bahan yang diteliti. Gaya kepemimpinan ternyata mempunyai pengaruh tidak signifikan secara parsial terhadap pencegahan kecurangan akuntansi, karena dengan meningkatnya kemampuan
intelektual, emosi dan keterampilan karyawannya maka setiap karyawan akan lebih berhati –
hati lagi dalam mengambil suatu tindakan.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai keterbatasan-keteerbatasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar mendapatkan hasil yang lebih baik lagi.
1. Objek penelitian ini hanya dilakukan pada satu rumah sakit yang berada di Kota Medan,
sehingga penelitian ini tidak dapat digunakan sebagai gambaran pada seluruh rumah sakit yang ada di Kota Medan,
2. Penelitian ini haya menggunakan 3 variabel independen, yaitu : efektifitas
pengendalian intern, gaya kepemimpinan, dan pengembangan mutu karyawan. Koefisien determinas R
2
yang cenderung kecil yaitu 2,92, hasil ini menunjukkan rendahnya kemampuan variabel-variabel independen dalam penelitian ini.
5.3. Saran
Beberapa saran yang diajukan peneliti dalam penelitian ini untuk dapat dipergunakan oleh peneliti selanjutnya dengan melihat hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti,
yaitu : 1.
hendaknya pada penelitian selanjutnya meneliti pada semua rumah sakit yang berada di Kota Medan agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan menggambarkan
kondisi dalam jangka panjang, 2.
bagi peneliti selanjutnya hendaknya mencari atau menambah variabel-variabel yang dapat mempengaruhi pencegahan kecurangan akuntansi seperti komitmen organisasi,
kesesuaian kompensansi, kultur organisasi, perilaku tidak etis, dan faktor -faktor lain. Sehingga dapat diketahui variabel-variabel apa saja yang dapat mempengaruhi
pencegahan kecurangan akuntansi secara representatif dan ammpu memprediksi pencegahan kecurangan akuntansi dengan lebih akurat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengendalian Intern
2.1.1. Definisi, Tujuan, Dan Sasaran Pengendalian Intern
Pengendalian merupakan suatu tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajemen untuk memastikan secara memadai, bukan mutlak tercapainya tujuan dan sasaran
organisasi. Tindakanaktivitas pengendalian yang ada dalam organisasi dikelompokkan dalam :
a. pengendalian Pencegahan preventive controls bertujuan untuk mencegah kesalahan
errors ataupun peristiwa yang tidak diinginkan terjadi, b.
pengendalian Pendeteksian detective controls bertujuan untuk menginformasikan kepada manajemen galat atau masalah yang sedang terjadi atau beberapa saat setelah
terjadi, c.
pengendalian Pemulihan corrective controls biasanya digunakan bersama dengan pendeteksian, bertujuan untuk memperbaiki kembali dari akibat terjadinya peristiwa
yang tidak diinginkan. Menurut Midjan dan Susanto 2001:58 pengendalian intern meliputi :
“Struktur organisasi dan segala cara serta tindakan dalam suatu perusahaan yang saling terkoordinasi dengan tujuan untuk mengamankan harta kekayaan perusahaan, menguji
ketelitian dan kebenaran data akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, serta mendorong ketaatan terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemimpin
perusahaan ”.
Menurut Mulyadi 2001:163, pengendalian intern meliputi :
“struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen”. Definisi Pengendalian Internal menurut The Committee of Sponsoring
Organizations of th e Treadway Commission’s COSO adalah :
“Suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris, manajemen, dan personil lainnya dari sebuah entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinanjaminan yang wajar
berkaitan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut : 1.
efektivitas dan efisiensi operasi, 2.
keandalan laporan keuangan, 3.
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. American Institute of Certified Public Accountants mendefinisikan pengendalian
internal ialah struktur organisasi, semua metode dan ketentuan – ketentuan yang
terkordinasi yang dianut dalam perusahaan untuk melindungi harta kekayaan, memeriksa ketelitian, dan seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, meningkatkan efisiensi usaha
dan mendorong ditaatinya kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. Tujuan pengendalian internal menurut Midjan dan Susanto 2001:58 adalah :
1. mengamankan harta perusahaan,
2. menguji ketelitian dan keandalan data akuntansi,
3. meningkatkan efisiensi perusahaan,
4. ketaatan pada kebijaksanaan yang telah digariskan pimpinan perusahaan.
Pengendalian intern dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang
bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.
