Perancangan Kompor Sekam Padi Pada Industri Pembuatan Tahu Anto Menggunakan Metode Kansei Engineering Dan Metode Quality Function Deployment (QFD)

(1)

PERANCANGAN KOMPOR SEKAM PADI PADA INDUSTRI PEMBUATAN TAHU ANTO MENGGUNAKAN METODE KANSEI

ENGINEERING DAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

DWI PUSPITASARI NIM. 080403028

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sarjana ini.

Tugas sarjana ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana teknik di Departemen Teknik Industri, khususnya program studi reguler strata satu, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul untuk tugas sarjana ini adalah “Perancangan Kompor Sekam Padi Pada Industri Pembuatan Tahu Anto Menggunakan Metode Kansei Engineering Dan Metode Quality Function Deployment (QFD)”.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan, maka penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tugas sarjana ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun demi kesempurnaan laporan tugas sarjana ini. Semoga tugas sarjana ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, perpustakaan Universitas Sumatera Utara, dan pembaca lainnya.

Medan, Oktober 2013 Penulis,


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur dan terimakasih penulis ucapkan yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk merasakan dan mengikuti pendidikan di Departemen Teknik Industri USU serta telah membimbing penulis selama masa kuliah dan penulisan laporan tugas sarjana ini.

Dalam penulisan tugas sarjana ini penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa materil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Khawarita Siregar, MT. selaku Ketua Departemen Teknik Industri Universitas Sumatera Utara, yang telah memberi izin pelaksanaan Tugas Sarjana ini.

2. Bapak Ir. Sugiharto P, MM selaku Dosen Pembimbing I atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Ir. Anizar, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II atas waktu, bimbingan, pengarahan, dan masukan yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian Tugas Sarjana ini.

4. Bapak Sumanto selaku pemilik UKM tahu Anto yang telah memberikan bantuan berupa bimbingan serta informasi dan data selama melakukan penelitian di UKM

5. Ayahanda Sutikno, SH dan Ibunda Junilawati Harahap, SH. MH yang tiada hentinya mendukung penulis baik secara moril maupun materil sehingga


(8)

laporan ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari tidak dapat membalas segala kebaikan dan kasih sayang dari keduanya, oleh karena itu izinkanlah penulis memberikan karya ini sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta.

6. Kakak penulis Eka Kartika Fitriani, ST dan adik penulis Arif Budiman yang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

7. Staff pegawai Teknik Industri, Bang Ridho, Bang Mijo, Kak Dina, Bang Nurmansyah, Bang Kumis, Kak Rahma dan Ibu Ani, terimakasih atas bantuannya dalam masalah administrasi untuk melaksanakan tugas sarjana ini. 8. Teman-teman angkatan 2008 di Departemen Teknik Industri USU Dyah

Retno, Tanti Mastika, Ira Rumiris Htg, Ajeng Ayu C, Ririn Rahmawati, Mhd Fakhri Akbar, Chandra Gunawan, Mhd Gugi, Mhd Delvryano, Alamsyah Putra, Rezky Kurniawan, Fitra Agil, Ami Nurul, Ainul Sabrini, Patima Harahap, Rea Cintya, Ayu Suci, dan lain-lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis.

9. Kurnia Tri Sulistio yang selalu membantu dan mendukung penulis untuk secepatnya menyelesaikan laporan ini.

10.Erinsyah Maulia Rangkuti dan Andria Rizki yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

11.Teman-teman rekan kerja di Laboratorium Pengukuran dan Statistik (Surya Aditya, Hendra N Chaniago, Heryanto, Dea, Ina, Musthofa, Naqasya, Anggel, Yoan, Rois, Yuni, Lisa, Dhira, Adel dan Tari) yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.


(9)

12.Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan laporan ini dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis mengucapkan terima kasih. Kiranya laporan ini bermanfaat bagi kita semua. 13.Bang Nur, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, Bang Ridho, dan Kak Rahma atas

bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini

Medan, Oktober 2013


(10)

ABSTRAK

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang terus meningkat menyebabkan perkembangan industri dan konsumsi energi didunia, Diantara berbagai jenis energi, kayu bakar diperkirakan merupakan sumber energi yang paling tua yang digunakan manusia. Permasalahan penggunaan kayu bakar adalah produksinya yang tidak mencukupi kebutuhan untuk konsumsi secara berkelanjutan. Pada usaha pembuatan tahu Anto yang masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar mengakui mahalnya kayu bakar yang digunakan dalam proses produksi, untuk setiap minggunya, dibutuhkan sekitar 350 kg kayu bakar atau setara dengan seharga Rp.450.000 atau sekitar 58 kg dengan harga Rp.75.000/hari.

Alternatif yang disarankan adalah pemanfaatan penggunaan sekam padi sebagai bahan alternatif sumber energi pada proses pemasakan bubur tahu. Untuk mengubah limbah sekam padi menjadi energi alternatif, maka dibutuhkan kompor yang sesuai dengan bahan bakar sekam tersebut. Kompor sekam ini dirancang dengan pendekatan metode Kansei Engineering yaitu suatu teknologi yang menyatukan Kansei (perasaan dan emosi) dengan disiplin ilmu teknik serta dengan kombinasi metode Quality Function Develoyment (QFD), untuk menerapkan kriteria-kriteria kualitas dari desain kompor sekam yang merepresentasikan kebutuhan konsumen. Melalui hasil penyebaran kuesioner didapatkan 9 kata-kata kansei positif yang menjadi parameter rancangan kompor sekam. Menurut hasil perhitungan kebutuhan kebutuhan sekam untuk memanaskan bubur tahu persatu kali masakan dibutuhkan 49 kg sekam padi, sehingga untuk satu hari produksi diperlukan sekam sebanyak 197,2 kg sekam atau setara dengan Rp 29.800

Kata Kunci : Kompor, Sekam Padi, Kansei Engineering, Quality Function Deployment(QFD)


(11)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan ... I-1 1.2 Perumusan Masalah ... I-6 1.3 Tujuan Penelitian ... I-6 1.4 Manfaat Penelitian ... I-6 1.5 Asumsi dan Batasan Masalah ... I-7 1.6 Sistematika Penulisan ... I-8

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Usaha Tahu Anto ... II-1 2.2 Lokasi Usaha ... II-5 2.3 Daerah Pemasaran ... II-5


(12)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

2.4 Struktur Organisasi ... II-5

III LANDASAN TEORI

3.1 Ergonomi ... III-1 3.1.1 Definisi Ergonomi ... III-1 3.1.2 Metodologi Ergonomi ... III-2 3.2 Rancangan Teknik Industri ... III-4 3.3 Tungku ... III-5 3.4 Sekam Padi ... III-9 3.5 Pembuatan Briket Sekam Padi ... III-10 3.6 Kalor ... III-12 3.6.1 Perpindahan Kalor Secara Konduksi ... III-13 3.7 Kansei Engineering ... III-15 3.8 Persentil Manusia ... III-18 3.8.1 Antropometri Statis ... III-19 3.8.2 Dimensi Antropometri ... III-21 3.9 Quality Function Deployment (QFD) ... III-25 3.9.1 Tahapan QFD ... III-26 3.9.2 Manfaat QFD ... III-27 3.9.3 Struktur QFD ... III-28 3.10 Pembuatan Kuesioner ... III-28


(13)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

3.11 Uji Validitas ... III-30 3.12 Uji Reliabilitas ... III-31

IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... IV-1 4.2 Jenis Penelitian ... IV-1 4.3 Objek Penelitian ... IV-1 4.4 Kerangka Konseptuan Penelitian ... IV-2 4.5 Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-2 4.5.1 Variabel Independen ... IV-2 4.5.2 Variabel Intervening ... IV-3 4.5.3 Variabel Dependen ... IV-3 4.6 Sumber Data ... IV-3 4.7 Metode Pengumpulan Data ... IV-4 4.8 Instrumen Penelitian ... IV-5 4.9 Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-5 4.10 Pengolahan Data ... IV-7

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1 Pengumpulan Data... V-2 5.1.1 Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner ... V-2


(14)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.1.2 Kata-kata Kansei ... V-5 5.1.3 Kuesioner Tertutup ... V-5 5.1.4 Dimensi Antropometri ... V-7 5.2 Pengolahan Data ... V-8 5.2.1 Perhitungan Kebutuhan Sekam ... V-8 5.2.2 Uji Validitas... V-10 5.2.3 Uji Reliabilitas ... V-14

5.2.4 Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Nilai

Maksimum dan Minimum ... V-16 5.2.5 Penetapan Data Antropometri ... V-18 5.2.5.1 Dimensi Tubuh yang Ekstrem... V-18 5.2.6 Membangun Quality Function Deployment (QFD) ... V-18 5.2.6.1 Penentuan Customer Requirememnt (CR) ... V-18 5.2.6.2 Penentuan Karakteristik Rancangan Kompor

Sekam ... V-19 5.2.6.3 Menetapkan Hubungan Antara Karakteristik

Rancangan Kompor Sekam ... V-24 5.2.6.4 Menetapkan Tingkat Hubungan Antara

Karakteristik Rancangan Dengan Keinginan

Konsumen ... V-25 5.2.5.5 Penentuan Planning Matrix ... V-26


(15)

DAFTAR ISI (Lanjutan)

BAB HALAMAN

5.2.5.6 Membangun Matriks House of Quality (HOQ)

Rancangan Kompor Sekam Padi ... V-27

VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL

6.1 Analisis Hasil Kuesioner Kansei ... VI-1 6.2 Analisi Kansei Engineering ... VI-2 6.3 Analisis Matriks House of Quality ... VI-3 6.3.1 Analisis Matriks Variabel Karakteristik Teknik Terhadap

Sales Point ... VI-3 6.3.2 Analisis Matriks Variabel UKM Terhaadap Derajat

Kepentingan ... VI-4

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... VII-1 7.2 Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

3.1 Komponen dan Kandungan Sekam ... III-9 3.2 Kalor Jenis Beberapa Zat ... III-13 3.3 Tabel Kondukstivitas Termal Beberapa Zat ... III-14 3.4 Pengukuran Data Antropometri ... III-21 5.1 Rekapitulasi Kuesioner Terbuka ... V-3 5.2 Kata-kata Kansei ... V-5 5.3 Rekapitulasi Kuesioner Tertutup ... V-6 5.4 Data Antropometri Pekerja UKM ... V-7 5.5 Data Uji Validitas Kuesioner Tertutup ... V-10 5.6 Hasil Perhitungan Uji Validitas ... V-11 5.7 Pengujian Validitas dengan Menggunakan Software SPSS 17 ... V-12 5.8 Perhitungan σ2 Uji Reliabilitas ... V-14 5.9 Pengujian Reliabilitas dengan Menggunakan Software SPSS 17 . V-15 5.10 Hasil Perhitungan Rata-rata, Standar Deviasi dan Nilai

