Strategi Distribusi Kolusi Analisis Perilaku Industri dalam Industri Manufaktur

Setiap alternatif strategi produk akan dapat menimbulkan reaksi yang bermacam- macam dari perusahaan pesaing, namun seringkali reaksi dari perusahaan pesaing akan timbul lebih lama bila dibandingkan dengan strategi harga sehingga jarang dapat membalas dengan cepat. Persaingan akan berjalan dengan sempurna apabila pembeli dapat membandingkan barang yang satu dengan yang lain, sehingga perusahaan dalam sebuah industri harus dapat membedakan produknya dari produk pesaing untuk merebut pasar. Dengan adanya differensiasi produk persaingan akan menjadi tidak efektif, karena perbandingan produk yang satu dengan yang lain menjadi sulit untuk dilakukan karena berbeda. Differensiasi produk sangat erat kaitannya dengan kegiatan promosi yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan penjualannya. Strategi produk akan lebih efektif apabila terdapat homogeneous produk dalam industri, sebab dana yang dibutuhkan relatif besar. Promosi produk dilakukan oleh produsen yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada para konsumen tentang adanya suatu produk di pasar, untuk meningkatkan penjualan serta untuk merebut pangsa pasar dari produsen lain. Strategi promosi dalam industri manufaktur dapat dilakukan melalui advertensi di berbagai media seperti media elektronik televisi dan internet dan media cetak majalah dan koran, free samples, pelayanan yang lebih baik dan lain-lain.

6.1.2.3 Strategi Distribusi

Distribusi produk merupakan suatu cara yang dilakukan dalam menyampaikan barang atau produk yang diinginkan oleh pembeli. Strategi distribusi yang dilakukan dalam industri manufaktur adalah berdasarkan kesepakatan antara produsen dan konsumen. Cara yang dilakukan dalam mendistribusikan produknya antara lain dengan mengantar produk yang dipesan sampai gudang pembeli dan jika jumlah yang ingin dibeli kurang dari batasan pesanan minimum maka yang berperan adalah distributor, sehingga konsumen yang ingin membeli dalam jumlah sedikit tidak pindah ke perusahaan lain.

