Syarat-Syarat Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek

6. Syarat-Syarat Pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek

Sehubungan dengan ditetapkannya PBI No.1026PBI2008 tanggal 30 Oktober 2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum, sebagaimana telah diubah dengan PBI No.1030PBI2008 tanggal 14 November 2008 dan selengkapnya ditetapkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1039DPM, diatur mengenai syarat-syarat FPJP untuk pendanaan jangka pendek bagi Bank umum sebagai berikut: 69 a. Bank mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek dan memiliki agunan yang berkualitas tinggi yang dengan nilai agunan yang memadai; b. Memiliki rasio kewajiban penyertaan modal minimum Capital Adequacy Ratio positif berdasarkan perhitungan BI; c. Paling banyak sebesar plafon FPJP yang dihitung berdasarkan perkiraan jumlah likuiditas sampai dengan bank memenuhi GWM sesuai dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan hasil analisis BI atas proyeksi arus kas 14 empat belas hari ke depan yang disampaikan oleh bank; d. Pencairan FPJP dilakukan oleh BI secara harian sebesar kebutuhan bank untuk memenuhi kewajiban GWM selama memebuhi plafon dan jangka waktu yang disetujui; e. Jangka waktu FPJP ditetapkan sebagai berikut: 69 Dikutip dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1039DPM Tanggal 14 November 2008 Perihal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum, hal. 3-7. Universitas Sumatera Utara 1. Jangka waktu setiap FPJP paling lama 14 empat belas hari, yang dinyatakan dalam hari kalender, jika FPJP memiliki tanggal jatuh tempo yang bertepatan dengan hari Sabtu, Minggu atau hari libur nasional maka penyelesaian FPJP jatuh tempo adalah pada hari kerja berikutnya; 2. Jangka waktu FPJP dapat diperpanjang secara berturut-turut dengan jangka waktu FPJP keseluruhan paling lama 90 sembilan puluh hari kalender yang dihitung sejak pertama kali bank memanfaatkan FPJP; f. Bank menjamin FPJP dengan agunan milik bank berupa: SBI, SUN, SBSN, Obligasi Korporasi danatau Aset Kredit dengan ketentuan: 1. Dalam hal agunan berupa SBI, SUN danatau SBSN: a Nilai jual SBI, nilai pasar SUN danatau nilai pasar SBSN yang diagunkan ditetapkan berdasarkan perhitungan yang ditetapkan BI; b Pada tanggal FPJP jatuh tempo, Sertifikat Bank Indonesia SBI, Surat Utang Negara SUN danatau Surat Berharga Syariah Negara SBSN yang diagunkan memiliki sisa jangka waktu: paling singkat 2 dua hari kerja untuk SBI; paling singkat sepuluh hari kerja untuk SBSN dan SUN. 2. Dalam hal agunan berupa Obligasi Korporasi: a Pada saat permohonan atau perpanajangan FPJP memiliki sisa jangka waktu paling kurang 90 sembilan puluh hari; b Aktif perdagangkan yaitu pernah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dalam 30 tiga puluh hari kalender trakhir; dan Universitas Sumatera Utara c Memiliki peringkat paling kurang 3 tiga peringkat notch teratas pada 1 satu tahun trakhir berdasarkan hasil penilaian lembaga pemringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sesuai ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. 3. Dalam hal agunan berupa Aset Kredit: a Memiliki kolektibilitas lancar selama 3 tiga bulan terakhir. Kolektibilitas adalah kualitas kredit yang dilaporkan Bank ke dalam Sistem Informasi Debitur SID. Penetapan kualitas Aset kredit harus dilakukan bank sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan terakhir yang dilakukan Bank Indonesia terdapat perbedaan dengan kualitas Aset Kredit yang telah dilaporkan Bank maka kualitas Aset Kredit yang digunakan adalah yang berdasarkan hasil pemeriksaan Bank Indonesia; b Bukan merupakan kredit yang sedang dalam restrukturisasi Restrukturisasi dimaksud dilakukan terhadap debitur yang mengalami kesulitan pembayaran pokok danatau bunga kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum; c Bukan merupakan kredit konsumsi kecuali Kredit Pemilikan Rumah KPR; Universitas Sumatera Utara d Bukan merupakan kredit kepada pihak terkait bank sesuai dengan kriteria sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit BMPK bank umum pada saat diberikan; e Sisa jangka waktu jatuh tempo kredit paling cepat 3 tiga bulan dari saat persetujuan FPJP; f Baki debet outstanding kredit tidak melebihi plafon kredit dan BMPK pada saat diberikan; g Memiliki perjanjian kredit dan pengikatan agunan yang mempunyai kekuatan hukum sesuai ketentuan yang berlaku. g. Obligasi Korporasi hanya dapat dijadikan agunan FPJP dalam hal: 1. Bank tidak memiliki SBI, SUN, SBSN; atau 2. Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada butir 1 namun tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJP. h. Aset Kredit hanya dapat dijadikan agunan FPJP dalam hal: 1. Bank tidak memiliki SBI, SUN, SBSN dan Obligasi Korporasi; atau 2. Bank memiliki surat berharga sebagaimana dimaksud pada butir 1 namun tidak mencukupi untuk menjadi agunan FPJP. i. Jangka waktu pengikatan agunan FPJP ditetapkan sebagai berikut: 1. Jatuh tempo pengikatan agunan FPJP untuk agunan berupa SBI, SUN, SBSN dan Obligasi Korporasi adalah 10 sepuluh hari kerja setelah FPJP jatuh tempo; Universitas Sumatera Utara 2. Dalam hal terjadi pelunasan FPJP pada saat jatuh tempo, maka pengikatan agunan FPJP berupa SBI, SUN, SBSN dan Obligasi Korporasi dapat dilepas release pada 1 satu hari kerja setelah FPJP dilunasi. j. Dalam rangka penggunaan FPJP, bank dapat melakukan perpanjangan FPJP yang jatuh tempo dengan ketentuan: 1. Bank melunasi biaya bunga FPJP jatuh tempo terlebih dahulu; 2. Bank tidak dapat memenuhi kewajiban GWM berdasarkan perkiraan arus kas selama 14 empat belas hari ke depan; 3. Bank memiliki agunan yang masih mencukupi dan memenuhi persyaratan sebagaimana ketentuan surat edaran ini; 4. Bank memiliki Rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Capital Adequacy Ratio CAR positif berdasarkan perhitungan Bank Indonesia; dan 5. Penggunaan FPJP belum melampaui 90 sembilan puluh hari berturut-turut. k. Dalam rangka perpanjangan penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud dalam butir j, nominal FPJP jatuh tempo diperhitungkan dengan plafon FPJP baru dengan memperhatikan ketentuan penggunaan FPJP sebagaimana dimaksud pada butir c, e, i. l. Bank tidak dapat memperpanjang FPJP dalam hal atas perpanjangan FPJP dimaksud mengakibatkan terlampauinya jangka waktu maksimum FPJP selama 90 sembilan puluh hari sebagaimana dimaksud pada butir e.2. Universitas Sumatera Utara m. Bank Indonesia mengenakan biaya bunga atas FPJP yang digunakan bank dengan tingkat bunga ditetapkan sebesar BI-Rate ditambah dengan 100 seratus basis poin. n. Jumlah FPJP yang dikenakan biaya bunga sebagaimana dimaksud pada butir m adalah sebesar pencairan FPJP harian. B. Perbedaan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dengan Pendanaan Lainnya 5. Perbedaan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dengan Fasilitas Likuiditas Intrahari Tingginya intensitas rumor negatif yang beredar di masyarakat, diperparah dengan kondisi perbankan yang sedang mengalami kesulitan likuiditas antar bank hingga menyebabkan gagal kliring, maka bank yang mengalami gagal kliring dapat diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan LPS dan dimusyawarahkan terlebih dahulu melalui rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan KSSK, apabila hasil rapat komite mengatakan bahwa bank tersebut mengalami kesulitan pendanaan, maka langkah BI adalah memberikan pinjaman intrahari atau disebut dengan Fasilitas Likuiditas Intrahari FLI namun apabila bank tidak dapat melunasi FLI sampai dengan batas waktu pelunasan yang ditetapkan, maka terhadap nilai FLI yang tidak dilunasi tersebut oleh BI dapat mengeluarkan FPJP, jika tidak dapat melunasi FPJP dalam jangka waktu yang ditetapkan, bank bersangkutan dinyatakan sebagai bank gagal. 70 70 Dahlan Siamat, Op. cit., hal. 206. FLI adalah: “Penyediaan pendanaan oleh BI kepada bank dalam kedudukan Universitas Sumatera Utara bank sebagai peserta sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement BI-RTGS dan peserta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia SKNBI, yang dilakukan dengan cara repurchase agreement repo surat berharga yang harus diselesaikan pada hari yang sama dengan hari penggunaan. 