Maksimum dan Minimum Dimensi Antropometri ... V-17 5.11 Custumer Requiremen (CR) Terhadap Kata-kata Kansei ... V-19 5.12 Karakteristik Teknik Rancangan Kompor Sekam Padi ... V-23 5.13 Skor Hubungan antara CR dan Karakteristik Teknik ... V-25 5.14 Nilai Sales Point untuk Setiap Variabel ... V-27 5.15 Rekapitulasi Derajat Kepentingan Karakteristik Teknik ... V-28


(17)

DAFTAR TABEL (Lanjutan)

TABEL HALAMAN

5.16 Rekapitulasi Tingkat Kesulitan Karakteristik Teknik ... V-29 6.1 Parameter Rancangan Berdasarkan Kansei Engineering ... VI-2 6.2 Nilai Derajat Kepentingan untuk Setiap Variabel ... VI-4 6.3 Hasil Perhitungan Efisiensi Termal ... VI-10


(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1 Usaha Tahu Anto ... II-2 2.2 Tungku yang Digunakan Saat ini ... II-2 2.3 (a), (b) dan (c) Proses Produksi Usaha Tahu Anto ... II-4 2.4 Hasil Produksi ... II-4 2.5 Struktur Organisasi Usaha Tahu Anto ... II-6 3.1 Tungku Briket Sekam ... III-8 3.2 Tungku Briket Sekam dan Cara Pemakaiannya ... III-8 3.3 Pembuatan Arang Sekam dengan Menggunakan Cerobong

Asap ... III-11 3.4 Prinsip Kansei Engineering ... III-16 3.5 Proses Sistem Rekayasa Kansei ... III-17 3.6 Perbedaan Ukuran dengan Persentil Manusia ... III-18 3.7 Kelompok Dimensi Tubuh I ... III-23 3.8 Kelompok Dimensi Tubuh II ... III-23 3.9 House of Quality ... III-28 4.1 Kerangka Konseptual ... IV-2 4.2 Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-6 4.3 Blok Diagram Pengolahan Data ... IV-8


(19)

DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)

GAMBAR HALAMAN

5.1 Tungku Pembakaran pada Industri Pembuatan Tahu Anto... V-2 5.2 Hubungan Korelasi antar Karakteristik Teknik ... V24 5.3 House of Quality Rancangan Kompor Sekam ... V-30 5.4 Tampak 3D HAsil Rancangan Akhir Kompor Sekam ... V-31 5.5 Tampak Atas Hasil Rancangan Kompor Sekam ... V-32 5.6. Tampak Depan Hasil Rancangan Kompor Sekam ... V-33 6.1 Diagram Konversi Kansei Engineering ... VI-2 6.2 Hasil Simulasi Vektor Menggunakan Computer Fluid

Dynamics ... VI-6 6.3 Hasil Simulasi Kontur Menggunakan Computer Fluid

Dynamics ... VI-7 6.4 Kompor Sekam Padi ... VI-11


(20)

ABSTRAK

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang terus meningkat menyebabkan perkembangan industri dan konsumsi energi didunia, Diantara berbagai jenis energi, kayu bakar diperkirakan merupakan sumber energi yang paling tua yang digunakan manusia. Permasalahan penggunaan kayu bakar adalah produksinya yang tidak mencukupi kebutuhan untuk konsumsi secara berkelanjutan. Pada usaha pembuatan tahu Anto yang masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar mengakui mahalnya kayu bakar yang digunakan dalam proses produksi, untuk setiap minggunya, dibutuhkan sekitar 350 kg kayu bakar atau setara dengan seharga Rp.450.000 atau sekitar 58 kg dengan harga Rp.75.000/hari.

Alternatif yang disarankan adalah pemanfaatan penggunaan sekam padi sebagai bahan alternatif sumber energi pada proses pemasakan bubur tahu. Untuk mengubah limbah sekam padi menjadi energi alternatif, maka dibutuhkan kompor yang sesuai dengan bahan bakar sekam tersebut. Kompor sekam ini dirancang dengan pendekatan metode Kansei Engineering yaitu suatu teknologi yang menyatukan Kansei (perasaan dan emosi) dengan disiplin ilmu teknik serta dengan kombinasi metode Quality Function Develoyment (QFD), untuk menerapkan kriteria-kriteria kualitas dari desain kompor sekam yang merepresentasikan kebutuhan konsumen. Melalui hasil penyebaran kuesioner didapatkan 9 kata-kata kansei positif yang menjadi parameter rancangan kompor sekam. Menurut hasil perhitungan kebutuhan kebutuhan sekam untuk memanaskan bubur tahu persatu kali masakan dibutuhkan 49 kg sekam padi, sehingga untuk satu hari produksi diperlukan sekam sebanyak 197,2 kg sekam atau setara dengan Rp 29.800

Kata Kunci : Kompor, Sekam Padi, Kansei Engineering, Quality Function Deployment(QFD)


(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk yang terus meningkat menyebabkan perkembangan industri dan konsumsi energi di dunia meningkat. dan kebanyakan sumber energi yang digunakan oleh manusia adalah sumber energi tak terbarukan seperti minyak, gas, dan lain-lain. Diantara berbagai jenis energi, kayu bakar diperkirakan merupakan sumber energi yang paling tua yang digunakan manusia. Kayu bakar termasuk energi yang sifatnya dapat diperbaharui melalui cara permudaan dan teknik budidaya. Berbeda dengan minyak bumi dan gas keduanya dapat habis tereksploitasi. Karakteristrik energi kayu bakar ini dapat menjamin kesinambungan produksi dan konsumsi apabila antara konsumsi dan produksi seimbang. Hutan dan kebun merupakan tumpuan dan harapan bagi pengguna kayu bakar masa sekarang dan yang akan datang.

Permasalahan penggunaan kayu bakar adalah produksinya yang tidak mencukupi kebutuhan untuk konsumsi secara berkelanjutan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik provinsi Sumatera Utara luas hutan mengalami penurunan setiap tahunnya, pada tahun 2003 kawasan hutan produksi di Sumatera Utara tercatat sekitar 1.788.016,00 hektar, pada tahun 2008 kawasan hutan produksi di Sumatera Utara mengalami penurunan menjadi 1.035.690,00 hektar, begitu pula dengan hasil hutan yang setiap tahun mengalami penurunan.

Penggunaan energi alternatif merupakan sesuatu langkah alternatif yang dapat dilakukan untuk merespon masalah ketersediaan kayu bakar. Salah satu


(22)

energi alternatif yang dapat digunakan untuk menggantikan penggunaan kayu bakar yaitu melalui pemanfaatan limbah biomassa. Produk pertanian yang menghasilkan limbah biomassa adalah sekam padi. Sekam padi merupakan lapisan keras yang meliputi kariopsis yang terdiri dari dua belahan yang disebut lemma dan palea yang saling bertautan. Ditinjau dari komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur kimia penting seperti dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Komponen dan Kandungan Sekam

Komponen Kandungan (%)

Menurut Suharno (1979)

Kadar air 9,02 Protein kasar 3,03

Lemak 1,18

Serat Kasar 35,68

Abu 17,17

Karbohidrat dasar 33,71

Menurut DTC-IPB Kandungan (%)

Karbon (zat arang) 1,33 Hidrogen 1,54

Oksigen 33,64

Silika 16,98

Dengan komposisi kandungan kimia tersebut, sekam dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan diantaranya: (1) sebagai bahan baku pada industri kimia, terutama kandungan zat kimia furfural yang dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri kimia, (2) sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika (SiO2) yang dapat digunakan untuk

campuran pada pembuatan semen portlan, bahan isolasi, husk-board dan campuran pada industri bata merah, (3) sebagai sumber energi panas pada berbagai keperluan manusia, kadar selulosa yang cukup tinggi dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil (Beagle, 1979). Menurut Van Ruiten (1981)


(23)

dalam Rachmat et al, 1989, Panas pembakaran sekam dapat mencapai 3300 kcal dan bulk densitas 0,100g/ml serta konduktivitas panas 0,068 kcal. Menurut Badan Pusat dan Statistik (BPS) provinsi Sumatera Utara, laju prediksi atau angka ramalan (ARAM) produksi padi pada tahun 2013 sebesar 3.596.458 ton gabah kering giling (GKG). Pada proses penggilingan beras, sekam akan terpisah dari butir beras dan menjadi bahan sisa atau limbah penggilingan, dengan kadar rendemen 66-80 persen, maka akan terdapat sekitar 719.291 ton sekam. Konversi energi dari sekam padi ke bahan bakar lain dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2. Konversi Energi Dari Sekam Padi Ke Bahan Bakar Lain

Ekuivalen Bahan Bakar

Nilai Pemanasan (Kcal/kg)

Perbandingan Konversi* Kg Bahan Bakar/Kg Sekam Yang Berasal Dari Beras

LPG 11.767 3,57

Kayu 3.355 1,02

Arang Kayu 5.893 1,78 Minyak Tanah 11.000 3,33 Bensin 11.528 3,49 Diesel 10.917 3,308

*Konversi langsung menggunakan nilai pemanasan dari 3.300 kcal/kg Sumber A.T Belonio, 1985

Penanganan sekam padi yang kurang tepat akan menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Sekam padi yang dibakar secara langsung akan membara secara perlahan sambil menghasilkan asap tebal, maka salah satu cara untuk mengubah limbah tersebut menjadi limbah yang kaya energi dan mudah digunakan adalah dengan cara memadatkannya menjadi bahan bakar briket , dan dibutuhkan tungku/kompor untuk mengurangi dampak tersebut. Tungku/kompor adalah sebuah peralatan yang digunakan untuk memanaskan bahan serta mengubah bentuknya atau mengubah sifat-sifatnya, karena bahan bakar yang


(24)

digunakan berupa sekam maka kompor untuk pembakaran sekam disebut kompor sekam (United Nations Environment Programme, 2006). Di beberapa negara berbasis pertanian seperti Indonesia, Thailand dan Filipina, telah digunakan kompor sekam sederhana.

