Skema Penyaluran Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP

Sumber: Berdasarkan Hasil Audit BPK tanggal 20 November 2009 162

2. Skema Penyaluran Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP

Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek selanjutnya disebut FPJP adalah fasilitas pendanaan dari BI kepada bank-bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek yang dialami oleh bank. 163 Kesulitan pendanaan jangka pendek adalah keadaan dialami bank yang disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan dengan arus dana keluar mismatch dalam rupiah sehingga bank tidak dapat memenuhi Giro Wajib Minimun GWM rupiah. 164 Sejak bulan Juli 2008, Bank Century telah mengalami kesulitan likuiditas dan bergantung pada Pinjaman Uang Antar Bank PUAB. Karena PUAB sulit diperoleh, hingga tanggal 27 Oktober 2008, Bank Century telah melanggar pemenuhan Giro Wajib Minimum GWM minimal 5 dari dana pihak ketiga DPK. Bank Century kemudian menyurati Direktorat Pengelolaan Moneter DPM dengan tembusan ke 162 Hasil Audit BPK tanggal 20 November 2009, Ibid., hal. 4. 163 Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor 1026PBI2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek bagi Bank Umum. 164 Dahlan Siamat., Op. cit., hal. 206-207. Bank Gagal ditengarai berdampak sistemik 20 Nop 2008 1. Tanggal 13 November 2009 kalah kliring. 2. Tanggal 14 dan 18 November diberikan pengucuran FPJP sebesar Rp 502,07 miliar dan Rp 187,32 miliar, total sebesar Rp.689,39 miliar. 3. Tanggal 20 November 2008 kondisi likuiditas terus memburuk, CAR turun dari koreksi per-31 Oktober dari i if 2 35 j di if 3 53 Universitas Sumatera Utara Direktorat Pengawasan Bank DPBI untuk mengajukan kepada BI fasilitas repo aset. Surat ini dilayangkan 2 kali. 165 Posisi CAR Bank Century saat mengajukan FPJP posisi 30 September 2008 sebesar positif 2,35. Pada saat tersebut berlaku ketentuan BI PBI No. 1026PBI2008 bahwa fasilitas FPJP diberikan kepada bank yang memiliki CAR minimal 8. Dengan demikian Bank Century sebenarnya tidak memenuhi syarat menerima FPJP. Namun pada tanggal 14 November 2008 BI mengubah PBI tentang persyaratan pemberian FPJP dari semula minimal CAR 8 menjadi CAR positif. Hal ini diduga untuk memuluskan Bank Century menggunakan fasilitas FPJP. Berdasarkan posisi CAR Bank Century per-30 September positif 2,35 BI menyatakan Bank Century memenuhi syarat. Padahal posisi CAR Bank Century per- 31 Oktober 2008 justru negatif -3,53 dan tidak memenuhi persyaratan bahkan terhadap PBI yang telah dirubah per-14 November 2008. BI kemudian menyetujui pemberian fasilitas FPJP kepada Bank Century per-tanggal 14 November 2008 yaitu sebesar Rp.689,39 miliar. 166 Dirobahnya PBI No.1026PBI2008 menjadi PBI No. 1030PBI2008 menurut Deputi Gubernur SCF terlihat sangat mendesak dengan alasan “tidak boleh ada bank gagal untuk saat ini”. Meskipun kebijakan ini didasarkan pada kondisi mendesak untuk menyelamatkan sistem perbankan dan perekonomian akan tetapi 165 Yakni: pertama, tanggal 30 Oktober 2008 sebesar Rp 1 triliun pengajuan fasilitas repo aset, dan kedua, tanggal 3 November 2008 sebesar Rp 1 triliun menyampaikan tambahan data aset kredit. 166 Perinciannya sebagai berikut: Tanggal 14 November 2008 dicairkan sebesar Rp 356,81 miliar; Tanggal 17 November 2008 dicairkan sebesar Rp 145,26 miliar; dan Tanggal 18 November 2008 dicairkan sebesar Rp 187,32 miliar. Universitas Sumatera Utara diarahkan untuk memuluskan Bank Century menerima kucuran dana FPJP. Hal ini juga diperkuat dengan kondisi BC dengan rata-rata kondisi Bank Umum lainnya, berdasarkan Hasil Laporan Bulanan Bank Umum, diketahui bahwa untuk posisi September 2008, CAR berkisar antara 10,39-476,34 dan rata-2 CAR sebesar 34,6. Dengan demikian, pengucuran dana ini terkesan dipaksakan. Berdasarkan posisi CAR Bank Century per-30 September positif 2,35 BI menyatakan Bank Century memenuhi syarat. Padahal posisi CAR Bank Century per-31 Oktober 2008 justru negatif -3,53 dan tidak memenuhi persyaratan bahkan terhadap PBI yang telah dirubah per-14 November 2008. 