6.1.2.4 Kolusi

Kolusi sangat tidak diinginkan oleh sebagian besar masyarakat khususnya para konsumen. Lain halnya dengan para produsen, mereka berharap dengan adanya kolusi dapat meningkatkan keuntungan. Di dalam pasar oligopoli, kolusi dapat terjadi jika terbentuk suatu kondisi yang mendukung terjadinya kolusi. Menurut Jaya 2001, Kondisi pasar yang dapat menimbulkan terjadinya kolusi tersebut antara lain seperti, terjadinya pemusatan kekuatan pasar, kesamaan biaya dalam produksi, kesamaan permintaan dari masyarakat, titik pusat, persaingan bukan harga dan informasi. Pemusatan perusahaan merupakan salah satu kondisi yang dapat menimbulkan kolusi. Hal ini disebabkan ada sedikit penjual utama yang terdapat pada industri tersebut, sehingga mereka cepat mengetahui kecurangan yang dilakukan perusahaan lain. Menurut Jaya 2001, terdapat perbedaan perilaku pada setiap tingkat konsentrasi pemusatan yang dapat menimbulkan kolusi. Pada struktur pasar oligopoli ketat, penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60 sampai 100 persen, kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah dan pada struktur oligopoli longgar, penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki 40 persen atau kurang dari pangsa pasar, maka kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga sebenarnya tidak mungkin. Kesamaan biaya dalam produksi turut mendukung pembentukan kolusi. Kesamaan biaya dalam produksi membuat kerjasama lebih mudah karena harga yang ditetapkan relatif sama. Kondisi pasar lainnya yang mendukung adanya kolusi adalah adanya kesamaan permintaan dari masyarakat. Hal ini akan menyebabkan pergeseran permintaan yang tajam karena dapat menjebak pelaku oligopolis dalam mengontrol pasar dan memusatkan ekspektasi pada tingkat harga yang sama, misalnya produsen akan terdorong untuk memotong harga penjualan diskon. Titik pusat merupakan harga atau lokasi yang diketahui dan disetujui oleh semua pesaing, meliputi standar kenaikan harga, lokasi dan batas-batas geografis. Pada suatu industri yang sudah mapan, masing-masing pihak sudah mengetahui para pesaing sehingga hal ini akan mempermudah adanya kolusi, sebab tindakan dari tiap-tiap perusahaan akan lebih mudah diprediksi. Suatu harga yang dianjurkan atau lokasi yang telah ditentukan dapat menjadi dasar dalam kerjasama yang erat, sementara batas geografi seringkali menjadi dasar untuk membagi pasar dan koordinasi pasar menjadi lebih mudah. Persaingan bukan harga dapat menjadi substitusi bagi kompetisi harga. persaingan bukan harga dapat dilakukan jika harga di pasar sudah stabil dan terdapat kesepakatan harga, biasanya persaingan ini dilakukan dalam bentuk wujud rancang produk, advertensi dan sebagainya. Kondisi terakhir yang dapat menyebabkan terjadinya kolusi adalah informasi. Informasi dapat mempermudah kerjasama antar perusahaan, semakin baik informasi semakin cepat perusahaan dapat mendeteksi adanya pemotongan harga yang dilakukan perusahaan lain. Sistem informasi yang baik juga dapat membantu mempertahankan harga yang sudah ditetapkan. 6.1.3 Analisis Kinerja Industri Manufaktur Kinerja suatu industri mencerminkan bagaimana pengaruh kekuatan pasar terhadap harga dan efisiensi. Tingkat keuntungan suatu perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaannya. Tingkat keuntungan dapat dilihat melalui Price Cost Margin PCM dan tingkat efisiensi dapat dilihat melalui efisiensi-X XEFF. Nilai PCM diperoleh melalui perbandingan selisih antara nilai tambah dan upah dengan nilai output total dalam industri manufaktur. Berdasarkan hasil analisis pada Lampiran 9, diketahui bahwa selama periode 2000-2004 rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh industri manufaktur mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Rata-rata tingkat keuntungan yang diperoleh tersebut adalah sebesar 32,36 persen. Tingkat keuntungan terbesar yang diperoleh selama periode tersebut adalah sebesar 34,08 persen pada tahun 2000 dan tingkat keuntungan terendah yang diterima sebesar 29,67 persen pada tahun 2001. Penurunan tersebut disebabkan adanya peningkatan biaya input yang digunakan dalam proses produksi industri, sehingga meskipun tingkat produksi mengalami peningkatan pada tahun 2001 tetapi penggunaan biaya input yang digunakan lebih besar dari penggunaan output sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh industri manufaktur mengalami penurunan. Namun pada tahun 2002 sampai tahun 2004 tingkat keuntungan tersebut mengalami peningkatan kembali meskipun peningkatannya tidak sebesar tahun 2000. Pengukuran XEFF diperoleh dari perbandingan nilai tambah dengan nilai input dalam industri manufaktur. Pada Lampiran 10 dapat dilihat nilai rata-rata XEFF dari tahun 2000 sampai 2004 sebesar 78,54 persen. Nilai XEFF tertinggi pada industri manufaktur berada pada tahun 2003 sebesar 85,40 persen. Nilai XEFF yang tinggi tersebut mencerminkan kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk proses produksi, artinya perusahaan dikelola dengan baik.

6.2 Analisis Panel Data

Analisis panel data digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dalam industri manufaktur. Estimasi ini dilakukan dengan menggunakan program software Eviews 5 dan metode panel data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model efek tetap fixed effect model. Pemilihan model efek tetap ini dimaksud untuk melihat heterogenitas tiap individu dari industri manufaktur, membiarkan intersep bervariasi antar individu dan perbedaan nilai konstanta diasumsikan sebagai perbedaan antar unit individu. Dasar statistik pemilihan model efek tetap yang digunakan untuk mengestimasi PCM yaitu Uji Hausman Hausman Test. Berdasarkan Uji Hausman maka didapatkan nilai statistik Hausman sebesar 28,32 nilai X 2 sebesar 12,59 dengan nilai probabilitas P-Value sebesar 0,00 yang berarti kita tolak hipotesis untuk memilih model efek acak. Berdasarkan hasil pengujian tersebut