Fluctuating Dividends and Payout Ratio Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu, besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi. 2.1.4 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio 2.1.4.1 Cash Position CP Cash position atau posisi kas suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan, sebelum membuat keputusan menentukan besarnya dividen merupakan arus kas keluar. Stanley dan Geoffrey 1987 dalam Prihantoro, 2003: 10 semakin kuat posisi kas perusahaan, berarti semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Posisi kas dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir tahun dengan laba bersih setelah pajak. Menurut Sri Sudarsi 2002, besarnya nilai Cash Position suatu perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: ���ℎ �������� = Kas Akhir Tahun ��� × 100

2.1.4.2 Debt to Equity Ratio DER

Debt to equity ratio mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 26 sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Myers dan Majluf dalam Fira Puspita, 2009: 36 menyatakan bahwa dalam menghubungkan profitabilitas dengan kebijakan debt lewat sebuah hipotesis “pecking order” yang dimodifikasi, ditunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang lebih profitable akan menurunkan permintaannya akan debt, karena akan tersedia lebih banyak dana- dana internal untuk mendanai investasi. Debt to equity ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat leverage penggunaan hutang terhadap total shareholders’ equity yang dimiliki perusahaan. Faktor ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Riyanto 2001: 267, “apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti hanya sebagian kecil saja pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen”. “Peningkatan hutang ini akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban perusahaan, akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan membayar dividen” Sudarsi, 2002: 80. Menurut Sartono 2010, besarnya nilai DER suatu perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus: Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 27 ��� = Total Liabilities Total Equity × 100 2.1.4.3 Net Profit Margin NPM Menurut Riyanto 1997 tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba tersebut atau dengan kata lain menghitung rentabilitasnya. Net profit margin menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan Ang, 1997. Net profit margin merupakan pengambalian hasil atas penjualan bersih yang jumlahnya dinyatakan sebagai suatu presentase dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan untuk suatu periode tertentu. Rasio ini juga menunjukkan kemampuan manajemen untuk menyisihkan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah menyediakan modal dengan suatu risiko. Net profit margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Secara umum rasio yang rendah bisa menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Menurut Helfert 1997, secara sistematis Net Profit Margin dapat dirumuskan sebagai berikut : ��� = Earning After Tax Net Sales × 100 Semakin tinggi nilai NPM mengindikasikan semakin baik perusahaan menghasilkan laba, sehingga semakin tinggi pula dividen yang dapat dibayarkan oleh perusahaan. Dengan kata lain, ada hubungan positif antara NPM dan DPR. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 28

2.1.4.4 Return on Investment ROI

Rasio ini menjelaskan bahwa semakin besar rasio ini maka akan semakin baik kemampuan perusahaan untuk menciptakan pendapatan dan juga sebaliknya, apabila rasio ini semakin kecil menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat untuk menghasilkan pendapatan yang besar dari asset yang dimilikinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi rasio ini maka laba bersih yang dihasilkan juga semakin besar sehingga pembayaran dividen akan semakin besar pula, dan jika rasio ini semakin kecil maka pembayaran dividen akan menurun. Jadi terdapat hubungan yang positif antara rasio ini dengan Dividend Payout Ratio. Menurut Martono dan Harjito 2001:60, “rasio ini membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aktiva”, adapun rumus yang digunakan adalah : ��� = Earning After Tax Total Assets × 100