167 Setelah adanya perubahan PBI tentang FPJP untuk bank umum, proses pemberian FPJP di BI mulai diproses. Skema 2 terkait dengan aliran FPJP kepada Bank Century dari BI ke FPJP I didisposisikan pada tanggal 14 November 08 dan tanggal 14 November 08 sedangkan dari BI ke FPJP II didisposisikan pada tanggal 18 November 08 dan tanggal 18 November 08 sehingga total FPJP I ditambah FPJP II berjumlah Rp.689,394 miliar, seperti pada skema 2 berikut: 167 Tim Peneliti Kasus Century, Op. cit., hal. 11. Universitas Sumatera Utara Skema 2: Aliran FPJP I dan II ke Bank Century BI Surat BC ke DPM-BI: 3. Tanggal 30 Oktober 2008 sebesar Rp.1 triliun pengajuan fasilitas repo aset. 4. Tanggal 3 November 2008 sebesar Rp 1 triliun FPJP I Total 502,073 miliar Notaris BTD, perjanjian No. 176 BC: HHM dan HM BI: ESY, SG dan DBW Tanggal 14 November 2008 Surat BC ke BI: Tanggal 17 November 2008 meminta tambahan FPJP senilai Rp 319,26 miliar. FPJP II Total 187,321 miliar Notaris BTD, perjanjian No. 244 BC: HHM dan HM BI: ESY, SG dan DBW Tanggal 18 November 2008 Rp 145,260 miliar 17 Nov Pkl. 20.03 Rp 356,813 miliar 14 Nov Pkl. 20.43 BC Universitas Sumatera Utara Sumber: Berdasarkan Hasil Audit BPK tanggal 20 November 2009 168 Skema 3: Aliran FPJP I dan II serta PMS ke Bank Century Total FPJP I + FPJP II = Rp.689,394 miliar 168 Ibid., hal. 14. PMS Tanggal 11 Februari 2009: Membayar bunga FPJP periode 14 Nov 08-11 Feb 09 sebesar Rp 16,817 miliar. Membayar pokok FPJP sebesar Rp 689,394 miliar. Pembayaran menggunakan dana Repo SUN milik BC dari PMS-LPS. LPS KSSK BI Surat BC ke DPM-BI: 1. Tanggal 30 Oktober 2008 sebesar Rp.1 triliun pengajuan fasilitas repo aset. 2. Tanggal 3 November 2008 sebesar Rp 1 triliun FPJP I Surat BC ke BI: Tanggal 17 November 2008 meminta tambahan FPJP senilai Rp 319,26 miliar. FPJP II PMS 4 Tahap: Thp I: 2,77 T; 24 Nov-1 Des 08 Thp II: 2,20 T; 9-13 Des 08 Thp III: 1,155 T; 4-24 Feb 09 Thp IV: 630,2 M; 24 Juli 09 LPS KSSK 21 Nop 2008 BC Pihak Terkait BC: Total Rp 938,654 miliar 1. Periode sebelum FPJP 6-13 November 2008 sebesar Rp 344,015 miliar. 2. Periode FPJP 14-21 November 2008 sebesar Rp.273,842 miliar. 3. Periode PMS 24 November 2008-10 Agustus 2008 sebesar Rp 320,797 miliar. 1.427 rekening Total PMS dalam 4 tahap = Rp.6,762 Triliun Universitas Sumatera Utara Sumber: Berdasarkan Hasil Audit BPK tanggal 20 November 2009 169 Berdasarkan skema dari BI ke FPJP I yang didisposisikan pada tanggal 14 November 2008 dan disposisi tanggal 14 November 2008 serta FPJP II yang didisposisikan tanggal 18 November 2008 dan disposisi tanggal 18 November 2008, maka total FPJP I ditambah FPJP II berjumlah Rp.689,394 miliar. Kemudian ditambah dengan temuan-temuan dari Penyertaan Modal Sementara PMS berjumlah Rp.6,762 Triliun. Kasus Bank Century yang dikenal dengan bail out adalah pada jumlah Rp.6,762, Triliun ini sedangkan dana FPJP I dan II merupakan pemberian dana jangka pendek sesuai dengan kewenangan BI sebelum Bank Century dilakukan bail out. D. Pertimbangan Bank Indonesia Melakukan Penanganan 1. Metode Analisis Bank Indonesia Terhadap Rasio-Rasio Keuangan Bank Century Menurut mantan Gubernur BI, Budiono, ketika harus diambil keputusan terhadap kasus Bank Century, krisis ekonomi dunia sedang terjadi. Kondisi seperti itu 169 Ibid., hal. 21. Tanggal 11 Februari 2009: Membayar bunga FPJP periode 14 Nov 08–11 Feb 09 sebesar Rp 16,817 miliar. Membayar pokok FPJP sebesar Rp 689,394 miliar. Pembayaran menggunakan dana Repo SUN milik BC dari PMS - LPS Universitas Sumatera Utara dapat mengakibatkan rumor apa pun sangat berpengaruh. Dengan demikian apabila diputuskan untuk membangkrutkan Bank Century akan menjadi sumber rumor negatif yang bisa menurunkan kepercayaan masyarakat pada otoritas moneter dan pemerintah. Pada gilirannya kondisi seperti itu, menyebabkan masuknya krisis keuangan ke Indonesia. 