1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan bidang keuangan yang dijalankan perusahaan harus serasi dan selaras dengan tujuan memaksimalkan keuntungan yang merupakan tujuan utama
dari perusahaan. Salah satu kebijakan yang utama untuk memaksimalkan keuntungan perusahaan adalah aktifitas investasi. Namun, aktifitas investasi
dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksi oleh para investor. Untuk mengurangi resiko dan ketidakpastian yang
akan terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi yang diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi ekonomi
dan politik suatu negara. Informasi dari perusahaan lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Berdasarkan laporan
keuangan, investor dapat mengetahui kinerja perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas dan besarnya pendapatan dividen per lembar saham Ang, 1997 : 6.
Tujuan investor secara umum menanamkan dana ke dalam suatu perusahaan adalah untuk memperoleh pengembalian investasi, baik berupa dividen dividend
yield maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya capital gaincapital loss. Ang dalam Risaptoko, 2007: 1 menyatakan bahwa,
“investor umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil atau semakin meningkat dari waktu ke waktu karena dengan stabilitas dividen tersebut
dapat meningkatkan kepercayaan terhadap perusahaan sehingga mengurangi unsur ketidakpastian dalam investasi”. Ross 1997 mendefenisikan dividen sebagai
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2 pembayaran kepada pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan
perusahaan, baik dalam bentuk saham maupun tunai. Pembayaran dividen dalam bentuk tunai kas lebih banyak diinginkan
investor daripada dalam bentuk lain, karena pembayaran dividen tunai membantu mengurangi ketidakpastian investor dalam aktivitas investasinya di dalam
perusahaan. Seorang manajer keuangan bertugas mengelola keuangan suatu perusahaan, bagaimana memperoleh sumber dana dan menggunakannya. Dalam
menjalankan tugasnya, manajer keuangan akan berhadapan dengan salah satu kebijakan keuangan yaitu kebijakan dividen dividend policy. Dalam kebijakan
dividen manajer keuangan akan dihadapkan pada keputusan penggunaan keuntungan yang diperoleh akan dibagikan dalam bentuk dividen atau ditahan
untuk keperluan tambahan investasi atau kombinasi keduanya Yuniningsih, 2002.
Masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat besar, baik bagi investor maupun bagi perusahaan yang akan
membayarkan dividen-nya. Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup
untuk mendukung pertumbuhannya secara terus menerus, sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Di lain pihak perusahaan juga harus memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada para pemegang sahamnya. Saxena dalam Risaptoko, 2007: 1,
mengemukakan bahwa isu tentang dividen sangat penting dengan berbagai alasan, antara lain: Pertama, perusahaan menggunakan dividen sebagai cara untuk
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3 memperlihatkan kepada pihak luar atau calon investor sehubungan dengan
stabilitas dan prospek pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, dividen memegang peranan penting pada struktur permodalan perusahaan. Setiap
perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan dividen kepada para pemegang saham di
lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab kalau makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang ditahan,
dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan rate of growth dalam pendapatan dan harga sahamnya. Kalau perusahaan ingin menahan
sebagian besar dari pendapatannya tetap di dalam perusahaan, berarti bahwa bagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin
kecil. Persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “cash dividen” disebut dividend payout ratio. Brigham 2001: 198
mengatakan bahwa, “kebijakan dividen yang optimal optimal dividend policy ialah kebijakan dividen yang menciptakan keseimbangan diantara dividend saat
ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan”. Riyanto 2001: 266 mengatakan bahwa, “makin tingginya dividend
payout ratio yang ditetapkan oleh perusahaan berarti makin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali di dalam perusahaan yang ini berarti akan
menghambat pertumbuhan perusahaan”. Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio
sudah banyak dilakukan. Sutrisno 1999 diperoleh hasil bahwa cash position dan debt to equity ratio berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR. Sementara hasil
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4 penelitian yang dilakukan oleh Dhatt 2000 diperoleh hasil bahwa ada hubungan
antara debt to equity ratio dengan dividend payout ratio. Hubungannya bisa positif atau negatif tergantung jenis perusahaannya.