Sasaran Pengendalian Intern adalah : 1.
mendukung operasi perusahaan yang efektif dan efisien, 2.
laporan Keuangan yang handalakuntabel, 3.
perlindungan asset, 4.
mengecek keakuratan dan kehandalan data akuntansi, 5.
kesesuaian dengan hukum dan peraturan –peraturan yang berlaku,
6. membantu menentukan kebijakan manajerial.
2.1.2. Klasifikasi Pengendalian Intern
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi dua yaitu pengendalian intern akuntansi preventive controls dan pengendalian intern
administratif feedback controls. 1.
Pengendalian intern akuntansi aktif Dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga
kekayaan perusahaan, menghasilkan laporan keuangan yang wajar dan memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar
unit organisasi, pemberian otorisasi atau persetujuan, pelaksanaan dan pencatatan transaksi serta pertanggungjawabannya.
Ada empat konsep dasar yang secara implisit ada dalam pengendalian akuntansi, yaitu :
a. Tanggung jawab manajemen
Dalam pelaksanaan sistem, manajemen harus memberi buku pegangan prosedur yang meliputi rincian metode
– metode yang harus diikuti. Demi keefektifan sistem pengendalian intern maka harus ada pengawasan secara terus menerus dari manajemen.
b. Jaminan yang beralasan
Maksudnya ialah tujuan yang diharapkan seperti pengamanan harta atau aktiva dan dipercayainya data akuntansi akan tercapai.
c. Pembatasan
– pembatasan Semua sistem pengendalian akuntansi dipengaruhi atau dibatasi oleh batasan - batasan
yang melekat. Satu batasannya adalah faktor manusia yang berada pada sebagian prosedur. Oleh karena itu, faktor manusia memiliki peran yang sangat penting dalam
pengendalian. d.
Metode pengolahan data Sistem pengolahan data dapat seluruhnya dikerjakan secara manual atau dapat
dikombinasi dengan mekanis dan elektronis. Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap sistem pengendalian akuntansi.
Kelemahan pengendalian intern aktif ialah : a.
Musuh utamanya ialah sumber daya manusia, b.
Sangat rawan untuk ditembus oleh para pelaku kecurangan, c.
Biayanya mahal, d.
Banyak unsur dari pengendalian akuntansi aktif yang menghambat pelayanan. Contohnya mengecek tanda tangan, mencocokkan dokumen, dsb.
2. Pengendalian intern administratif pasif
Pengendalian administrasi meliputi rencana organisasi serta prosedur – prosedur
dan catatan – catatan yang berhubungan dengan proses pembuatan keputusan yang
mengarah kepada tindakan manajemen untuk menyetujui atau memberi wewenang. Tujuan pengendalian administrasi diutamakan pada pencapaian tujuan operasional, seperti
efisiensi dan efektivitas operasi serta mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi. Contoh : pemeriksaan laporan untuk
mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan. Dalam sistem pengendalian administrasi ada dua unsur yang mempengaruhi, yaitu :
1. sistem rencana organisasi yang merupakan tulang punggung sarana. Dalam
penyusunan rencana yang efektif untuk memperkuat Sistem Pengendalian Intern perlu diadakan pemisahan tugas antara berbagai fungsi operasi,
2. sistem
– sistem yang bersifat usaha memperoleh efisiensi dan mencapai tujuan ketaatan terhadap kebijaksanaan pimpinan yang tidak langsung berhubungan dengan catatan
keuangan. Semua kelemahan dari pengendalian intern aktif dihilangkan oleh pengendalian
intern pasif, dimana kedua pegendalian ini saling melengkapi satu sama lain. Kelebihan pengendalian administratif pasif ialah :
1. tidak mahal,
2. tidak bergantung kepada manusia,
3. tidak mempengaruhi produktivitas,
4. tidak rawan untuk ditembus oleh pelaku kecurangan.
2.1.3. Unsur – Unsur Pengendalian Intern
Pengendalian intern mempunyai berbagai unsur, dimana setiap unsur mempunyai kaitan langsung dengan tujuan pengawasan perusahaan demikian juga dengan langkah-
langkah yang ditempuh perusahaan dalam memenuhinya. Untuk membentuk suatu pengendalian intern yang memadai maka diperlukan unsur-unsur yang terkandung
didalamnya. Unsur pokok pengendalian intern menurut Mulyadi 2001:164 adalah :
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.