Usaha pembuatan tahu Anto yang masih menggunakan dan kayu sebagai bahan bakar mengakui banyaknya kayu bakar yang digunakan dalam proses produksi, untuk setiap minggunya, dengan rataan produksi mencapai 768 papan tahu atau sekitar 128 papan tahu perharinya, dibutuhkan sekitar 350 kg kayu bakar atau setara dengan seharga Rp. 450.000,00 untuk setiap minggunya atau sekitar 58 kg dengan harga Rp 75.000 perhari. Alternatif yang disarankan adalah pemanfaatan penggunaan sekam padi sebagai bahan alternatif sumber energi pada proses pemasakan bubur tahu. Ditinjau dari segi pemanfaatan barang tidak terpakai yang banyak tersedia di kilang-kilang padi, tentunya pemanfaatan sekam padi ini sangat baik

Upaya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar kayu pada usaha pembuatan tahu ini, maka dirancang sebuah kompor sekam yang berfungsi sebagai media salah satu energi alternatif yang digunakan untuk menggantikan kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi. Kompor sekam ini dirancang dengan menggunakan metode Kansei Engineering serta dengan kombinasi metode Quality Function Develoyment (QFD). Metode Kansei Engineering adalah suatu teknologi yang menyatukan Kansei (perasaan dan emosi) dengan disiplin ilmu teknik (rekayasa). Rekayasa Kansei digunakan dalam pengembangan produk untuk memperoleh kepuasan konsumen, yaitu dengan menganalisa perasaan dan emosi manusia dan menghubungkan perasaan dan


(25)

emosi tersebut menjadi desain produk. Digunakan pula metode Quality Function Deployment (QFD) untuk menerapkan kriteria-kriteria kualitas dari desain kompor sekam yang merepresentasikan kebutuhan konsumen.

Metode Kansei Engineering dan Quality Function Deployment telah diterapkan untuk merancang beberapa produk contohnya penelitian tentang perancangan yang dilakukan di Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya dan Universitas Islam Indonesia yaitu : Perancangan gerobak sampah yang ergonomis dengan menggunakan metode Kansei Engineering dan metode Quality Function Deployment (Ernanda Arif Febriono, 2011) dan Desain Softcase Biola Ergonomis Menggunakan Metode Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) (Hanayuki, 2012).

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah adalah menemukan media energi alternatif untuk usaha tahu Anto yang masih menggunakan kayu sebagai bahan bakar

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini yaitu:

Merancang kompor/tungku sekam padi yang dapat menggantikan penggunaan kayu bakar dan minyak pada industri pembuatan tahu Anto.

Tujuan khusus penelitian ini, yaitu:

1. Merancang kompor/tungku sekam padi dengan menggunakan kansei engineering.


(26)

2. Menghasilkan kriteria suatu rancangan awal untuk membuat kompor/tungku sekam padi sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pengguna

3. Menyusun respon teknis dan memillih alternatif dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan Quality Function Deployment.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian, antara lain: 1. Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dengan cara membandingkan teori-teori ilmiah yang ada dengan permasalahan yang ada di perusahaan khususnya mengenai konsep perancangan produk pada suatu industri didunia nyata.

2. Bagi Departemen Teknik Industri USU

a. Mempererat hubungan antara pihak universitas dengan pihak perusahaan tempat dilakukannya penelitian.

b. Memperkenalkan Departemen Teknik Industri sebagai forum disiplin ilmu terapan yang sangat bermanfaat bagi industri.

3. Bagi Perusahaan

a. Memberikan pengetahuan tentang energi alternatif kepada usaha pembuatan tahu

b. Memberikan pengetahuan tentang penggunaan sekam padi sebagai salah satu energi alternatif.

c. Membantu industri pembuatan tahu dalam memanfaatkan sekam padi sebagai energi alternatif


(27)

1.5 Asumsi dan Batasan Masalah

Adapunasumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Responden memiliki kemampuan yang sama dalam proses produksi pembuatan tahu.

2. Responden tidak dipengaruhi oleh pihak lain saat memberikan jawaban pada kuesioner.

3. Interpretasi responden terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner adalah sama dengan yang dimaksud peneliti.

4. Briket sekam telah tersedia dipasaran

Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan terhadap usaha kecil menengah pembuatan tahu , yang berlokasi di Jalan Cinta Karya No. 2 Sari Rejo Medan Polonia.

2. Penelitian dilakukan tanpa mempertimbangkan biaya produksi.

3. Produk yang dirancang adalah sebuah kompor/tungku yang menggunakan bahan bakar sekam padi.

4. Metode yang dalam menentukan atribut pelayanan adalah Kansei engineering dan Quality Function Deployment (QFD).

1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penulisan tugas sarjana ini sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan, rumusan permasalahan, tujuan penelitian,


(28)

manfaat penelitian, batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian, dan sistematika penulisan tugas sarjana.

Bab II Gambaran Umum Perusahaan, menguraikan tentang sejarah perusahaan dalam hal ini ialah industry pembuatan tahu.

Bab III Landasan Teori, berisi teori mengenai pengertian rancangan teknik industri, sekam padi, kansei engineering, quality function deployment, pembuatan kuesioner, validitas dan reliabilitas data.

Bab IV Metodologi Penelitian, menguraikan tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian yaitu persiapan penelitian meliputi penentuan lokasi penelitian, rancangan penelitian, objek penelitian, kerangka konseptual, variabel penelitian, instrumen pengumpulan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis pemecahan masalah sampai kesimpulan dan saran.

Bab V Pengumpulan dan Pengolahan Data, berisi pengumpulan data kuesioner, yang kemudian diolah validitas dan reliabilitas data, dikategorian Atribut, serta dikembangkan matriks house of quality.

Bab VI Analisis Pemecahan Masalah, meliputi analisis terhadap pengolahan data kuesioner, analisis atribut, dan analisis matriks house of quality,.

Bab VII Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil pemecahan masalah, dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan.


(29)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat Usaha Tahu Anto

Pemilik usaha tahu keluarga ini adalah Bapak Sumanto, yaitu seorang lulusan sekolah menengah pertama (SMP). Beliau merintis usaha tahu ini pertama kali pada tahun 1978 dan merupakan usaha tahu pertama di daerah Sari Rejo Polonia. Usaha kecil skala rumahan ini berada persis di samping kediaman Bapak Sumanto. Pada awalnya tahu hanya dipasarkan kepada tetangga-tetangga sekitar lokasi rumah, melihat kemajuan dan keuntungan yang diberikan pemilik memperluas area pasarnya hingga ke pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Medan. Pada awalnya pengerjaan produksi tahu hanya dilakukan oleh beliau dan istrinya, akan tetapi seiring meningkatnya permintaan akan tahu maka sekarang usaha bapak Sumanto ini memiliki 12 orang pekerja untuk memproduksi tahu yang mencapai 378 papan tiap minggunya atau sekitar 1600 papan (sekitar 3000 kg). Daerah pemasaran usaha tahu Anto adalah daerah Medan sekitar..

Usaha pembuatan tahu ini berpotensi secara ekonomi, sosial dan lingkungan. Jika ditinjau dari segi ekonomi, usaha pembuatan tahu ini terus berkembang dari tahun ketahun, ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah produksi dan tenaga kerja. Daerah pemasaran tahu ini juga menunjukan perkembangan usaha ini, pemasaran yang semakin luas membuktikan kehadiran tahu Keluarga ini diterima masyarakat. Ditinjau dari aspek sosial, penggunaan tenaga kerja akan memberikan lapangan pekerjaan bagi tenaga potensial,


(30)

kemajuan usaha pembuatan tahu ini juga nantinya akan menyerap lebih banyak tenaga kerja sehingga secara sosial usaha ini memeberikan kontribusi yang positif.

Gambar 2.1 Usaha Tahu Anto


(31)

(a)


(32)

(c)

Gambar 2.3 (a), (b) dan (c) Proses Produksi Usaha Tahu Anto


(33)

2.2 Lokasi Usaha

Usaha pembuatan tahu ini berada diJalan Cinta Karya No. 2 Sari Rejo Medan Polonia. Dari segi fisik, wilayah Sari Rejo Medan memiliki infrastruktur yang memadai. Akses jalan yang baik dan layak tersedia sehingga memudahkan dalam mobilitas pergerakan dan pemasaran tahu. Air bersih sebagai salah satu aspek penting dalam proses produksi juga tersedia, jaringan listrik dan telepon juga tersedia sehingga menjadi poin positif bagi perkembangan usaha.

2.3. Daerah Pemasaran

Daerah sekitar Jalan Cinta Karya dan pasar-pasar tradisional yang berada di kota Medan.

2.4. Struktur Organisasi

Usaha pembuatan tahu Anto merupakan usaha yang memiliki struktur organisasi hubungan garis. Dalam hubungan garis, bawahan hanya mengenal seorang atasan. Bawahan tersebut hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari atasannya yang seorang itu. Usaha ini hanya memiliki satu atasan yaitu pemilik usaha itu sendiri yaitu Bapak Sumanto yang berwenang untuk mengatur dan bertanggung jawab atas semua pekerjanya. Gambar struktur organisasi usaha tahu Anto ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.


(34)

Pemilik Usaha Sumanto

Pekerja 1

Pekerja 2

Pekerja 3

Pekerja 4

Pekerja 5

Pekerja 6

Pekerja 7

Pekerja 8

Pekerja 9

Pekerja 10

Pekerja 11 Bagian

Administrasi Bagian

Pemasaran

Kepala Produksi


(35)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Ergonomi

3.1.1 Definisi Ergonomi

Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum alam. Sedangkan defenisi ergonomi menurut para ahli yaitu:

1. Menurut Nurmianto (1998), ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan perancangan. 2. Menurut Wignjosoebroto (1995), ergonomi didefinisikan sebagai disiplin

keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. 3. Menurut Sutalaksana (1979), ergonomi didefinisikan sebagai suatu cabang

ilmu yang sistematis untuk memamfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman dan nyaman.

Dari pendapat diatas defenisi ergonomi masih tetap tidak terlepas dari makna dasar yakni ergon adalah kerja dan nomos adalah hukum alam. Ergo (gerak atau kerja) yang nomos (alamiah) adalah gerakan yang efektif, efisien, aman dan tidak menimbulkan kelelahan dan kecelakaan sesuai kemampuan tubuh.


(36)

Pendekatan ergonomi memerlukan keseimbangan antara kemampuan tubuh dan tugas kerja. Biasanya jika ingin meningkatkan kemampuan tubuh manusia, maka beberapa hal disekitar lingkungan alam manusia misal peralatan, lingkungan fisik, posisi kerja perlu didesain ulang sehingga bisa disesuaikan dengan kemampuan tubuh manusia. Dengan kemampuan tubuh yang meningkat secara optimal, maka tugas kerja yang dikerjakan juga akan meningkat Santoso (1994)

3.1.2 Metodologi Ergonomi

Secara garis besarnya metodologi ergonomi terdiri dari tiga tahap proses dasar penelitian dan perancangan yaitu:

1. Tahap diagnosis dalam penelitian ergonomi

Tahap diagnosis atau tahap pengumpulan data dilakukan secara efektif dan terarah dengan berpedoman pada delapan aspek ergonomi, yaitu: aspek gizi, aplikasi tenaga otot, posisi tubuh, lingkungan kerja, kondisi waktu, kondisi sosial budaya, kondisi informasi dan interaksi manusia mesin. Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa metode pengumpulan data tentang manusia lebih diarahkan mengenai struktur tubuh, fungsi, pemanfaatan perilaku dan kondisi lingkungan kerja. Seperti metode wawancara dengan pekerja, metode observasi tempat kerja, peralatan kerja dan sikap kerja, metode checklist yang lebih menekankan pada kesan, metode pengukuran fisik pekerja (subjektif dan objektif), dan metode pengukuran lingkungan kerja. Dari beberapa metode yang digunakan dalam diagnosis tersebut ada beberapa jenis data yang akan diperoleh. Berdasarkan sumber data dapat


(37)

dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder, sedangkan berdasarkan sifatnya data yang akan diperoleh adalah data subjektif dan data obyektif serta berdasarkan kontinum data dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu data kualitatif dan kuantitatif.