170 Untuk lebih memahami mengapa rumor pada akhirnya dijadikan sebagai faktor-faktor dan argumentasi untuk menyelamatkan Bank Century, ada baiknya ditelaah analisis yang dilakukan BI. Prinsip BI menggunakan 5 lima aspek dalam menilai apakah suatu bank akan menjadi bank gagal berdampak sistematik. Kelima aspek tersebut adalah: Institusi Keuangan; Pasar Keuangan; Sistem Pembayaran; Sektor Riil; dan Psikologi Pasar. 171 Berdasarkan kelima aspek tersebut, tiga memiliki dampak menengah dan tinggi medium to high impact, yaitu pasar keuangan, sistem pembayaran dan psikologi pasar. Dua aspek lainnya institusi keuangan dan sektor riil memiliki dampak rendah sampai menengah low to medium impact. Kemudian, dari ketiga aspek yang memiliki dampak sedang sampai tinggi tersebut semuanya mengarah pada berpotensinya rumor istilah yang digunakan BI berita sentimen negatif menyebar dan akan mengakibatkan krisis keuangan melalui bank run bank di rush masyarakat. Dari aspek pasar keuangan, misalnya, disimpulkan penutupan Bank Century akan menimbulkan sentimen negatif di pasar keuangan, terutama dalam 170 Sawidji Widoatmodjo, Op. cit., hal. 9. 171 Sawidji Widoatmodjo., Mencari Kebenaran Objektif Dampak Sistemik Bank Century, Op. cit., hal. 25. Universitas Sumatera Utara kondisi pasar yang sangat rentan terhadap berita-berita yang dapat merusak kepercayaan terhadap pasar keuangan. Kemudian dari aspek sistem pembayaran disimpulkan bahwa apabila Bank Century ditutup, dikhawatirkan akan menyebabkan terjadinya rush pada peer banks dan bank-bank yang lebih kecil, sehingga akan mengganggu kelancaran sistem pembayaran. Terakhir dari aspek psikologi pasar disimpulkan, penutupan bank ini akan menimbulkan sentimen negatif di pasar keuangan terutama dalam kondisi pasar yang sangat rentan terhadap berita-berita yang dapat merusak kepercayaan terhadap pasar keuangan. 172 Metode analisis BI dalam menetapkan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik adalah sebagai berikut: 173 1. Bank Century diselamatkan pada tanggal 20 November 2008, karena faktor-faktor sebagai berikut: a. Kegagalan Bank Century terjadi ditengah-tengah situasi dan kondisi ekonomi dan sistem perbankan domestik yang genting karena terkena dampak krisis keuangan global. Kondisi ini mencapai puncaknya pada bulan November 2008 ketika tekanan pada pasar modal dan valas serta stabilitas nilai tukar semakin meningkat. Arus modal keluar Indonesia meningkat seperti tercermin pada menurun tajamnya kepemilikan asing di SBI, SUN, dan saham di pasar modal sehingga nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika mencapai lebih dari Rp.12.000,00 per USD. Selain itu sistem perbankan mengalami keketatan likuiditas yang diikuti dengan segmentasi Pasar Uang Antar Bank PUAB. Situasi dan kondisi yang sangat genting ini menyebabkan risiko-risiko yang dihadapi perbankan meningkat drastis. Indeks Kestabilan Finansial naik tajam yang mencerminkan tingginya kemungkinan terjadi krisis keuangan di Indonesia. b. Mencermati kegentingan situasi yang ada, maka jika Bank Century tidak diselamatkan akan memberikan dampak berantai contagion effect yang 172 Bank Indonesia, www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2011. Hasil analisis BI atas lima aspek yang digunakan sebagai metodologi menentukan suatu bank akan menjadi bank gagal berdampak sistemik, yang pada intinya rumor istilah yang dipakai Boediono pada sidang PKABC akan mampu melahirkan bank run, yang pada akhirnya digunakan sebagai argumentasi untuk menyelamatkan Bank Century. 