Dan penelitian yang dilakukan oleh Winatha 2001 mengatakan bahwa berdasarkan pengkajian yang dilakukan terhadap pengaruh variabel bebas
terhadap kebijakan dividen DPR di perusahaan manufaktur ternyata hanya variabel earning per share, growth of sale, dan corporate tax yang mempunyai
pengaruh langsung terhadap kebijakan dividen DPR. Artinya dalam mengambil kebijakan dividen dalam perusahaan manufaktur harus mempertimbangkan
earning per share, growth of sale, dan corporate tax. Dari hasil penelitian Bagus Laksono 2006 mengatakan bahwa variabel
ROA, sales growth, asset growth, dan DTA secara parsial signifikan terhadap DPR. Variabel cash flow menunjukkan hasil yang tidak signifikan berpengaruh
terhadap DPR. Sedangkan secara bersama-sama ROA, sales growth, asset growth, cash flow, dan DTA terbukti signifikan berpengaruh terhadap DPR
perusahaan di BEJ. Risaptoko 2007 dalam penelitiannya terhadap perusahaan yang terdaftar di
BEJ yang sahamnya ikut dimiliki manajemen dan yang tidak dimiliki manajemen menyatakan bahwa cash ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio,
debt to total asset juga berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, variabel growth tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, begitu juga dengan
variabel size tidak berpengaruh terhadap DPR, dan ROA tidak berpengaruh terhadap DPR.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
5 Penelitian yang dilakukan Syahbana 2007 menggunakan 31 perusahaan
yang listed di BEJ dan membagikan dividen pada tahun 2003-2005 menganalisis pengaruh antara ROA, cash ratio, DTA, growth, dan size terhadap DPR. ROA
berpengaruh positif signifikan dan DTA berpengaruh negatif signifikan terhadap DPR, sementara variabel cash ratio dan growth mempunyai pengaruh negatif
tidak signifikan dan size mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap DPR.
Dan penelitian oleh Fira Puspita 2009 menunjukkan bahwa cash ratio, firm size, dan return on asset ROA berpengaruh signifikan positif terhadap DPR.
Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa growth berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR. Variabel lain dalam penelitian ini yaitu debt to total asset DTA
dan debt to equity ratio DER tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Sementara Zulkifli 2009 dalam penelitiannya terhadap perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar pada BEJ menyatakan hasil uji parsial uji- t yang dilakukan adalah bahwa dari seluruh variabel independen yaitu cash
position, debt to equity ratio, return on asset, growth potential, firm size hanya variabel growth potential yang tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend
payout ratio. Dan hasil uji serempak uji-F menunjukkan bahwa semua variabel independen cash position, debt to equity ratio, return on asset, growth potential,
firm size berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dividend payout ratio.
Penelitian Rendhi Kurniadi 2010 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menyatakan bahwa variabel cash position secara
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
6 parsial tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio, variabel growth
potential secara parsial berpengaruh terhadap dividend payout ratio, variabel debt to equity ratio secara parsial tidak berpengaruh terhadap dividend payout ratio
Penelitian Sri Wahyuni 2011 pada perusahaan manufaktur yang terdapat pada Bursa Efek Indonesia menyatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel cash position, debt to equity ratio, return on asset, dan growth potential secara bersama-sama simultan berpengaruh terhadap DPR. Sementara parsial
hanya ROA dan growth potential yang mempengaruhi DPR. Penelitian Nasrul 2004 pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
menyatakan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan secara serempak antara current ratio, debt to equity ratio, net profit margin dan return on investment
terhadap DPR. Return on Investment ROI dan current ratio CR yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dividend payout ratio secara
parsial. Dengan melihat adanya inkonsistensi hasil penelitian-penelitian terdahulu,
maka perlu diteliti lebih lanjut faktor-faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio dengan menggunakan variabel cash position, debt to equity ratio, net profit,
dan return on investment pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010.
1.2 Rumusan Masalah