2. Tahap penentuan perlakuan atau treatment dalam bentuk intervensi ergonomi Treatment adalah upaya perbaikan dalam bentuk intervensi ergonomi yang bertujuan untuk memperoleh solusi atau pemecahan masalah kerja yang paling optimal, sehingga dapat meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas yang setinggi-tingginya. Pemecahan masalah ergonomi melalui pemberian intervensi sangat tergantung pada data dasar yang diperoleh pada tahap diagnosis. Aplikasi dari data yang terkumpul sebagai acuan untuk perbaikan atau pengembangan perancangan sistem kerja. Di sini data harus disintesis ke dalam konsep perancangan, prototipe perancangan akhir secara ergonomi. Metode akan menterjemahkan data dasar tentang manusia ke dalam kriteria dan informasi lain yang digunakan dalam perancangan tugas dan juga proses perbaikan atau pengembangannya. Treatment dalam bentuk intervensi ergonomi yang diimplementasikan dalam perbaikan desain sistem kerja, organisasi dan lingkungan tidak selalu rumit dan canggih, namun kadang perlakuan berupa tindakan yang sangat sederhana, seperti mengubah posisi tempat duduk, memberi bantalan pada alat yang digunakan dan sebagainya. 3. Follow-up dalam penelitian ergonomi

Follow-up dilakukan dengan menganalisis tugas terhadap perancangan sistem kerja sekaligus mengevaluasi tingkat kelayakan dalam penerapan perlakuan


(38)

ergonomi. Tindakan evaluasi dilakukan berdasarkan data objektif atau subjektif terhadap perlakuan yang diberikan dengan metode komparasi dan analisis statistik antara sebelum dengan sesudah perlakuan. Dari hasil komparasi ini akan dapat diketahui adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Indikator keberhasilan dari perlakuan ini dapat dilihat dari aspek yang dinilai misalnya angka keluhan muskuleskeletal pekerja menurun, angka beban kerja pekerja menurun, angka kelelahan pekerja menurun dan angka produktivitas pekerja meningkat (Arimbawa, 2011).

3.2 Rancangan Teknik Industri

Rancangan teknik industri (Hurtst, 2006) adalah seluruh aktifitas untuk membangun dan mendefinisikan solusi bagi masalah yang tidak dapat dipecahkan sebelumnya, atau solusi baru bagi berbagai masalah yang sebelumnya telah dipecahkan namun dengan cara yang berbeda. Perancangan teknik industri menggunakan kemampuan intelektual untuk mengaplikasikan pengetahuan ilmiah dan memastikan agar produknya sesuai dengan aplikasi desain produk yang disepakati, namun tetap dapat dipabrikasi dengan metode optimum. Dari sumber yang berbeda, rancangan Teknik Industri (Ginting, 2008) adalah kombinasi dari pada ilmu teknik industri maka rancangan terhadap suatu sistem dapat dilakukan dengan baik, mulai dari perencanaan, desain, perbaikan, hingga ke instalasi sistem manusia mesin, peralatan dan material. Rancangan teknik industri berguna untuk


(39)

membuat dan merancang produk ataupun rancangan baru, baik dari segi inovasi yang diberikan terhadap produk yang sudah ada ataupun produk yang benar-benar baru, yang memperhatikan segi ekonomi dan ergonomi dari produk tersebut, sehingga produk atau rancangan yang dihasilkan menjadi sefektif dan seffisien mungkin. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap rancangan yang telah dihasilkan dan dilakukan perbaikan secara terus menerus (continuous improvement)

3.3 Tungku

Tungku merupakan alat yang digunakan untuk mengkonversi energy potensial biomassa menjadi energi panas. Tungku bagi masyarakat merupakan salah satu alat yang penting untuk memasak. Jenis tungku beraneka ragam sesuai dengan kebudayaan daerah setempat dan jenis bahan bakar yang digunakan. Pada prinsipnya, kompor atau tungku dibedakan menjadi dua macam, yaitu tungku portabel atau kompor, jenis ini pada umumnya dapat memuat bahan bakar dalam jumlah yang berbeda sesuai ukuran kompor, semakin besar maka muatan bahan bakar akan lebih banyak. Kompor atau tungku ukuran kecil dan sedang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga atau rumah makan, ukuran besar dipergunakan untuk industri kecil atau menengah. Johannes (1984), diacu dalam Utami (2008) membedakan tungku atau kompor pembakaran biomassa atas beberapa jenis, yaitu :

1) Tungku biomassa, dimana bahan bakar biomassa langsung dibakar, misalnya tungku lorena, singer, dan lain-lain.


(40)

3) Tungku hibrida, menggunakan bahan bakar biomassa dan arang yang disusun sedemikian agar asap dapat terbakar sehingga menghasilkan energi lebih banyak.

Semua jenis tungku harus memenuhi beberapa kriteria agar dapat digunakan oleh masyarakat, antara lain memiliki nilai efisiensi yang tinggi, higienis, mudah dinyalakan, alat masak dapat diletakkan di atas lubang dapur setelah pembakaran awal, tidak menghasilkan asap dan debu yang berlebihan, bersih, ramah lingkungan, ekonomis, dan mudah digunakan. Dasar pemikiran dalam mendesain suatu tungku antara lain kebutuhan sumber daya yang ada. Data teknis dan parameter sosial diperlukan untuk mendesain tungku tepat guna. Beberapa data yang dibutuhkan untuk mendesain suatu tungku menurut Project Officer Cambodia Fuelwood Saving Project (CFSP), diacu dalam Utami (2008) antara lain :

1) Fungsi tungku : dilihat dari keperluan penggunaan, seperti untuk merebus, menggoreng, mengukus, memanggang, mengasap, mendidihkan dalam waktu lama, dan lain-lain.

2) Bahan-bahan tungku : material yang digunakan (aluminium, tembaga, kuningan, plat besi, besi tuang, stainless stell, keramik, tembikar), bentuk (datar atau dasarnya berbentuk bola), karakteristik penggunaan (pemberian tekanan atau tekanan normal), tipe penggunaan (merebus, menggoreng, dan lain-lain), ukuran (diameter, tinggi).

3) Kebiasaan memasak: posisi memasak (duduk, berdiri, jongkok, menekuk kaki), tradisi dan kebiasaan-kebiasaan sosial.


(41)

4) Tipe bahan bakar dan ukuran : tipe (balok, kayu, limbah pertanian, batu bara, limbah biomassa, kayu keras), ukuran bahan bakar.

5) Konstruksi tungku : bahan-bahan lokal yang tersedia, ukuran tungku, satu atau lebih lubang dapur.

Untuk memperoleh efisiensi pembakaran yang baik dari sebuah kompor atau tungku, desain tungku atau kompor harus diperhatikan. Menurut Drapper, diacu dalam Utami (2008) perapian terbuka hanya menyadap tidak lebih dari 10% energi kayu sedangkan sebuah tungku yang ditingkatkan (tertutup) dapat memanfaatkan efisiensi 20% atau lebih. Rancangan tungku sangat menentukan sempurna atau tidaknya proses pembakaran berlangsung dan besarnya energi yang dapat dimanfaatkan oleh tungku atau kompor terebut. Selain itu, rancangan tungku juga akan menentukan laju pembakaran atau jumlah bahan bakar per satuan waktu (Abdullah et al. 1998 dalam Utami 2008). Menurut Arnold (1978), diacu dalam Utami (2008) untuk mengurangi kehilangan panas pada tungku atau kompor dapat dilakukan dengan memberi insulasi pada tungku atau kompor. Cara lain ialah dengan mengatur lubang pemasukan udara dan penyempurnaan pembakaran, aliran udara dikonsentrasikan ke lubang dapur, desain pengeluaran (cerobong) yang sesuai untuk pengeluaran udara, pemakaian alat masak yang mengurangi kebocoran dan kehilangan panas. Gambar 3.1. dan 3.2. adalah gambar tungku biomassa.


(42)

Gambar 3.1. Tungku Briket Sekam


(43)

3.4 Sekam Padi

Sekam padi adalah kulit terluar dari gabah yang banyak terdapat di penggilingan padi. Sekam padi sendiri merupakan lapisan keras yang membungkus kariopsis butih gabah yang terdiri dari dua belahan yaitu lemma dan pelea yang saling bertautan (DTC-ITB, Andriati, 2007) . Sekam mengandung beberapa unsur kimia penting (Tabel 3.1) yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan antara lain

1. Sebagai bahan baku pada industri kimia terutama kandungan zat kimia furfural. 2. Sebagai bahan baku pada industri bahan bangunan, terutama kandungan silika, yaitu sebagai campuran pada pembuatan semen portland, bahan isolasi, papan sekam, dan campuran pada industri bata merah.

3. Sebagai sumber energi panas untuk berbagai keperluan. Kadar selulosa yang cukup tinggi pada sekam dapat memberikan pembakaran yang merata dan stabil.

Tabel 3.1. Komponen dan Kandungan Sekam

Komponen Kandungan (%)

Menurut Suharno (1979)

Kadar air 9,02

Protein kasar 3,03

Lemak 1,18

Serat Kasar 35,68

Abu 17,17


(44)

Tabel 3.1. Komponen dan Kandungan Sekam (Lanjutan)

Menurut DTC-IPB Kandungan (%)

Karbon (zat arang) 1,33

Hidrogen 1,54

Oksigen 33,64

Silika 16,98

Sumber : DTC-ITB, Andriati, 2007.