173 Bank Indonesia, www.bi.go.id, diakses tanggal 3 Maret 2011. Universitas Sumatera Utara dapat menciptakan instabilitas pada sistem keuangan dan perekonomian nasional mengingat kondisi perekonomian global saat itu. c. Rapat KSSK pada tanggal 20 November 2008 akhhirnya memutuskan bahwa Bank Century harus diselamatkan karena ditengarai sebagai bank gagal yang berpotensi sistemik. 2. Metodealat ukur BI dalam menilai suatu bank ditengarai berdampak sistemik, sebagai berikut: a. Terdapat lima aspek yang digunakan BI untuk melakukan analisis terhadap bank gagal yang ditengarai sistemik yaitu: Institusi keuangan; Pasar keuangan; Sistem pembayaran; Sektor riil; dan Psikologi pasar b. Kerangka analisis dengan menggunakan lima aspek tersebut di atas telah dapat diterima oleh Panitia Kerja RUU JPSK Komisi XI DPR RI periode 2004 sd 2009 seperti tercantum dalam Pasal 7 dan Penjelasan Pasal 7 Draft RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan JPSK; c. BI menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dalam merumuskan assesment dari kelima aspek di atas. Data kuantitatif yang menjadi dasar analisis bank Century sebagai bank yang ditengarai berdampak sistemik memperhatikan data kuantitatif sebagai berikut: 1 Kondisi makro ekonomi, termasuk data mengenai pertumbuhan ekonomi, kondisi neraca pembayaran, nilai tukar rupiah, kondisi pasar modal, dan kondisi pasar keuangan internasional. Sumber data-data ini berasal baik dari Bank Indonesia maupun BPS, Bapepam-I.K, dan publikasi keuangan luar negeri. 2 Penurunan Dana Pihak Ketiga DPK sebagai indikator penurunan kepercayaan yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum LBU maupun hasil pengamatan langsung oleh pengawas Bank Indonesia. 3 Interbank stress-testing dampak contagion, yang bersumber dari hasil kajian Bank Indonesia dengan menggunakan data-data dari LBU; 4 Simulasi ketahanan likuiditas perbankan terhadap 18 bank peer dan 5 bank dengan Total Aset yang hampir sama dengan Bank Century yang bersumber dari hasil kajian Bank Indonesia dengan menggunakan data LBU dan informasi pengawas. 5 Dampak terhadap sistem pembayaran, yang bersumber dari data Real Time Gross Settlement RTGS dan kliring yang diselenggarakan BI. BI Menggunakan data kuantitatif dengan variabel yang digunakan BI adalah perhitungan dengan menggunakan metode Altman Z-Score dan perhitungan kesehatan bank, seperti LDR, CAR, NIM, NPL, ROA, ROE, dan BOPO dari tahun 2000-2008. Rasio-rasio yang digunakan sebagai alat analisis adalah rasio seperti Universitas Sumatera Utara likuiditas dalam hal ini terdiri atas working capitaltotal assets, rasio profitabilitas terdiri dari retained earningtotal assets dan earning before interest and taxtotal assets, serta rasio rentabilitas yaitu terdiri dari market value of equitybook value of debt dan salestotal assets. 174 Analisis Z-Score dengan metode Altman adalah penerapan analisis rasio keuangan masih terbatas karena dilakukan secarah terpisah, artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Ketepatan predisi masa depan berlaku selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi dilakukan. 