71 Ketentuan FLI disempurnakan melalui PBI No.1029PBI2008 yang mengatur pemberian fasilitas untuk mengatasi kekurangan likuiditas akibat kesenjangan antara arus dana masuk dan arus dana keluar. Pemberian fasilitas ini kepada bank ditujukan untuk memperlancar operasi sistem pembayaran dengan didukung agunan likuid dan bernilai tinggi. SKNBI adalah sistem kliring yang diselenggarakan oleh BI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan BI yang mengatur mengenai sistem kliring nasional BI. 72 FLI merupakan fasilitas pertama diberikan sebelum penanganan terhadap bank yang bermasalah melalui FPJP. Berlakunya penyelesaian transaksi melalui sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement BI-RTGS dimana transaksi pembayaran diselesaikan satu demi satu secara seketika real time, bank sangat mungkin mengalami kesulitan pendanaan dalam waktu yang sangat pendek. Kesulitan pendanaan dimaksud sebagai akibat terjadi ketidaksesuaian antara waktu dan atau nilai transaksi yang dikirim outgoing transaction dengan transaksi yang diterima incoming transaction, apabila kesulitan yang dialami oleh bank atau beberapa bank tidak segera diatasi, dikhawatirkan dapat menyebabkan kemacetan 71 Pasal 1 angka 6 PBI No.1029PBI2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum. 72 Ibid., Pasal 1 angka 6. Universitas Sumatera Utara pembayaran gridlock yang dapat mengganggu kelancaran sistem pembayaran yang pada akhirnya dapat menimbulkan ketidakstabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Untuk mengatasi timbulnya kemacetan pembayaran diatas maka Bank Indonesia menyediakan fasilitas pendanaan untuk jangka waktu yang sangat pendek selama waktu operasional sistem BI-RTGS dalam bentuk FLI bagi bank umum yang wajib diselesaikan oleh bank pada akhir hari yang sama. Selain penyediaan FLI untuk mengatasi gridlock dalam Sistem BI-RTGS, penyediaan FLI juga diperlukan untuk mengatasi timbulnya kewajiban penyelesaian akhir kliring debet yang ditanggung oleh BI sebagai penyelenggara sistem kliring. Berkenaan dengan hal tersebut maka BI menerapkan suatu kebijakan yang mewajibkan peserta dalam Kliring Debet untuk menyediakan pendanaan awal prefund dalam bentuk dana cash dan atau surat berharga collateral pada setiap awal hari sebelum kliring debet dimulai. Berkenaan dengan penyediaan setoran awal dalam bentuk surat berharga tersebut maka mekanisme penyediaan, penggunaan dan penyelesaiannya akan diberikan dalam bentuk FLI khusus kliring sebagaimana FLI yang sebelumnya telah disediakan oleh Bank Indonesia untuk transaksi Sistem BI- RTGS. 73 Pemberian FLI sejalan dengan pelaksanaan tugas BI untuk menjaga kelancaran sistem pembayaran sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 15 UU No.23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan 73 Bank Indonesia, “Real Time Gross Settlement”, Briefing Paper, Jakarta, Tanggal 30 Oktober 2000, hal. 10. Universitas Sumatera Utara Pemerintah Pengganti UU No.2 Tahun 2008. Pengajuan FLI dan penatausahaan surat berharga dalam rangka pengajuan FLI telah menggunakan sarana Bank Indonesia- Scripless Securities Settlement System BI-SSSS yang terhubung langsung dengan Sistem BI-RTGS. Melalui sarana BI-SSSS dapat mempercepat proses pengajuan FLI dan meminimalkan risiko setelmen. FLI merupakan fasilitas pertama diberikan sebelum penanganan terhadap bank yang bermasalah melalui FPJP. Pada batas tertentu di akhir hari fasilitas FLI harus sudah dikembalikan ke BI, apabila bank tidak mampu mengembalikan tepat pada waktunya maka fasilitas FLI tersebut akan berubah menjadi FPJP. 74 Ketentuan FPJP disempurnakan melalui PBI No.1026PBI2008 dan PBI No.1030PBI2008 disebutkan akan memberikan akses yang lebih luas kepada perbankan untuk memperoleh pendanaan dengan jangka waktu yang lebih panjang dari FLI. Sementara itu Fasilitas Pembiayaan Darurat FPD yang disempurnakan melalui PBI No.1031PBI2008 diberikan kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas tetapi masih memenuhi tingkat solvabilitas tertentu yang ditetapkan Bank Indonesia, serta berdampak sistemik. Berbeda dengan FLI dan FPJP, pemberian FPD harus didasarkan pada keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan KSSK, yang keanggotaannya terdiri dari Menteri Keuangan sebagai Ketua merangkap Anggota dan Gubernur Bank Indonesia sebagai Anggota. Penyempurnaan ini merupakan bagian dari fungsi BI sebagai lender of the last resort. 