3.5 Pembuatan Briket Sekam Padi

Pembuatan arang sekam dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik sekam agar lebih mudah ditangani dan dimanfaatkan lebih lanjut. Salah satu kelemahan sekam bila digunakan langsung sebagai sumber energi panas adalah menimbulkan asap pada saat dibakar. Hal ini mengakibatkan bahan yang dikeringkan berbau asap dan warna bahan berubah sehingga menurunkan kualitas bahan di samping menimbulkan polusi udara. Selain itu, bila sekam digunakan langsung sebagai media tumbuh tanaman akan mendorong tumbuhnya bakteri pembusuk akar dan jamur rhizophonia. Pembuatan arang sekam dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan sistem drum statis. Caranya drum statis diisi penuh dengan sekam kering, kemudian ditutup dan dipasang ce-robong asap. Proses selanjutnya adalah menyemprotkan minyak tanah pada lapisan sekam paling atas kemudian dibakar. Pembakaran sekam dimulai dari lapisan paling atas dan sekam yang telah menjadi bara api akan merembetkan api ke lapisan bawah. Cara ini membutuhkan waktu 2-3 jam dengan hasil sekam yang tidak terbakar kurang dari 1% dan kadar abu 5%. Cara lain yaitu pembakaran dengan sistem cerobong asap. Cerobong mempunyai diameter 10 cm, tinggi 1 m


(45)

dan di sepanjang silinder dibuat lubang. Pada bagian bawah cerobong dibuat rumah cerobong berbentuk segi empat. Pembuatan arang sekam dilakukan dengan cara meletakkan bara api dilantai kemudian ditutup dengan rumah cerobong. Sekam kering ditumpukkan di sekitar cerobong sehingga terjadi perambatan panas dalam tumpukan sekam. Sekam yang telah menjadi bara selanjutnya didinginkan sehingga terbentuk arang sekam.

Gambar 3.3 Pembuatan Arang Sekam dengan Menggunakan Cerobong Asap

Pembakaran sekam dengan sistem cerobong asap menghasilkan rendemen arang75,46% dengan kadar air 7,35% dan kadar abu 1% . Arang sekam dapat dimanfaatkan dalam bentuk arang curah atau briket. Pencetakan briket arang sekam dapat dilakukan secara manual dengan peralatan yang sederhana berupa bambu berdiameter 10 cm dan tinggi 7 cm sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Arang dibuat adonan dengan cara dicampur dengan air secukupnya


(46)

dan untuk merekatkannya ditambahkan tanah liat atau bahan perekat lain-nya. Adonan dicetak dalam tabung bambu kemudian dikeringkan.

3.6 Kalor

Energi kalor merupakan energi yang menunjukkan tingkatan kecepatan gerak acak dari suatu molekul atau suatu atom. Dalam hal ini, kalor berpindah dari permukaan suatu sistem yang bersuhu tinggi ke sistem yang temperaturnya lebih rendah sehingga tingkat energi kalor suatu benda diindikasikan dengan temperatur benda tersebut. Untuk laju dari energi kalor sendiri dapat dinyatakan sebagai berikut:

�= �×�×∆� Dimana

Q = Kalor yang yang dibutuhkan (j) m = Massa benda (kg)

c = Kalor jenis (j/kg⁰C)

∆T = Perubahan Suhu (⁰C)

Kalor jenis benda (zat) menunjukkan banyaknya kalor yang diperlukan oleh 1 kg zat untuk menaikkan suhunya sebesar satu satuan suhu (° C). Hal ini berarti tiap benda (zat) memerlukan kalor yang berbeda-beda meskipun untuk menaikkan suhu yang sama dan massa yang sama Kalor jenisbeberapa zat dapat Anda lihat pada Tabel 3.2.


(47)

Tabel 3.2 Kalor Jenis Beberapa Zat

No Nama Zat Kalor Jenis

J/kg°C Kkal/kg°C

1 Alkohol 2.400 550

2 Es 2.100 500

3 Air 4.200 1.000

4 Uap air 2.010 480

5 Alumunium 900 210

6 Besi/Baja 450 110

7 Minyak tanah 2.200 580

8 Perak 230 60

9 Raksa 140 30

10 Seng 390 90

11 Tembaga 390 90

3.6.1 Perpindahan Kalor Secara Konduksi

Konduksi merupakan perpindahan panas dari tempat yang bertemperatur tinggi ke tempat yang bertemperatur rendah di dalam medium yang bersinggungan langsung. Jika pada suatu benda terdapat gradien suhu, maka akan terjadi perpindahan panas serta energi dari bagian yang bersuhu tinggi ke bagian yang bersuhu rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa energi akan berpindah secara konduksi. Perpindahan kalor dengan cara konduksi disebabkan karena partikelpartikel penyusun ujung zat yang bersentuhan dengan sumber kalor bergetar. Makin besar getarannya, maka energi kinetiknya juga makin besar. Energi kinetik yang besar menyebabkan partikel tersebut menyentuh partikel di dekatnya, demikian seterusnya. Besarnya aliran kalor secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

� = �×�×∆�


(48)

Dimana

H = Kelajuan hantaran kalor (J) A = Luas permukaan wajan (m2)

∆T = Perubahan suhu (⁰C) d = Tebal ( m)

k = Konduktvitas termal daya hantar panas (W/m.⁰C)

Setiap zat memiliki konduktivitas termal yang berbeda-beda. Konduktivitas termal beberapa zat ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Tabel Konduktivitas Termal Beberapa Zat

Nama Zat Konduktivitas Termal (W/m°C)

Udara 0,024 Hidrogen 0,14

Oksigen 0,023 Bata Merah 0,6

Beton 0,8

Kaca 0,8

Es 1,6

Besi 73

Tembaga 385

Baja 50,2

Aluminium 205

Ditinjau dari konduktivitas termal (daya hantar kalor), benda dibedakan menjadi dua macam, yaitu konduktor kalordan isolator kalor. Konduktor kalor adalah benda yang mudah menghantarkan kalor. Hampir semua logam termasuk konduktor kalor, seperti aluminium, timbal, besi, baja, dan tembaga. Isolator kalor adalah zat yang sulit menghantarkan kalor. Bahanbahan bukan logam biasanya termasuk isolator kalor, seperti kayu, karet, plastik, kaca, mika, dan kertas. Berikut contoh alat-alat yang menggunakan bahan isolator dan konduktor kalor.


(49)

a. Alat-alat yang menggunakan bahan isolator kalor, antara lain: 1) pegangan panci presto,

2) pegangan setrika, dan 3) pegangan solder.

b. Alat-alat yang menggunakan bahan konduktor kalor, antara lain: 1) kawat kasa,

2) alat-alat untuk memasak, 3) setrika listrik, dan

4) kompor listrik.

3.7 Kansei Engineering

Rekayasa Kansei (Kansei Engineering) Menurut Nagamachi dan Lokman (2011) diperkenalkan oleh Prof. Mitsuo Nagamachi pada tahun 1970. Rekayasa kansei adalah suatu teknologi yang menyatukan kansei (perasaan dan emosi) dengan disiplin ilmu teknik (rekayasa). Rekayasa kansei digunakan dalam pengembangan produk untuk memperoleh kepuasan konsumen, yaitu dengan menganalisa perasaan dan emosi manusia dan menghubungkan perasaan dan emosi tersebut menjadi desain produk (Nagamachi & Lokman 2011), dalam definisi psikologi, Kansei mengacu pada pikiran yang ada, dimana pengetahuan, emosi dan keinginan berjalan harmonis. Menurut Schütte dan Eklund (2003), Kansei merupakan perasaan psikologis yang mencakup semua perasaan yang ditimbulkan dari alat indra manusia yaitu melihat, mendengar, merasakan dan mencium. Kansei dipengaruhi oleh tingkah laku, sikap, pengetahuan dan perasaan


(50)

manusia. Secara ringkas prinsip kata Kansei oleh Schütte dan Eklund (2003) disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.4. Prinsip Kansei Engineering

Pengertian Kansei dalam rekayasa Kansei mengacu kepada ungkapan terhadap produk atau lingkungan, dimana emosi dan citra terhadap produk tersebut telah tersimpan di dalam pikiran. Sebagai contoh, ungkapan “produk itu mewah” atau “produk itu bergaya muda” merupakan kesan Kansei terhadap produk. Umumnya Kansei yang digunakan dalam rekayasa Kansei berbentuk kata sifat, walaupun dapat pula berbentuk kata benda (Nagamachi & Lokman 2011).

Rekayasa Kansei dikembangkan sebagai teknologi yang berorientasi konsumen untuk pengembangan produk baru. Rekayasa Kansei menerjemahkan Kansei konsumen secara psikologis, dan selanjutnya menganalisa Kansei dengan menggunakan metode-metode yang dapat menerjemahkan Kansei yang telah dianalisa ke dalam bentuk elemen desain.


(51)

Nagamachi menyatakan rekayasa Kansei didefinisikan sebagai teknologi yang menerjemahkan perasaan (Kansei) konsumen terhadap suatu produk menjadi elemen desain produk tersebut. Terdapat empat hal penting dalam teknologi ini, yaitu;

1. Bagaimana memahami perasaan (Kansei) konsumen terhadap suatu produk,

2. Bagaimana mengidentifikasi karakteristik rancangan produk dari Kansei konsumen,

3. Bagaimana membangun rekayasa Kansei sebagai teknologi, 4. Bagaimana produk disesuaikan dengan trend yang selalu berubah.

Nagamachi dan Lokman (2011) menyatakan produk-produk yang dikembangkan menggunakan rekayasa Kansei atau yang disebut dengan produk Kansei tidak harus mahal atau mempunyai teknologi tinggi. Produk Kansei merupakan produk yang mampu mengaktualisasikan kebutuhan dan emosi konsumen, sehingga konsumen ingin membeli produk tersebut. Keinginan dan emosi konsumen tersebut keinginan konsumen diterjemahkan baik dalam bentuk fungsi dan bentuk produk.

3.8 Persentil manusia

Dimensi anthropometri setiap populasi diurutkan berdasarkan ukurannya yang disebut sebagai persentil. Hal ini umum dipraktekkan untuk mendesain suatu produk tertentu dengan menggunakan persentil 5 th (5th %) untuk perempuan dan persentil 95th (95th %) untuk laki-laki. Persentil 5 th untuk perempuan tersebut


(52)

hanyalah untuk sebuah dimensi tertentu (misalnya tinggi duduk) yang biasanya mewakili pengukuran yang terkecil untuk desain produk dalam sebuah populasi. Sebaliknya, persentil 95 th untuk laki-laki dapat mewakili pengukuran dimensi terbesar untuk merancang suatu produk. Persentil 5 th sampai persentil 95 th adalah kisaran dari sekitar 90 % dari populasi. Untuk desain suatu produk dengan ukuran yang lebih besar dari populasi, kisaran dari persentil 1 th untuk perempuan sampai persentil 99 th untuk laki-laki bisa digunakan. Gambar 3.5. berikut menunjukkan perbandingan dari persentil laki-laki dan perempuan (Openshaw, et al. 2006).

