Hasil Tambahan Penelitian Hasil Penelitian

4. Hasil Tambahan Penelitian

Setelah dilakukan pengujian untuk hasil utama dalam penelitian ini, maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang negatif antara pengembangan karir dengan work family conflict pada karyawan. Sebagai hasil tambahan penelitian, berikut dipaparkan mengenai data deskriptif rata-rata skor masing-masing variabel berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, lama bekerja, status pernikahan, jumlah anak, dan kepemilikan pengasuh anak. a Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Usia Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel berikut: Table 63. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Usia Usia Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation 20 – 25 59.67 3.559 55.83 5.77 6 26 – 31 57.46 9.333 57.77 7.62 13 32 – 37 55.08 10.317 61.92 14.54 12 38 – 43 59.50 6.236 50.21 14.13 14 44 – 49 63.80 6.728 47.65 10.95 46 50 – 55 62.53 6.472 45.99 9.30 101 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Dari tabel 23 di atas, dapat diketahui bahwa subjek yang berusia antara 44 – 49 tahun mempunyai mean skor pengembangan karir yang paling Universitas Sumatera Utara tinggi, sedangkan subjek yang berusia antara 32 – 37 tahun memiliki mean skor yang paling rendah. Selanjutnya, subjek yang berusia antara 32 – 37 tahun memiliki mean skor work family conflict yang paling tinggi, sedangkan subjek yang berusia antara 50 – 55 tahun memiliki mean skor yang paling rendah. b Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Jenis Kelamin Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan jenis kelamin pada tabel berikut: Table 24. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation Laki-laki 62.88 6.104 47.37 12.76 117 Perempuan 59.91 8.551 51.03 9.94 75 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Dari tabel 24 di atas, diketahui bahwa subjek yang berjenis kelamin perempuan mempunyai mean skor pengembangan karir yang lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang berjenis kelamin laki-laki. Selanjutnya, subjek yang berjenis kelamin perempuan mempunyai mean skor work family conflict yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang berjenis kelamin laki-laki. Universitas Sumatera Utara c Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Tingkat Pendidikan Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut: Table 25. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation SMASMKSederajat 62.47 6.056 47.78 9.74 77 D1D2D3 63.02 6.911 47.13 9.85 47 S1 59.80 8.170 51.36 13.04 66 S2 65.50 20.506 42.50 26.16 2 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Dari tabel 25 di atas, dapat diketahui bahwa subjek dengan tingkat pendidikan S2 mempunyai mean skor pengembangan karir yang paling tinggi, sedangkan subjek dengan tingkat pendidikan S1 memiliki mean skor yang paling rendah. Selanjutnya, subjek dengan tingkat pendidikan S1 memiliki mean skor work family conflict yang paling tinggi, sedangkan subjek dengan tingkat pendidikan S2 memiliki mean skor yang paling rendah. Universitas Sumatera Utara d Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Lama Bekerja Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan lama bekerja dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Table 26. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Lama Bekerja Masa Kerja Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation 1 – 10 tahun 58.03 8.578 59.50 12.18 32 11 – 21 tahun 61.86 9.042 48.79 11.90 29 22 – 32 tahun 62.59 6.221 46.18 9.20 131 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Berdasarkan tabel 26 di atas dapat diketahui bahwa subjek dengan masa kerja antara 22 – 32 tahun memiliki mean skor pengembangan karir yang paling tinggi, sedangkan subjek dengan masa kerja 1 – 10 tahun memiliki mean skor pengembangan karir yang paling rendah. Selain itu, subjek dengan masa kerja antara 1 – 10 tahun memiliki mean skor work family conflict yang paling tinggi, sedangkan subjek dengan masa kerja 22 – 32 tahun memiliki mean skor yang paling rendah. e Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Status Pernikahan. Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Table 27. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Status Pernikahan Status Pernikahan Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation Menikah dan Tinggal Bersama 61.65 7.433 48.94 11.33 175 Menikah dan Tinggal Berpisah 60.38 5.731 52.25 11.20 8 Orang Tua Tunggal 64.22 5.263 42.89 7.93 9 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Berdasarkan tabel 27 di atas, diketahui bahwa subjek yang menjadi orang tua tunggal memiliki mean skor pengembangan karir yang paling tinggi, sedangkan subjek yang sudah menikah namun tinggal berpisah memiliki mean skor yang paling rendah. Selanjutnya, subjek yang menikah dan tinggal berpisah memiliki mean skor work family conflict yang paling tinggi, sedangkan subjek yang menjadi orang tua tunggal memiliki mean skor yang paling rendah. f Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Jumlah Anak Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan jumlah anak yang dimiliki subjek dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Universitas Sumatera Utara Table 28. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Jumlah Anak Jumlah Anak Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation Tidak ada anak 61.00 2.828 54.00 2.16 4 1 anak 60.39 6.461 51.45 9.77 33 2 anak 61.30 8.107 48.59 12.84 54 3 anak 61.94 6.910 48.74 11.02 77 Lainnya 63.92 8.010 44.92 10.19 24 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Berdasarkan tabel 28 di atas, dapat diketahui bahwa subjek yang mempunyai anak lebih dari tiga orang memiliki mean skor pengembangan karir yang paling tinggi, sedangkan subjek yang memiliki satu orang anak memiliki mean skor yang paling rendah. Selanjutnya, subjek yang tidak memiliki anak mempunyai mean skor work family conflict yang paling tinggi. Sedangkan subjek yang memiliki lebih dari tiga orang anak lainnya memiliki mean skor yang paling rendah. g Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Usia Anak Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan usia anak yang dimiliki subjek dapat dilihat pada tabel berikut: Table 29. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Usia Anak Usia Anak Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Mean Std. Universitas Sumatera Utara Deviation Deviation Balita 57.28 9.528 58.38 11.19 29 5 tahun 62.55 6.602 46.92 10.46 159 Lainnya 61.00 2.828 54.00 2.16 4 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Berdasarkan tabel 29 di atas, dapat diketahui bahwa subjek yang mempunyai anak yang berusia di atas lima tahun memiliki mean skor pengembangan karir yang paling tinggi, sedangkan subjek yang memiliki bayi lima tahun balita memiliki mean skor yang paling rendah. Selain itu, subjek yang memiliki bayi lima tahun balita mempunyai mean skor work family conflict yang paling tinggi. Sedangkan subjek yang memiliki anak berusia di atas lima tahun memiliki mean skor yang paling rendah. h Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Jumlah Gaji Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan jumlah gaji yang dimiliki subjek dapat dilihat pada tabel berikut: Table 70. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Jumlah Gaji Jumlah Gaji Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation Rp 1.000.000 Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 60.75 9.075 52.72 9.59 36 Universitas Sumatera Utara Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000 62.01 6.952 48.50 11.98 125 Rp 10.000.000 61.68 6.369 45.45 8.10 31 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Berdasarkan tabel 30 di atas, diketahui bahwa subjek yang memiliki gaji antara Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000 memiliki mean skor pengembangan karir yang tinggi, sedangkan subjek yang memiliki gaji diantara Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 memiliki mean skor yang paling rendah. Selanjutnya, subjek yang memiliki gaji diantara Rp 1.000.000 – Rp 5.000.000 memiliki mean skor work family conflict yang paling tinggi, sedangkan subjek yang memiliki gaji antara Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000 memiliki mean skor yang paling rendah. i Gambaran Skor Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Kepemilikan Pengasuh Gambaran skor pengembangan karir dan work family conflict berdasarkan kepemilikan pengasuh dapat dilihat pada tabel berikut: Table 31. Statistik Data Pengembangan Karir dan Work Family Conflict Berdasarkan Kepemilikan Pengasuh Pengasuh Anak Pengembangan Karir Work Family Conflict Jumlah N Mean Std. Deviation Mean Std. Deviation Ada 61.23 10.721 49.03 14.19 30 Tidak Ada 61.81 6.497 48.75 10.66 162 Total 61.72 7.280 48.80 11.24 192 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel 31 di atas, dapat diketahui bahwa subjek yang tidak memiliki pengasuh memiliki mean skor pengembangan karir yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang memiliki pengasuh anak. Selanjutnya, subjek yang memiliki pengasuh anak memiliki mean skor work family conflict yang paling tinggi. Sedangkan subjek yang tidak memiliki pengasuh anak memiliki mean skor yang paling rendah.

C. Pembahasan

Hasil penelitian pada subjek karyawan yang bekerja di bidang telekomunikasi di kota Medan menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara pengembangan karir dengan work family conflict. Pengembangan karir yang positif menurunkan tingkat work family conflict pada karyawan. Berdasarkan hasil pengujian statistik, kedua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai korelasi r sebesar -0.413 dengan sumbangan efektif yang diberikan oleh variabel pengembangan karir terhadap variabel work family conflict sebesar 17.1. Ada beberapa alasan yang dapat menjelaskan hubungan negatif antara pengembangan karir dengan work family conflict. Pertama, Menurut Flippo 1994 karyawan yang memiliki pengembangan karir yang positif akan cenderung memiliki kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi. Karyawan yang termotivasi biasanya bersifat energik dan bersemangat dalam mengerjakan pekerjaan secara konsisten dan aktif mencari peran dan tanggung jawab yang lebih besar. Karyawan tersebut tidak takut jika dihadapkan dengan tantangan ataupun konflik, bahkan justru termotivasi untuk mengatasi konflik tersebut Munandar, 2001. Universitas Sumatera Utara