Struktur organisasi merupakan rerangka framework pembagian tanggung jawab fungsional kepada unit - unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatan pokok perusahaan. Struktur organisasi yang baik belum tentu sama bagi setiap perusahaan karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis usaha,
banyaknya cabang perusahaan dan sebagainya. Struktur organisasi yang baik harus memperlihatkan secara jelas pemisahan fungsi antara fungsi operasi, pencatatan, dan
pemeriksaan intern selain itu tanggung jawab setiap bagian harus ditetapkan secara jelas, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup
terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang
memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Suatu sistem dan prosedur pencatatan harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat mewujudkan
pengendalian akuntansi yang memadai terhadap kegiatan-kegiatan usaha dan transaksi yang terjadi serta memudahkan klasifikasi data keuangan, untuk itu diperlukan
formulir-formulir dan suatu pedoman akuntansi. 3.
Praktek yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. Praktek yang sehat dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap organisasi sangat
berpengaruh terhadap efektifitas pengendalian intern. Prosedur-prosedur yang menyangkut pemberian otorisasi, pencatatan, transaksi, dan penyelenggaraan
penyimpanan harta perusahaan harus didukung oleh praktek yang sehat sehingga dapat memberikan jaminan yang memadai bagi manajemen tentang kebenaran transaksi yang
diikuti dan mempertinggi kemungkinan ditemukannya kesalahan-kesalahan dan kecurangan lebih dini.
4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.
Bagaimana pun baiknya struktur organisasi, sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, serta berbagai cara yang diciptakan untuk mendorong praktek yang sehat, semuanya
sangat tergantung kepada manusia yang melaksanakannya. Sumber daya manusia menjadi faktor penting dalam melaksanakan pengendalian internal.
Pengendalian internal sebagaimana didefinisikan oleh COSO, terdiri atas lima komponen yang saling terkait, yaitu:
a. Lingkungan pengendalian control environment
Lingkungan pengendalian memberikan nada pada suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian dari para anggotanya. Lingkungan pengendalian merupakan
dasar bagi komponen pengendalian internal lainnya, memberikan disiplin dan struktur serta mencakup :
1. integritas dan nilai etika,
2. komitmen terhadap kompetensi,
3. partisipasi dewan komisaris atau komite audit,
4. filosofi dan gaya operasi manajemen,
5. struktur organisasi,
6. pemberian otoritas dan tanggung jawab,
7. kebijakan dan praktik sumber daya manusia.
b. Penaksiran risiko risk assessment
Proses mengidentifikasi dan menganalisis resiko-resiko yang relevan dalam pencapaian tujuan, membentuk sebuah basis untuk menentukan bagaimana resiko dapat diatur.
Karena kondisi ekonomi, industri, regulasi, dan operasi selalu berubah, maka diperlukan mekanisme untuk mengidentifikasi dan menghadapi resiko-resiko spesial
terkait dengan perubahan tersebut. c.
Aktivitas pengendalian control activities
Kebijakan dan prosedur yang dibangun oleh manajemen untuk mencapai tujuan laporan keuangan yang obyektif. Aktivitas pengendalian dapat digolongkan dalam pemisahan
tugas yang memadai, otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas, pendokumentasian dan pencatatan yang cukup, pengawasan aset antara catatan dan
fisik, serta pemeriksaan independen atas kinerja. d.
Informasi dan komunikasi information and communication Metode yang dipergunakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, mengklasifikasi,
mencatat dan melaporkan semua transaksi entitas, serta untuk memelihara akuntabilitas yang berhubungan dengan aset. Transaksi-transaksi harus memuaskan dalam hal
eksistensi, kelengkapan, ketepatan, klasifikasi, tepat waktu, serta dalam posting dan mengikhtisarkan.
e. Pemantauan monitoring
Sistem pengendalian internal perlu diawasi, sebuah proses untuk menentukan kualitas performa sistem dari waktu ke waktu. Proses ini terselesaikan melalui kegiatan
pengawasan yang berkesinambungan, evaluasi yang terpisah atau kombinasi dari keduanya.
2.1.4. Sifat Pengendalian Intern Ada lima sifat sistem pengendalian intern yang dapat dipercaya Hartadi, 1999 :
1. Kualitas karyawan sesuai dengan tanggung jawabnya.
Faktor yang paling sulit dan paling penting dalam pengendalian adalah orang-orang yang dapat menunjang suatu sistem dapat berjalan baik. Masalah karyawan kadang-
kadang menimbulkan permasalahan dalam pengendalian intern. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan kualitas karyawan, yaitu :
a. Menarik tenaga kerja, manajemen harus mengusahakan seluas mungkin sumber tenaga
kerja. Luasnya sumber tenaga kerja akan lebih besar kemungkinan mendapat calon tenaga kerja yang dikehendaki,
b. Pengembangan mutu karyawan, menyangkut usaha-usaha meningkatkan pengetahuan
karyawan dan keahlian atau keterampilannya, c.