74 Ibid., hal. 11. Universitas Sumatera Utara Ketentuan FLI disempurnakan melalui PBI No.1029PBI2008 yang mengatur pemberian fasilitas untuk mengatasi kekurangan likuiditas akibat kesenjangan antara arus dana masuk dan arus dana keluar. Pemberian fasilitas ini kepada bank ditujukan untuk memperlancar operasi sistem pembayaran dengan didukung agunan likuid dan bernilai tinggi. PBI No.1031PBI2008 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Bank Umum dikeluarkan sebagai dasar untuk menjalankan usahanya Bank menghadapi berbagai risiko antara lain risiko likuiditas. Risiko likuiditas merupakan kesulitan pendanaan jangka pendek yang timbul akibat ketidaksesuaian mismatch antara arus dana masuk cash inflow dengan arus dana keluar cash outflow. Kondisi tersebut dapat mengakibatkan terjadinya saldo giro negatif Bank pada BI. Apabila tidak segera diatasi, kesulitan likuiditas tersebut dapat menimbulkan masalah yang lebih besar bahkan dapat menimbulkan kesulitan likuiditas bagi bank-bank lainnya. Bank pertama-tama harus mengupayakan dana di pasar uang dengan menggunakan berbagai instrumen pasar uang yang tersedia untuk menutup kesulitan likuiditasnya. Apabila Bank gagal memperoleh dana di pasar uang, maka Bank Indonesia dalam fungsinya sebagai lender of last resort dapat membantu Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek tersebut. Kebijakan lender of last resort tersebut merupakan bagian dari jaring pengaman keuangan financial safety net yang diperlukan dalam rangka memelihara stabilitas sistem keuangan. Kerangka jaring pengaman keuangan yang komprehensif memuat secara jelas mengenai peran masing-masing lembaga terkait dan mekanisme koordinasi baik dalam pencegahan Universitas Sumatera Utara maupun penyelesaian krisis. Stabilitas sistem keuangan tersebut mutlak dipelihara untuk stabilitas moneter dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Fasilitas lender of last resort yang diberikan bank sentral kepada bank, baik untuk situasi normal maupun untuk penanganan krisis, secara umum dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis yakni: 75 a. Fasilitas Likuiditas Intrahari FLI untuk mengatasi kekurangan likuiditas liquidity mismatch akibat kesenjangan antara arus dana masuk dan arus dana keluar. Pemberian fasilitas ini kepada Bank ditujukan untuk memperlancar operasi sistem pembayaran dengan didukung agunan likuid dan bernilai tinggi kepada Bank Indonesia; b. Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek FPJP diberikan kepada Bank yang mengalami kesulitan pendanaan jangka pendek. Pemberian FPJP harus didukung dengan agunan yang berkualitas tinggi yang nilainya memadai; c. Fasilitas Pembiayaan Darurat FPD kepada Bank yang mengalami kesulitan likuiditas, tetapi masih memenuhi tingkat solvabilitas yang ditetapkan Bank Indonesia, serta berdampak sistemik yang pemberiannya didasarkan pada keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan KSSK. FLI dan FPJP merupakan fasilitas yang diberikan BI untuk mengatasi kesulitan likuiditas dalam kondisi normal, sedangkan FPD merupakan fasilitas untuk mengatasi dampak atau risiko sistemik dalam kondisi darurat untuk mencegah dan mengatasi krisis. FPD yang diberikan dalam rangka pencegahan krisis diberikan oleh BI dan dijamin oleh Pemerintah. Sedangkan FPD dalam rangka penanganan krisis pendanaannya berasal dari Pemerintah yang diberikan melalui BI. 76 75 Penjelasan PBI No.1031PBI2008 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Bank Umum. Oleh karena itu, 76 Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter, dan Perbankan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2005, hal. 206. FLI disempurnakan melalui PBI No.1029PBI2008. FLI adalah fasilitas pendanaan dari BI kepada bank umum untuk mengatasi kesulitan pendanaan yang terjadi selama jam operasional Bank Indonesia Real Universitas Sumatera Utara sumber pendanaan dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis terkait dengan pemberian FPD menjadi beban APBN melalui penerbitan SBN atau tunai oleh Pemerintah.

6. Perbedaan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek dengan Blancket Guaranty