2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian Dhatt 2000 “Financial Leverage, Ownership Concentration and The Dividend Payout Ratio”. Debt to equity ratio dan dividend payout ratio. Terdapat hubungan positif antara DER dan DPR. Winatha 2001 pengaruh variabel bebas terhadap kebijakan dividen DPR di perusahaan manufaktur. Earning per share, cash ratio, debt to equity ratio, growth of sale, growth of asset, corporate tax, size of firm, price of share, dan dividend payout ratio. Hanya variabel earning per share, growth of sale, dan corporate tax yang mempunyai pengaruh langsung terhadap kebijakan dividen DPR. Artinya dalam mengambil kebijakan dividen dalam perusahaan manufaktur Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 29 harus mempertimbangkan earning per share, growth of sale, dan corporate tax. Bagus Laksono 2006 Analisis pengaruh return on asset, asset growth, cash flow, dan likuiditas terhadap dividend payout ratio pada perusahaan Multi National Company MNC dan Domestic Corporation yang listed di BEJ. Return on asset, sales growth, asset growth, cash flow, debt to total asset, dan dividend payout ratio. Variabel ROA, sales growth, asset growth, dan DTA secara parsial signifikan terhadap DPR. Variabel cash flow menunjukkan hasil yang tidak signifikan berpengaruh terhadap DPR. Sedangkan secara bersama-sama ROA, sales growth, asset growth, cash flow, dan DTA terbukti signifikan berpengaruh terhadap DPR. Risaptoko 2007 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio terhadap perusahaan yang terdaftar di BEJ yang sahamnya ikut dimiliki manajemen dan yang tidak dimiliki manajemen. Cash ratio, debt to total asset, growth, size, ROA, dan DPR. Cash ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, debt to total asset juga berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, variabel growth tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, begitu juga dengan variabel size tidak berpengaruh terhadap DPR, dan ROA tidak berpengaruh terhadap DPR. Syahbana 2007 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada 31 perusahaan yang listed di BEJ dan membagikan dividen pada tahun 2003-2005. ROA, DTA, cash ratio, growth, dan dividend payout ratio. ROA berpengaruh positif signifikan dan DTA berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR, sementara variabel cash ratio dan growth mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan dan size mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR. Zulkifli 2009 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio terhadap perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar pada BEJ Cash position, debt to equity ratio, return on asset, growth potential, firm size, dan dividend payout ratio. Hasil uji parsial uji-t seluruh variabel independen yaitu cash position, debt to equity ratio, return on asset, growth potential, firm size hanya variabel growth potential yang tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil uji serempak uji-F semua variabel independen cash position, debt to equity ratio, Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 30 return on asset, growth potential, firm size berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dividend payout ratio. Fira Puspita 2009 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan dividend payout ratio. Cash ratio, growth, firm size, return on asset ROA, debt to total asset DTA, dan debt to equity ratio DER. Cash ratio, firm size, dan return on asset ROA berpengaruh signifikan positif terhadap DPR. Growth berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. DTA dan DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Rendhi Kurniadi 2010 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Cash position, growth potential, debt to equity ratio, dan dividend payout ratio. Variabel cash position secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio, variabel growth potential secara parsial berpengaruh terhadap dividend payout ratio, variabel debt to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio. Sri Wahyuni 2011 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia. Cash position, debt to equity ratio, return on asset, growth potential, dan dividend payout ratio. Variabel cash position, debt to equity ratio, return on asset, dan growth potential secara bersama-sama simultan berpengaruh terhadap DPR. Sementara parsial hanya ROA dan growth potential yang mempengaruhi DPR. Nasrul 2004 Analisis faktor- faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur go- public di Bursa Efek Jakarta current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan return on investment Variabel current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan return on investment secara bersama-sama simultan berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPR. Sementara Return on Investment ROI dan Current Ratio CR yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara parsial. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 31 Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai variabel independen adalah cash position, debt to equity ratio, net profit margin dan return on investment. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah dividend payout ratio. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Winatha 2001 menggunakan earning pershare, growth of sale, growth of asset, corporate tax, size of firm dan price of share, sementara penelitian penulis tidak menggunakannya. Pada penelitian Bagus Laksono 2006 menggunakan return on asset sales growth, asset growth, cash flow dan debt to total asset, sementara penelitian penulis tidak menggunakan variabel tersebut. Penelitian Risaptoko 2007 dan Syahbana 2007 menggunakan debt to total asset, growth size dan ROA sedangkan penelitian penulis tidak menggunakannya. Pada penelitian Zulkifli 2009 menggunakan ROA, growth potential dan firm size, sementara penelitian penulis tidak menggunakannya. Penelitian Fira Puspita 2009 dan Sri Wahyuni 2011 menggunakan growth, firm size, ROA dan debt to total asset, sementara penelitian penulis tidak menggunakannya. Pada penelitian Rendhi Kurniadi 2010 menggunakan growth potential sementara penelitian penulis tidak menggunakannya. Alasan pemilihan variabel-variabel tersebut adalah dalam penelitian- penelitian sebelumnya, variabel-variabel tersebut telah diuji dengan variabel- variabel yang berbeda-beda dan dalam kurun waktu yang berbeda-beda pula. Penelitian ini juga menggunakan periode waktu dan sampel penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dapat mendekati hasil atau berbeda hasil dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 32

2.3 Hubungan Rasio Keuangan dengan Dividend Payout Ratio