Pengukuran prestasi, menilai pelaksanaaan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab masing-masing karyawan.
2. Rencana organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsi secara layak.
Tujuan dari pemisahan adalah agar tidak ada seorang pun yang harus mengendalikan dua atau tiga tanggung jawab fungsi. Hal ini memberikan keuntungan bagi
perusahaan, yaitu karyawan akan sulit berbuat kecurangan dan adanya saling cek cross- check suatu transaksi karena adanya koordinasi.
3. Sistem pemberian wewenang, tujuan, teknik dan pengawasan yang wajar untuk
mengadakan pengendalian atas aktiva, utang, penghasilan dan biaya. Setiap manajemen bertanggung jawab untuk menentukan, melaksanakan dan
memelihara serta meningkatkan sistem pengendaliannya. Manajemen harus menentukan ukuran untuk mengakui transaksi dalam sistem akuntansinya dan untuk pengawasan
persetujuan transaksi. Perusahaan juga harus memiliki bagan rekening chart of accounts dan dengan penjelasan dan instruksi tertulis tentang klasifikasi transaksi. Pengawasan
adalah suatu alat untuk memonitor dan menjaga sistem pengendalian agar dapat berjalan dengan baik.
4. Pengendalian aktiva, dokumen dan formulir yang penting.
Pengendalian fisik atas aktiva, catatan dan dokumen lainnya harus dibatasi kepada orang-orang tertentu saja. Pengendalian ini bertujuan untuk menghindari dari kesalahan
dan ketidakberesan dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
5. Perbandingan secara periodik.
Perbandingan secara periodik dapat meliputi perhitungan fisik saldo kas, rekonsiliasi bank, dan teknik-teknik lainnya yang dilakukan untuk menentukan apakah
catatan akuntansi sesuai dengan keadaan sebenarnya. Manajemen yang melakukan perbandingan secara periodik akan mempunyai kesempatan lebih banyak dalam
menemukan kesalahan dalam catatan-catatan daripada tidak melakukannya.
2.2. Gaya Kepemimpinan 2.2.1 Pengertian Gaya Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk memberikan wawasan sehingga orang lain ingin mencapainya. Pemimpin yang baik memberikan pengalaman,
keterampilan, dan sikap pribadinya untuk membangkitkan semangat dan tim kerja. Pemimpin yang efektif mampu memberikan pengarahan terhadap usaha semua pegawai
dalam mencapai tujuan organisasi. Definisi gaya kepemimpinan menurut Thoha 2007:49 yaitu merupakan norma
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba memengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menyelaraskan persepsi di
antara orang yang akan memengaruhi perilaku dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya. Sedangkan menurut Winardi 2000,
gaya kepemimpinan adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami suskesnya kepemimpinan, dalam hubungannya di mana pusat perhatian ditujukan pada
yang dilakukan oleh pemimpin. Gibson 1996 telah meneliti gaya kepemimpinan di Ohio State University tentang
perilaku pemimpin melalui dua dimensi, yaitu: consideration dan initiating structure.
Consideration konsiderasi adalah gaya kepemimpinan yang menggambarkan kedekatan hubungan antara bawahan dengan atasan, adanya saling percaya, kekeluargaan,
menghargai gagasan bawahan, dan adanya komunikasi antara pimpinan dengan bawahan. Pemimpin yang memiliki konsiderasi yang tinggi menekankan pentingnya komunikasi
yang terbuka dan parsial. Initiating structure struktur inisiatif merupakan gaya kepemimpinan
yang menunjukkan bahwa pemimpin
mengorganisasikan dan
mendefinisikan hubungan dalam kelompok, cenderung membangun pola dan saluran komunikasi yang jelas, menjelaskan cara mengerjakan tugas yang benar.
Menurut Pramudita 2013 jauh dari tindakan fraud diperlukan sosok seorang figur pemimpin yang baik dimata karyawan, seorang karyawan yang mempunyai persepi yang
buruk terhadap gaya kepemimpinan pemimpinnya, maka karyawan tersebut akan cenderung melakukan hal-hal yang akan merugikan perusahaan, dalam hal ini melakukan
fraud, maka dapat disimpulkan bahwa semakin baik gaya kepemimpinan seorang pemimpin perusahaan akan menurunkan tingkat terjadinya fraud yang dilakukan oleh
karyawannya.
2.3. Pengembangan Mutu Karyawan