Sumber : Handbook Ergonomics and Design A Referensi Guide (Openshaw et al. 2006)

Gambar 3.6. Perbedaan Ukuran dengan Persentil Manusia

Dari Gambar 3.5. diatas merupakan gambar perbedaan persentil laki-laki dan perempuan dengan data antropometri dari ukuran tubuh militer pada tahun 1970 sampai pada tahun 1990 di Amerika Serikat.

3.8.1 Antropometri Statis

Pengukuran statis dilakukan pada tubuh manusia yang berada dalam posisi diam. Dimensi yang diukur pada antropometri statis diambil secara lurus dan


(53)

dilakukan pada permukaan tubuh. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia, diantaranya:

1. Jenis kelamin

Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita. Pria dianggap lebih panjang dimensi tubuhnya daripada wanita.

2. Suku bangsa

Seperti telah diketahui bahwa perbedaan dimensi tubuh antara suku bangsa yang satu dengan yang lain juga berbeda.

Dalam hal ini dimensi tubuh penduduk Indonesia biasanya lebih pendek dari penduduk Amerika.

3. Usia

Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu balita, anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk antropometri anak-anak. Antropometrinya akan cenderung terus meningkat sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun. 4. Jenis pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan atau stafnya. Misalnya buruh dermaga harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan dengan karyawan perkantoran pada umumnya.


(54)

5. Pakaian

Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh bervariasinya iklim yang berbeda dari satu tempat ke tempat lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim.

6. Kehamilan pada wanita

Faktor ini jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang berkaitan dengan analisis perancangan produk dan analisis perancangan kerja.

7. Cacat tubuh secara fisik

Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik. Misalnya ada jalur khusus untuk kursi roda.

3.8.2 Dimensi Anthropometri

Dimensi anthropometri merupakan ukuran tubuh pada posisi tertentu. Data ini dapat dimanfaatkan guna menetapkan dimensi ukuran produk yang akan dirancang dan disesuaikan dengan dimensi tubuh manusia yang akan mengoperasikan atau menggunakannya. Data antropometri tubuh yang diukur menurut Hartono (2012) dalam panduan survei data antropometri dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.4. Pengukuran Data Antropometri

No Dimensi tubuh Definisi

1 Tinggi tubuh Tinggi tubuh jarak vertikal dari lantai ke bagian paling atas kepala.


(55)

Tabel 3.4. Pengukuran Data Antropometri (Lanjutan)

No Dimensi tubuh Definisi

3 Tinggi bahu Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan atau ujung tulang bahu kanan.

4 Tinggi siku Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut siku bagian kanan.

5 Tinggi pinggul Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan.

6 Tinggi tulang ruas Jarak vertikal dari lantai ke bagian tulang ruas jari tangan kanan.

7 Tinggi ujung jari Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan kanan. 8 Tinggi dalam posisi

duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas kepala. 9 Tinggi mata dalam

posisi duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut mata kanan. 10 Tinggi bahu dalam

posisi duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu kanan. 11 Tinggi siku dalam

posisi duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah lengan bawah tangan kanan.

12 Tebal paha Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas dari paha kanan.

13 Panjang lutut Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan.

14 Panjang popliteal Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.

15 Tinggi lutut Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan.

16 Tinggi popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang lutut kaki kanan.

17 Lebar sisi bahu Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan sisi paling luar bahu kanan.

18 Lebar bahu bagian

atas Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu atas kiri. 19 Lebar pinggul Jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan sisi luar

pinggul kanan. 20 Tebal dada

Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian buah dada untuk subyek wanita.

21 Tebal perut Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian paling menonjol dibagian perut.

22 Panjang lengan atas Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah kanan ke bagian atas bahu kanan.

23 Panjang lengan bawah

Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari bagian belakang siku kanan kebagian ujung dari jari tengah.

24 Panjang rentang tangan ke depan

Jarak dari bagian atas bahu kanan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan siku dan pergelangan tangan kanan lurus.


(56)

Tabel 3.4. Pengukuran Data Antropometri (Lanjutan)

Adapun gambar dari pengukuran data antropometri dapat dilihat pada Gambar 3.6. yang merupakan kelompok dimensi tubuh yang diukur dalam posisi berdiri sedangkan Gambar 3.7. merupakan kelompok dimensi tubuh yang diukur dalam posisi duduk.

No Dimensi tubuh Definisi

25

Panjang bahu genggaman tangan ke

depan

Jarak dari bagian atas bahu kanan ke pusat batang silinder yang digenggam oleh tangan kanan, dengan siku dan pergelangan tangan lurus.

26 Panjang kepala Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi (bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah kepala.

27 Lebar kepala Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi kepala bagian kanan, tepat di atas telinga.

28 Panjang tangan

Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan seluruh jari lurus dan terbuka.

29 Lebar tangan Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan kanan yang diposisikan lurus dan rapat.

30 Panjang kaki Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke bagian paling ujung dari jari kaki kanan.

31 Lebar kaki Jarak antara kedua sisi paling luar kaki. 32 Panjang rentangan

tangan ke samping

Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke ujung jari tengah tangan kiri.

33 Panjang rentangan siku

Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke ujung siku tangan kiri.

34

Tinggi genggaman tangan ke atas dalam posisi berdiri

Jarak vertikal dari lantai ke pusat batang silinder yang digenggam oleh telapak tangan kanan.

35

Tinggi genggaman ke atas dalam posisi duduk

Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang silinder.

36 Panjang genggaman tangan ke depan

Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan (tulang belikat) ke pusat batang silinder yang digenggam oleh telapak tangan kanan.


(57)

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Gambar 3.7. Kelompok Dimensi Tubuh I

Sumber : Jurnal Panduan Survei Data Antropometri (Hartono, 2012)

Gambar 3.8. Kelompok Dimensi Tubuh II

Data-data dari hasil pengukuran atau disebut dengan data antropometri digunakan sebagai data untuk perancangan peralatan. Terdapat tiga prinsip dalam pemakaian data antropometri tersebut yaitu:


(58)

Prinsip ini digunakan apabila fasilitas kerja yang dirancang dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya yang biasanya minimal oleh 95 % pemakai.

b. Prinsip perancangan produk fasilitas yang bisa disesuaikan

Prinsip ini digunakan untuk merancang fasilitas agar fasilitas tersebut bisa dirubah-ubah ukurannya sehingga cukup fleksibel dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai macam ukuran tubuh.

c. Prinsip perancangan produk dengan ukuran rata-rata

Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap ukuran rata-rata tubuh manusia (Sutalaksana, 1979).

Kriteria antropometri yang digunakan dalam perancangan terdiri dari 3 kategori, yaitu:

1. Clearence dimensions (dimensi ruang) yaitu area minimum yang diperlukan operator untuk melakukan aktivitas kerja pada tempat kerja (ditentukan dari orang terbesar dalam populasi pengguna). Dalam hal ini digunakan nilai standar normal dengan persentil besar yaitu persentil 90 sampai dengan 99. 2. Reach dimensions (dimensi jangkauan) yaitu area maksimum yang dapat

dilakukan oleh operator yang mengoperasikan peralatan (ditentukan dari orang terkecil dalam populasi pengguna). Dalam hal ini digunakan nilai standar normal dengan persentil kecil yaitu persentil 1 sampai dengan 10.

3. Posture merupakan hal yang cukup rumit misalkan meja kerja yang terlalu tinggi tidak diinginkan oleh pekerja yang terlalu rendah. Dalam kondisi ini


(59)

solusinya adalah merancang stasiun kerja yang dapat disesuaikan (Arimbawa, 2011).

3.9 Quality Function Deployment (QFD)

QFD (Ginting, 2008) adalah suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen kemudian menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan suatu barang atau jasa pada setiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. Penyebaran fungsi mutu (Quality Function Deployment) adalah alat perencanaan yang digunakan untuk bisnis memusatkan perhatian pada kebutuhan para pelanggan mereka ketika menyusun spesifikasi desain dan pabrikasi. Sedangkan definisi atau pengertian Quality Function Deployment (QFD) berdasarkan pendapat para ahli atau pakar sebagai berikut :

1. Cohen (1995) memberikan definisi atau pengertian Quality Function Deployment (QFD) sebagai sebuah metode yang dipakai untuk mengembangkan dan merencanakan produk agar tim pengembang dapat menspesifikasi secara rinci kebutuhan dan keinginan customer.

2. Donlad (1995) memberikan definisi atau pengertian Quality Function Deployment (QFD) sebagai sebuah metode perbaikan kualitas yang didasarkan pada pencarian input secara langsung dari konsumen untuk selanjutnya dipikirkan bagaimana cara memenuhi input tersebut.


(60)

3. Yoji (1990) memberikan defenisi bahwa QFD merupakan metose sistematis untuk mendapatkan sebuah produk berkualitas yang membutuhkan proses rekayasa dengan sangat memperhatikan keinginan konsumen.

Quality Function Deployment (QFD) digunakan untuk menangkap suara dan keinginan customer, kemudian mengkonversikannya ke dalam strategi yang tepat serta produk dan proses yang dibutuhkan. Harapan-harapan dari customer diterjemahkan kedalam kebutuhan-kebutuhan yang spesifik menjadi arah perencanaan strategi dan tindakan teknik. Tindakan-tindakan teknik yang dilakukan dalam Quality Function Deployment (QFD) meliputi empat proses utama, yaitu product planning, design planning, process planning dan production planning. Proses-proses tersebut merupakan suatu susunan proses yang terstruktur dan sistematis, yang memudahkan teknisi untuk mewujudkan keinginan customer dengan tepat. Setiap proses saling berurutan dan berkesinambungan satu dengan yang lain, sehingga tidak dapat dilakukan secara terpisah.

3.9.1 Tahapan QFD

Menurut Yuniarto (2006 ) ada beberapa tahapn dalam membuat QFD, antara lain:

1. Fase I adalah mengumpulkan suara pelanggan (voice of customer), yaitu penentuan kebutuhan atribut yang diperoleh melalui kuesioner.

2. Fase II adalah menyusun rumah kualitas (house of quality), yang terdiri ataspenentuan derajat kepentingan, evaluasi kinerja atribut terhadap pesaing,


(61)

nilaitarget, rasio perbaikan, sales point, bobot, normalisasi bobot, parameter teknik,hubungan antara parameter teknik dengan kebutuhan konsumen, hubungan antar parameter teknik, nilai matriks interaksi dengan parameter teknik, prioritas dari setiap parameter teknik.