175 1. Working Capital Total Assets X1; Rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menilai kebangkrutan bank ada lima jenis rasio, yaitu: 2. Retained Earnings Total Assets X2; 3. Earning Before Interest and Tax Total Assets X3; 4. Market Value Equity Book Value of Debt X4; 5. Sales Total Assets X5. Data atau hasil perhitungan kemudian akan dianalisis lebih jauh dengan menggunakan sebuah formula yang ditemukan Altman yaitu: 174 Munawir, Analisis Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty, 2005, hal. 96. Penggunaan metode Altman dapat digunakan oleh bank untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan early warning apabila terindikasi sudah berada pada kondisi menuju kebangkrutan. Penelitian kebangkrutan perusahaan perbankan menurut Altman dalam Setyorini dengan menggunakan lima rasio keuangan. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z-Score diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. 175 Fifi Swandi, “Pengaruh Perilaku Resiko Struktur Kepemilikan Terhadap Kebangkrutan Bank di Indonesia: Kasus Krisis Ekonomi Tahun 1997”, Makalah disampaikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI, 2003, hal. 45. Universitas Sumatera Utara Dimana: 1. X1 = Net Working Capital to Total Assets; 2. X2 = Retained Earnings to Total Assets; 3. X3 = Earnings Before Interest and Tax to Total Assets; 4. X4 = Market value of Equity to Book Value of Debt; 5. X5 = Sales to Total Assets. Kondisi ini dapat dilihat dari nilai Z-Score-nya, sebagai berikut: 1. Apabila nilai Z-Score di atas 2,99 Z-Score 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang sehat. 2. Apabila nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99 1,81 Z-Score 2,99 diklasifikasikan sebagai perusahaan berada dalam daerah kelabu grey area. 3. Apabila nilai Z-Score di bawah 1,81 Z-Score 1,81 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut. Rasio-rasio keuangan Bank Century yang dianalisis oleh Bank Indonesia terdiri dari: 1. Aspek permodalan atau capital Capital Adequacy Ratio disingkat CAR; 2. Aspek rentabilitas atau earning. Rasio ini digunakan untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan terdiri dari: Return On Assets ROA; Return On Earning Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5 Universitas Sumatera Utara ROE; Rasio Biaya atau Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional BOPO; Net Interest Margin NIM. 3. Aspek likuiditas atau liquidity, terdiri dari Loan to Deposit Ratio LDR dan Non Performing Loans NPL. Berdasarkan hasil perhitungan oleh BI diperoleh X1=0,717, X2=0,847, X3=3,107, X4=0,420, dan X5=0,998 dimasukkan ke dalam rumus Altman sebagai berikut: Z – Score = 0,717X1 + 0,847X2 +3,107X3 + 0,420X4 +0,998X5. Hasil perhitungan Z-Score Bank Century dari Tahun 2000-2008 berada di bawah 1,81 yang menyatakan bahwa bank tersebut berada pada kondisi bangkrut. Hasil perhitungan kesehatan pada Bank Century, BI menyatakan bahwa nilai rasio pada CAR, NIM, BOPO, ROA, dan ROE mengalami kondisi yang kurang sehat. Sedangkan pada rasio LDR bank tersebut dinyatakan cukup sehat. 176 Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Altman Z-Score terhadap rasio-rasio keuangan Bank Century dari periode 2000-2008, BI menyimpulkan bahwa Bank Century tersebut mengalami kondisi bangkrut dibuktikan dengan nilai Z-Score- nya ≤ 1,81. Hasil perhitungan kesehatannya menurut BI dengan menggunakan rasio- rasio keuangan Bank Century seperti LDR, CAR, NPL, NIM, BOPO,ROA, dan ROE dari periode 2000-2008. Menurut BI hal itu sangat sinkron atau dapat di katakan sama-sama memprediksikan bahwa Bank Century tersebut tidak sehat. 176 Agustin Andria Rosa dan Iman Murtono Soenhadji, “Analysis of Altman Z Zeta-Score Method to Predict Bancruptcy of Century Bank”, Undergraduate Program, Faculty of Economics, Gunadarma University, 2010, hal. 5. Lihat juga: Bank Indonesia, www.bi.go.id, diakses tanggal 8 Mei 2011. Universitas Sumatera Utara

2. Pertimbangan Stabilitas Moneter