3. Fase III adalah analisa dari tahap-tahap di atas.

3.9.2 Manfaat QFD

Adapun manfaat dari QFD adalah sebagai berikut:

1. Rancangan produk baru dapat dipusatkan pada kebutuhan pelanggan karena kebutuhan tersebut sudah lebih dulu dipahami.

2. Kegiatan menganalisa dapat lebih diutamakan dan dipusatkan pada kebutuhan pelanggan.

3. Dapat menganalisis kinerja produk perusahaan terhadap pesaing utama untuk memenuhi kebutuhan pelanggan

4. Dapat memfokuskan pada upaya rancangan sehingga akan mengurangi waktu untuk perubahan rancangan secara keseluruhan sehingga akan mengurangi waktu pemasaran produk baru

5. Dapat mendorong terselenggaranya tim kerja antardepartemen

6. Dapat menyediakan cara untuk membuat dokumentasi proses dan dasar yang kuat untuk pengambilan keputusan.


(62)

3.9.3 Struktur QFD

Penerapan metodologi QFD dalam proses perancangan produk/jasa diawali dengan pembentukan matriks perencanaan produk/jasa atau disebut dengan house of quality. Bagan HOQ dapat dilihat pada Gambar 3.8.

A

Customer Needs and Benefits

D Relationships - What do the customer requirement mean to the manufaktur

- Where are the interactions between relationships

F Technical Matrix - Technical Response Priorities - Competitive Technical Benchmarks - Technical Targets

B Planning Matrix - Importance to Customer - Current Satisfaction Performance - Competitive Satisfaction Performance - Goal

- Improvement Ratio - Sales Point - Raw Weight - Normalized Raw Weight C

Technical Response (Technical Requirement)

E Technical Correlations

Gambar 3.9. House of Quality

Sumber: Rosnani Ginting. 2008

3.10 Pembuatan Kuesioner

Kuesioner (Ginting, 2008) merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Pada penelitian, penggunaan kuesioner merupakan hal yang sangat pokok dalam pengmpulan data. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevann dengan tujuan dengan cara mengisi pertanyaan yang diajukan oleh peneliti terhadap responden yang dipilih. Syarat pengisian kuesioner adalah pertanyaan harus jelas dan mengarah ketujuan penelitian.


(63)

Kuesioner dapat dibedakan berdasarkan : 1. Berdasarkan cara menjawab

a. Kuesioner terbuka, yang memberikan kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri tanpa dibatasi oleh apapun.

b. Kuesioner tertutup, yang telah disediakan jawabannya sehingga responden hanya tinggal memilih sesuai pilihan yang ada.

2. Berdasarkan jawaban yang diberikan

a. Kuesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya atau memberikan informasi mengenai perihal pribadi.

b. Kuesioner tidak langsung, yaitu jika responden memberikan respon tentang perihal orang lain.

3. Berdasarkan bentuknya

a. Kuesioner pilihan ganda, yaitu sama seperti kuesioner tertutup, dimana terdapat pilihan jawaban.

b. Kuesioner isian, yaitu sama seperti kuesioner terbuka, berbentuk essay. c. Check List, yaitu sebah daftar dimana responden tinggal membubuhkan

tanda Check List pada klom yang sesuai.

d. Rating Scale, yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya, mulai dari sangat setuju hingga sangat tidak setuju


(64)

3.11 Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrumen pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat. Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, dan item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur (Ginting, 2008).

Menurut American Psychological Association (1985), ada tiga tipe validitas, yaitu :

1. Content Validity, adalah satu-satunya tipe validitas yang menggunakan pembuktian secara logika dan bukan secara statistik. Suatu pengukuran dikatakan memiliki content validity apabila pengukuran tersebut memberikan gambaran yang memadai mengenai dominan konseptual yang dirancang untuk alat ukur tersebut.

2. Criterion-Related Validity, berkaitan dengan relasi hasil suatu alat tes dengan kriteria yang telah ditentukan. Ada dua tipe criterion-related validity, yaitu : a. Concurrent Validity, yang menunjukkan hubungan antara hasil

pengukuran dengan keadaan yang sekarang.

b. Predivtive Validity, yang menunjukkan pada apa kiranya dapat terjadi pada waktu yang akan datang.

Hubungan antara suatu pengukuran dengan suatu kriteria biasanya digambarkan dengan nilai korelasi, yang disebut dengan koefisien validitas.


(65)

3. Construct Validity, adalah metode validitas yang digunakan untuk melihat hubungan antara hasil pengukuran suatu alat tes dengan konsep teoritik yang dimilikinya.

4. Pengujian validitas dapat menggunakan persamaan korelasi Product Moment, dengan rumus adalah sebagai berikut:

���= �

(∑ ��)−(∑ � ∑ �)

�[� ∑ �2 −(∑ �)2][� ∑ �2 −(∑ �)2]

3.12 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengukuran dikatakan memiliki reliabilitas tinggi apabila pengukuran tersebut mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya (reliable). Reliabilitas merupakan salah satu ciri atau karakter utama instrument pengukuran yang baik. Kadang-kadang reliabilitas disebut juga sebagai kepercayaan, keterandalan, konsistensi, kestabilan, dan sebagainya. Namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya, artinya sejauh mana skor hasil pengukuran terbebas dari galat pengukuran (measurement error). Sebuah instrumen dianggap telah memiliki tingkat keandalan yang dapat diterima, jika nilai koefisien reliabilitas yang terukur adalah lebih besar atau sama dengan 0,6.

Reliabilitas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus Alpha Cronbanch, yaitu :

        −     − =

t b k k

rreliabilitas 2

2 1

1 σ


(66)

Keterangan:

Bb : Jumlah butir pertanyaan.

σ2

b : Varians butir pertanyaan.

σ2

t : Varians total butir pertanyaan. k : Jumlah seluruh pertanyaan. N : Jumlah seluruh responden.

as reliabilit

r : Nilai reliabilitas.

Kemudian untuk mendapatkan hasil varians tiap butir pertanyaan dapat menggunakan rumus:

(

)

1 2 2

2

    

  

− =

N N

X X

b σ


(67)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di usaha pembuatan tahu yang beralamat Jalan Jalan Cinta Karya No. 2 Sari Rejo Medan Polonia. Penelitian dilakukan selama 6 bulan, yaitu dari Maret 2013 sampai dengan September 2013

4.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah action reseach yaitu suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan temuan-temuan praktis atau untuk keperluan pengambilan keputusan operasional dan perbaikan sesuatu yang perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasinya digarap secara sistematik sehingga validitas dan reliabilitasnya mencapai tingkatan riset. Penelitian ini juga merupakan penelitian survey yang merupakan bagian dari penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari keterangan secara factual untuk mendapatkan kebenaran.

4.3 Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah alat yang berupa kompor/tungku briket sebagai media untuk bahan bakar alternatif. Pembuatan kompor/tungku briket ini berdasarkan konsep kansei engineering dan Quality Function Deployment (QFD).


(68)

4.4 Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah.

Adapun gambar kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Ekonomis Kemudahan pemakaian

Kemudahan isi ulang

Rancangan kompor/ tungku sekam padi Atribut kompor

Respon teknis Kansei Engineering

Gambar 4.1. Kerangka Konseptual

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian 4.5.1 Variabel Independen

Variabel independen ataupun variabel bebas adalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kansei engineering yaitu berupa keinginan konsumen tentang produk yang akan diciptakan yang didapatkan dari hasil wawancara langsung dan penyebaran kuisioner kepada konsumen atau pengguna kompor/tungku.


(69)

2. Respon teknis penentuan kriteria-kriteria mengenai kompor yang akan dirancang.

3. Atribut kompor yaitu spesifikasi mengenai kompor yang akan dirancang

4.5.2. Variabel Intervening

Variabel yang secara teoritis mempengaruhi fenomena yang diobservasi dalam penelitian ini adalah

1. Ekonomis yaitu nilai ekonomis dari bahan bakar produk yang akan akan diciptakan

2. Kemudahan pemakaian yaitu kemudahan dari pemakaian bahan baku atau pembuatan bahan bakar dari sekam padi mentah menjadi briket sekam padi

3. Kemudahan isi ulang yaitu kemudahan memperoleh bahan baku sekam padi.

4.5.3 Variabel Dependen

Variabel dependen atau variabel terikat (variabel yang dipengaruhi) dalam penelitian ini yakni rancangan kompor/tungku sekam pada industri pembuatan tahu Anto di Jl Jalan Cinta Karya No. 2 Sari Rejo Medan Polonia dengan menggunakan metode kansei engineering dan Quality Function Deployment

4.6 Sumber Data

Beradasarkan cara memperolehnya maka sumber data yang diperoleh dari penelitian ini adalah:


(70)

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek penelitian, yaitu dengan melakukan wawancara dan penyebaran kuesioner serta mengukur dimensi tubuh pekerja.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak perusahaan. Data tersebut adalah data mengenai gambaran umum perusahaan

4.7 Metode Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Teknik wawancara atau observasi, yaitu dilakukan kepada kepada operator dan pemilik usaha pembuatan tahu tentang proses pembuaatan tahu khususnya pada proses pemasakan biji kacang kedelai yang menggunakan minyak dan kayu sebagai bahan bakar, serta mengetahui keinginan operator dan pemilik usaha tahu terhadap alat yang akan dirancang.

2) Teknik kepustakaan, yaitu mencatat dan mempelajari teori-teori yang berhubungan dengan perancangan produk pada industri pembuatan tahu ini dengan cara mencari literatur dan mempelajari sumber-sumber yang berkaitan dengan metode perancangan dan kelebihan alat yang akan dirancang.

3) Penyebaran Angket (kuesioner). Kuesioner terbuka adalah sebuah pertanyaan yang berhubungan dengan masalah penelitian. Pertanyaan yang akan


(71)

diberikan adalah “Kompor/tungku sekam padi yang seperti apakah yang anda inginkan?”. Jawaban-jawaban yang diberikan merupakan keinginan dari operator dan pemilik industri yang kemudian akan digunakan dalam pembuatan kata-kata kansei yang selanjutya akan dibobotkan dan dilanjutkan dengan pembuatan kuesioner tertutup.

4) Mengukur dimensi tubuh pekerja/operator untuk mengetahui dimensi dari tungku/kompor sekam yang akan dirancang.

4.8 Instrumen Penelitian

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

a. Kuesioner Terbuka : sebagai instrumen untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai atribut kompor/tungku sekam yang akan di observasi. b. Kuesioner Tertutup : Berisikan pertanyaan-pertanyaan yang diperoleh dari

kuesioner Terbuka yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kepentingan atribut-atribut dari produk yang akan dirancang

4.9 Blok Diagram Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan dalam melaksanakan suatu penelitian. Prosedur dalam penelitian ini dimulai dari pendeskripsian masalah untuk mendapatkan akar dari permasalahan yang akan diselesaikan. Tujuan ditetapkan dari masalah yang akan diselesaikan yaitu merancang produk yang berupa kompor/tungku sekam sebagai media bahan bakar alternatif pada industri pembuatan tahu. Pengolahan data dilakukan metode Kansei Engineering dan


(72)

metode quality finction delpoyment. Adapun prosedur dalam penelitian ini dapat dilihat pada blok diagram Gambar 4.2.

Identifikasi Masalah Maraknya penggunaan sumber

energi yang tidak terbarukan

Perumusan Masalah Perancangan kompor/tungku

sekam padi

Penetapan Tujuan Sebagai media bahan bakar

alternatif

Pengumpulan Data Primer - wawancara

- Penyebaran kuesioner

- Pengukuran Dimensi Tubuh operator/pekerja

Pengumpulan Data Sekunder - Sejarah perusahaan

Pengolahan Data

-pengumpulan suara konsumen berdasarkan atribut dan kata-kata kansei

- Pembangunan rumah mutu untuk menentukan atribut dan respon teknis dengan metode QFD

Analisis Pemecahan Masalah: - Kata-kata Kansei - Rumah Mutu (HoQ)

Kesimpulan dan Saran Mulai

Selesai


(73)

4.10 Pengolahan Data

Pada pengolahan data ini, akan dilakukan perumusan masalah mengenai produk kompor/tungku sekam padi yang akan dirancang yaitu dengan cara mengumpulkan kata-kata kansei yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Kata-kata tersebut kemudian dilakukan pendefinisian variabel-variabel yang akan menjadi Customer Requirement yang akan dibobotkan dan kemudian digunakan metode Quality Function Deployment dengan penggunaan House of Quality sebelumnya disusun respon teknisnya, setelah diketahui respon teknis terpilih maka disusun beberapa alternatif konsep yang akan dipilih. Pemilihan alternatif konsep dilakukan dengan cara bencmarking ntuk setiap alternatif respon teknis Gambar 4.3.


(74)

Data Mentah Hasil Kuesioner

Pemilihan kata-kata Kansei

Pembobotan kata-kata Kansei Membangun Quality Function

Deployment Hasil Tabulasi Kuesioner

Mulai

Selesai

Pemilihan alternatif Menyusun respon teknis


(75)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Peningkatan kinerja pembakaran dalam industri kecil (UKM) yang selama ini masih menggunakan tipe tungku tradisional berbasis bahan baku kehutanan maupun kimia terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang dapat menimbulkan krisis energi dan kerusakan lingkungan. Termasuk pada industri pembuatan tahu Anto yang masih menggunakan bahan baku kayu bakar dalam proses perebusan bubur tahu. Perlu dilakukan tindakan perbaikan untuk mengganti bahan baku yang digunakan yaitu dengan menggunakan limbah dari industri pertanian yaitu sekam.

Ciri-ciri dari tungku tradisional yan digunakan oleh industri pembuatan tahu Sumanto ini yaitu: ruang pembakaran (fire box) yang terbuka, terletak dipermukaan tanah, tidak ada cerobong, dan tidak ramah lingkungan. Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 5.1. Maka dirancang sebuah kompor sekam yang berfungsi sebagai media salah satu energi alternatif yang digunakan untuk menggantikan kayu bakar yang digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi. Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara menyebarkan kuesioner yang berisi tentang keinginan terhadap rancangan kompor sekam tersebut.


(76)

Gambar 5.1. Tungku Pembakaran pada Industri Pembuatan Tahu Anto

5.1 Pengumpulan Data

5.1.1 Pembuatan dan Penyebaran Kuesioner

Kuesioner dibagikan dalam 2 tahapan, tahap pertama merupakan kuesioner terbuka atau kuesioner pendahuluan. Kuesioner ini merupakan bentuk pertanyaan yang diajukan kepada 13 responden tentang keinginan dari pemilik dan pekerja UKM terhadap kompor/tungku sekam yang akan dirancang. Responden diberikan kesempatan untuk menjawab tanpa diberikan batasan oleh peneliti.

Hasil dari jawaban responden yang tertuang dalam kuesioner merupakan kata-kata kansei yang selanjutnya akan dijadikan dasar untuk mengolah data agar dapat membuat produk dan menjawab keinginan pemilik dan pekerja UKM tahu. Selanjutnya dari hasil rekapitulasi kuesioner terbuka dilakuakan penyebaran kuesioner tertutup untuk mengetahui bobot dari masing-masing variabel. Pada Tabel 5.1 merupakan hasil rekapitulasi dari kuesioner terbuka yang diajukan kepada 13 responden.


(77)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka

Responden Nama Umur

(Tahun) Stasiun Kerja Jawaban 1 Jawaban 2 Jawaban 3 Jawaban 4 Jawaban 5

1 Dedi 31 Penggilingan Kedelai

Perlu Penyangga

tungku

Kedap Udara Nyala api tahan lama

Mudah dibersihkan

Mudah diisi ulang 2 Aziz 28 Pemasakan bubur

tahu Abu tidak mudah terbang Cerobong Bulat Gampang

dibersihkan Ada 2 tungku

Bisa dipakai untuk batu bara 3 Hidayat 30 Pencetakan Asap minim Nyala api

tahan lama

Mudah diisi

ulang Ada 2 tungku

Cerobong asap bulat 4 Sumanto 27 Pemilik UKM 2 tungku Mudah

dibersihkan Kedap udara

Bisa dipakai batu bara

Cerobong asap bulat 5 Indra 26 Pencetakan Mudah

dibersihkan

Bisa untuk

batu bara 2 tungku

Nyala api

tahan lama Kedap udara 6 Agung 23 Pemasakan bubur

tahu

Ditambah penyangga

tungku

Abu mudah

dibersihkan Kedap udara

Abu tidak mudah terbang

Nyala api tahan lama 7 Dian 22 Penggilingan

Kedelai Asapnya sedikit Api tahan lama Gampang diisi ulang Mudah

dibersihkan Cerobong bulat 8 Adit 32 Pencetakan Cerobong asap

bulat Kedap Udara Minim asap

Perlu penyangga

tungku

Mudah dibersihkan 9 Abdi 25 Pengadaan Bahan

Baku Abu tidak kemana-mana Api tahan lama Bisa gunakan

batu bara Dua tungku

Mudah dibersihkan


(78)

Tabel 5.1. Rekapitulasi Kuesioner Terbuka (Lanjutan)

Responden

Nama Umur

(Tahun) Stasiun Kerja Jawaban 1 Jawaban 2 Jawaban 3 Jawaban 4 Jawaban 5

10 Faisal 29 Pengemasan Tahu Bisa pakai batu bara

Gampang diisi ulang

Abu tidak mudah

terbang Api tahan lama Kedap udara 11 Amri 25 Pengemasan Tahu

Perlu Penyangga

tungku

Asap

Sedikit 2 tungku Kedap udara

Bisa digunakan untuk batu bara 12 Ari 24 Pemasakan bubur

tahu

Tambah menjadi 2

tungku

Mudah

dibersihkan Asap sedikit

Mudah diisi ulang

Bisa pakai batu bara 13 Ahmad 27 Pengemasan Tahu

Ditambah penyangga tungku Ditambah menjadi 2 Mudah diisi ulang Mudah


(79)

5.1.2 Kata-kata Kansei

Pada hasil rekapitulasi kuesioner terbuka yang disebar pada 13 responden terdapat 9 kata-kata kansei positif yang dapat dijadikan dasar untuk mengolah data dengan metode kansei engineering. Tabel 5.2 merupakan kata-kata kansei yang didapat dari hasil rekapitulasi kuesioner terbuka:

Tabel 5.2. Kata-kata Kansei

No Kata-kata Kansei

1 Terdapat 2 tungku 2 Kedap Udara

3 Dapat digunakan untuk bahan bakar batu bara 4 Cerobong asap berbentuk bulat

5 Asap yang dihasilkan minim 6 Nyala api dapat bertahan lama 7 Perlu penyangga tungku 8 Mudah dibersihkan 9 Mudah diisi ulang

5.1.3 Kuesioner Tertutup

Hasil dari rekapitulasi kuesioner terbuka yang di berikan kepada 13 responden terdapat 9 variabel yang mewakili keinginan operator yang selanjutnya dilakukan penyebaran kesioner tertutup yang terdiri dari 9 buah pertanyaan, dan setiap pertanyaan yang diajukan memiliki bobot yang berbeda-beda. Tabel 5.4 adalah hasil rekapitulasi dari kuesioner tertutup


(80)

Tabel 5.3. Rekapitulasi Kuesioner Tertutup

Responden Pertanyaan 1

Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pertanyaan 4

Pertanyaan 5

Pertanyaan 6

Pertanyaan 7

Pertanyaan 8

Pertanyaan 9

1 4 4 4 4 5 5 5 1 5

2 2 2 1 2 2 1 1 4 5

3 2 5 5 1 4 1 5 1 4

4 4 5 5 5 4 5 4 3 5

5 3 4 1 1 5 4 5 2 5

6 5 3 4 5 2 5 4 2 4

7 5 2 5 2 4 2 1 3 1

8 2 3 1 1 1 1 4 3 3

9 5 3 5 5 2 4 4 4 5

10 5 3 2 5 2 5 4 4 3

11 3 1 5 1 1 5 3 2 4

12 3 1 1 3 4 3 1 1 1


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Aplikasi Integrasi Metode Fuzzy Servqual dan Quality Function Deployment (QFD) Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan (Studi Kasus: SMP Swasta Cinta Rakyat 3 Pematangsiantar)

10 125 85

Perbaikan Rancangan Produk dengan Metode Concurrent Function Deployment dan TRIZ

3 100 53

Aplikasi Kansei Engineering Dan Quality Function Deployment (QFD) Serta Teoriya Resheniya Izobretatelskikh Zadatch (TRIZ) Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Rumah Sakit Pada Instalasi Hemodialisis

9 92 70

Strategi Perbaikan Kualitas Pelayanan Dengan Menggunakan Metode Quality Function Deployment (QFD) dan Pendekatan Blue Ocean Strategy di LotteMart Wholesale Medan

13 167 189

Integrasi Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dengan Blue Ocean Strategy (BOS) untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Hotel, Studi Kasus: Hotel Grand Angkasa Internasional Medan

15 91 169

Perancangan Fasilitas Kerja Menggunakan Metode QFD (Quality Function Deployment) Dengan Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan Memperhatikan Prinsip Ergonomi Di PT. Carsurindo

7 83 212

Rancangan Penggiling Buah Kopi Dengan Metode Quality Function Deployment (QFD) untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus di UKM Tani Bersama

4 70 111

Perbaikan Rancangan Produk Menggunakan Metode Quality Function Deployment Dan Design For Manufacturing And Assembly

10 99 227

PERANCANGAN SLICER MACHINE CRACKERS DENGAN MENGGUNAKAN METODE KANSEI ENGINEERING DAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD).

1 5 6

PENDAHULUAN Perancangan Dan Pembuatan Mars Teknik Industri Menggunakan Metode Quality Function Deployment (Qfd).

0 1 6